Kamis, 09 Januari 2014

Keanekaragaman Hayati [Laporan Biologi]



  Visit to salambiologi.blogspot.com

Latar Belakang

         Kita ketahui bahwa Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keaneka ragaman hayati tertinggi didunia. Di dunia ini tidak ada dua individu yang benar-benar sama. Setiap individu memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda sehingga menunjukkan adanya keanekaragaman makhluk hidup di Bumi ini. Kekhasanan dan tingginya tingkat keanekaragaman makhluk hidup sangat bermanfaat untuk kelangsungan hidup umat manusia. Keanekaragaman makhluk hidup yang ada di Bumi ini disebut sebagai keanekaragaman hayati.

         Keanekaragaman hayati dapat terbentuk karena adanya keseragaman dan keanekaragaman untuk sifat atau  ciri makhluk hidup. Keanekaragam hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan. Saat ini tekanan terhadap keanekaragaman hayati makin tinggi. Kemajuan tekhnologi telah mengubah fungsi berbagai flora dan fauna sebagai hasil hutan. Akibatnya dimasa mendatang diramalkan degradasi lingkungan makin tinggi. Oleh karena itu keaekaragaman hayati perlu dilestarikan.
          Pada tahun 1992, Australia merupakan satu dari 188 negara yang meratifikasi Convention on Biological Diversity (Konvensi Keanekaragaman Hayati) dalam Pertemuan Puncak Bumi di Rio. Melalui konvensi ini, masyarakat dunia mengakui bahwa keanekaragaman hayati adalah ‘satu keprihatinan umum umat manusia, dan merupakan satu bagian yang tak terpisahkan dari proses pembangunan’. Disadari pula bahwa konservasi keanekaragaman hayati akan membutuhkan investasi yang cukup besar, namun ia juga akan memberikan manfaat-manfaat nyata dalam bidang lingkungan, ekonomi dan sosial. Konvensi ini menyadari bahwa ekosistem, spesies dan gen telah dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Akan tetapi, pemanfaatan ini harus dilakukan dengan cara dan angka yang dalam jangka panjang tidak mengakibatkan pengurangan keanekaragaman hayati. Prinsip-prinsip yang terkandung di dalam Konvensi Keanekaragaman Hayati dan konvensi-konvensi internasional tentang pembangunan berkelanjutan lainnya semakin menjadi bagian tak terpisahkan dari praktek unggulan perusahaanperusahaan pertambangan Australia didalam mereka melakukan bisnisnya.
Makhluk hidup dapat dijumpai di berbagai lingkungan. Pada lingkungan terdapat faktor abiotik yang mempengaruhinya, seperti topografi, geologi, dan iklim. Penyebaran makhluk hidup pada kondisi lingkungan abiotik yang berbeda memberi kemungkinan adanya keanekaragaman hayati. Hewan dan tumbuhan yang hidup di darat berbeda dengan yang hidup di perairan. Perbedaan itu misalnya pada warna, bentuk dan ukuran. Perbedaan tersebutlah yang menimbulkan keanekaragaman. Selain faktor lingkungan, keanekaragaman dapat disebabkan oleg faktor gen.
           

1.2              Rumusan Masalah
Dari uraian kalimat di atas, dapat kita ambil rumusan masalahnya, yaitu:
1.2.1         Pengertian Fungsi Keanekaragaman Hayati Makhluk Hidup
1.2.2         Manfaat dan Kegunaan
1.2.3         Keanekaragaman Hayati di Indonesia dan di Dunia
1.2.4         Pelestarian Keanekaragaman Hayati
1.2.5         Pengaruh Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati
1.2.6        Faktor yang Memprngaruhi Keanekaragaman Hayati Makhluk Hidup

1.3       Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah agar kita mengetahui bagaimana fungsi keanekaragaman hayati makhluk hidup serta guna memenuhi tugas terstruktur mata kuliah biologi.





BAB II
PEMBAHASAN

3.1       Pengertian Fungsi Keanekaragaman Hayati Makhluk Hidup
Keanekaragamnan hayati terdiri dari kata Keanekaragaman dan hayati. Keanekaragaman dalam bahasa Inggris berarti Diversity yang memiliki arti beraneka macam , sedangkan hayati dapatdi artikan sebagai Mahluk hdup (bio). Jadi secara luas Keanekaragaman hayati merupakan beraneka macam mahluk hidup di bumi ini . Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk bersel satu hingga mahluk bersel banyak; dan tingkat organisasi kehidupan individu sampai tingkat interaksi kompleks, misalnya dari spesies sampai ekosistem. Banyaknya keanekaragaman mahluk hidup ini meyebabkan diperlukannya pengenalan lebih dini kepada seluruh lapisan masyarakat bahwa keanekaragaman hayati makhluk hidup sangan memberi manfaat bagi kehidupan dan melaksanakan perannya untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Keanekaragaman hayati dapat terbentuk karena adanya keseragaman dan keanekaragaman untuk sifat atau  ciri makhluk hidup. Keanekaragam hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan. Saat ini tekanan terhadap keanekaragaman hayati makin tinggi. Kemajuan tekhnologi telah mengubah fungsi berbagai flora dan fauna sebagai hasil hutan. Akibatnya dimasa mendatang diramalkan degradasi lingkungan makin tinggi. Oleh karena itu keaekaragaman hayati perlu dilestarikan.



3.2       Manfaat dan Kegunaan
Keanekaragaman hayati yang telah didayagunakan disebut sumber daya hayati. Sumber daya hayati digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan, tetapi yang terutama adalah kebutuhan dasar yang berupa pangan dan kesehatan. Lebih jauh lagi, sumber daya hayati digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri, serta bermanfaat dalam pelestarian lingkungan yang berkesinambungan. Yang tidak kalah pentingnya adalah untuk menghasilkan pendapatan (Sastrapradja, dkk. 1989).
a. Pangan dan pertanian
         Keberhasilan dalam memanfaatkan keanekaragaman hayati untuk mencukupi kebutuhan pangan secara nasional dapat disaksikan pada keberhasilan program “swasembada pangan/beras”..?. Akan tetapi melihat pesatnya laju pertumbuhan penduduk, sulit untuk terus-menerus mempertahankan keberhasilan menyediakan beras yang semakin meningkat. Untuk itu, perlu dicanangkan kebijakan baru secara nasional dengan tidak menumpukan pangan hanya pada beras melainkan dari keanekaragaman hayati lain seperti jagung, ubi jalar, talas, sagu ubi, kayu dan kacang-kacangan serta sayur-mayur secara maksimum.
Disisi lain, meskipun secara sintesis di laboratorium telah mampu mengurangi ketergantungan terhadap tumbuhan dan hewan liar, kehadiran spesies-spesiesnya masih diperlukan sebagai penghasil makanan, obat-obatan dan bahan dasar industri. Seperti 20 spesies tumbuhan mendukung 80% dari makanan di dunia, tiga diantaranya jagung, gandum dan padi merupakan pemasok 65% bahan makanan ( Surasana, 1991).
b. Papan
Untuk memenuhi kebutuhan kayu guna keperluan perumahan, bahan yang diandalkan masih langsung diambil dari alam di dalam hutan. Dilain pihak, kita harus berlapang dada untuk menerima kritik dari luar terhadap cara pemerintah kita dalam menangani pengeksploitasian hasil hutan. Secara nasional, kita memiliki komoditas kayu unggul seperti jati, mahoni, rasamala, kayu besi, cendana dan sebagainya terutama sebagai bahan baku pelbagai industri.
c. Kesehatan dan obat
Lebih dari 40% resep obat yang di jual di Amerika Serikat mengandung bahan kimia yang berasal dari spesies kehidupan liar: 25% tumbuhan, 12% jamur dan bakteri, dan 6% dari hewan. Nilai ekonomi dari bahan obat ini bernilai sekitar 40 juta US$ pertahun (Surasana, 1991). Hal ini menunjukkan betapa pentingnya manfaat dan kegunaan keanekaragaman hayati dalam pemeliharaan kesehatan melalui penyediaan bahan baku obat-obatan.
Sekalipun penyediaan sarana kesehatan dalam dasawarsa terakhir ini semakin “baik”..?, di negara kita peran jamu tradisional sebagai penunjang sistem pengobatan modern masih sangat diperlukan, hal ini terbukti dari makin meningkatnya omset industri jamu di Indonesia. Berbagai jenis jamu seperti jamu beras kencur, galian singset, jamu habis bersalin, jamu pegal linu adalah jamu yang terus-menerus digemari orang, sehingga penyediaan bahan bakunya perlu mendapat perhatian dalam arti sangat diperlukan pengelolaan sumberdaya hayati dan keanekaragaman hayati di masa yang akan datang.
d. Industri
Banyak produk industri penting memerlukan bahan dasar dari tumbuhan, dan sebagian lagi memerlukan bahan dasar dari hewan. Umumnya berasal dari kehidupan yang telah dipelihara, meskipun demikian dalam peningkatan kualitas secara genetika sangat diperlukan varietas-varietas dari asalnya yang bersifat liar.
Karet sebagai salah satu bahan baku industri merupakan derivat dari bahan tumbuhan, meskipun substitusi sintetiknya telah dapat dibuat, namun hasil karet alam masih dibutuhkan sekitar sepertiga dari pemanfaatan dunia, karena kualitasnya yang tetap sangat baik. Lebih dari 70% dipakai untuk ban kapal terbang, truk, bus dan kendaraan lainnya. Dengan demikian bahwa keanekaragaman hayati sangat penting dalam pengadaan bahan-bahan baku industri.

3.3       Keanekaragaman Hayati di Indonesia dan di Dunia
Tidak ada seorangpun yang mengetahui dengan pasti jumlah sesungguhnya dari spesies tumbuhan dan hewan yang ada di muka bumi ini. Perkiraan yang ada sekitar 5-30 juta spesies atau lebih. Studi terbaru di daerah tropika menggambarkan bahwa untuk insekta saja ditaksir sekitar 30 juta spesies.
Disamping spesies yang masih hidup, dunia ini juga pernah dihuni mahluk yang kini sudah punah, yang jumlahnya sukar ditaksir. Dalam tahun 1984, berdasarkan perkiraan waktu itu total spesies adalah 5-10 juta spesies, dan diperkirakan setiap hari musnah 1 spesies atau 400 spesies pertahunnya. Pada tahun-tahun terakhir ini, percepatan kemusnahan spesies mahluk hidup akan meningkat. Pada tahun 1990 kemusnahan mencapai 10.000 spesies dan diperkirakan pada tahun 2000 akan musnah 50.000 spesies (Surasana,1991).

3.4       Pelestarian Keanekaragaman Hayati
Banyak sekali permasalahan manusia, seperti populasi yang tinggi, kelaparan, dan perusakan habitat yang merupakan awal permasalahan kerusakan keanekaragaman hayati yang perlu diketahui pemanfaatan dan diperhatikan pelestariannya (Wilson, et al. 1988). Oleh karena itu perlu dikembangkan strategi konservasi yang dikaitkan dengan rehabilitasi lahan yang terdegradasi dan diperlukan pencegahan kemusnahan spesies-spesies tumbuhan dan hewan yang semakin parah.
Untuk menjawab tantangan di atas, strategi global keanekaragaman hayati Indonesia telah menyusun strategi Nasionalnya dengan tujuan untuk melestarikan keanekaragaman hayati sebanyak mungkin sejalan dengan pelaksanaan kebijakan pembangunan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Tema yang searah dengan keanekaragaman hayati ini adalah perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan secara berkelanjutan.
Melestarikan keanekaragaman hayati berarti melestarikan ekosistem. Prioritas pertama untuk memelihara keanekaragaman hayati harus berupa pelestarian “in-situ” , baik di dalam jaringan daerah perlindungan, dalam zona samudra dan pantai, hutan-hutan maupun bentang alam yang berfungsi ganda di luar daerah pelestarian. Sedangkan pelestarian “ex-situ” dapat merupakan tambahan yang bermanfaat bagi perlindungan jenis di dalam ekosistem alami.
Sejalan dengan prioritas ini, rencana kegiatan pelestarian keanekaragaman hayati Nasional terdiri dari 4 bagian utama, yaitu :
1). Pelestarian in-situ di dalam taman dan daerah lindungan.
2). Pelestarian in-situ di luar daerah perlindungan.
3). Pelestarian in-situ bahari dan pantai.
4). Pelestarian ex-situ termasuk pengawetan variasi kultivar, bank gen, program penangkaran dalam tangkapan, dan sebagainya.

Perlu kiranya ditekankan bahwa pusat pelestarian, baik untuk jenis bersama plasmanutfahnya baik secara ex-situ maupun ekosistem in-situ, tidak memerlukan populasi dan area yang tidak terbatas. Untuk masing-masing jenis itu hanya diperlukan sejumlah populasi yang mewakili. Demikian juga untuk ekosistem diperlukan area tertentu saja agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Dengan adanya ketentuan populasi atau area minimum ini dua sasaran dapat dicapai. Pertama tetap memfungsikan unit pelestarian, dan kedua area sisanya digunakan dalam pemanfaatan.
Untuk pelestarian plasmanutfah, beberapa segi perlu diperhatikan. Plasmanutfah itu dilestarikan untuk menjamin tersedianya bahan baku yang diperlukan untuk pengembangan pertanian di masa depan. Jaminan ini akan ada keanekaragaman. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam usaha melestarikan plasmanutfah adalah modus, sasaran/pendekatan, metode dan pelaksana.
Pelestarian plasmanutfah dapat dilakukan di tempat aslinya atau secara in-situ atau di luar habitat aslinya atau ex-situ. Pelestarian in-situ yang telah dikenal dan dilaksanakan di Indonesia adalah cagar alam, taman margasatwa, taman nasional, taman hutan raya dan hutan lindung. Untuk ex-situ telah dikembangkan seperti kebun kampus, kebun koleksi, kebun raya, kebun binatang, taman burung, taman safari dan koleksi pribadi.
Untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan kegiatan pelestarian dalam tiap kategori, diperlukan kerjasama inter-sektoral, peran serta masyarakat, identifikasi penelitian, kebutuhan akan pelatihan dan informasi, peraturan hukum yang efektif, pengelolaan yang handal, sumberdaya manusia dan sumber dana yang cukup, dan penilaian ekonomi tentang untung rugi pelestarian.

3.5       Pengaruh Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati
          Terdapat dua akibat dari kegiatan  manusia terhadap keanekaragaman hayati yaitu sebagai berikut:
a) Kegiatan yang mengakibatkan makin berkurangnya keanekaragaman hayati yaitu antara lain:
·         Ladang berpindah
·         Intensifikasi pertanian
·         Penemuan bibit tanaman dan hewan baru yang unggul mengakibatkan terdesaknya bibit lokal
·         Perburuan liar dan penebangan liar
·         Industrilisasi
b) Kegiatan manusia yang tidak menyebabkan berkurangnya keanekaragaman hayati:
·         Penghijauan dan reboisasi
·         Pengendalian hama secara biologi
·         Penebangan hutan dengan perencanaan yang baik
·         Usaha pemuliaan hewan dan tanaman
·         Usaha-usaha pelesarian alam
3.6       Faktor yang Memprngaruhi Keanekaragaman Hayati Makhluk Hidup
1. Fragmentasi (pemecahan) habitat
          Fragmentasi habitat terjadi akibat pembukaan lahan untuk berbagai keperluan manusia. Sebagai akibat, populasi hewan atau tumbuhan terpecah menjadi komplek-komplek kecil yang telah rentan terhadap gangguan. Dalam populasi yang kecil, kemungkinan tidak terdapat cukup organisme dalam usia produktif.
Ketahanan suatu populasi terhadap kepunahan bergantung pada:
·         Besar populasi tersebut
·         Pebandingan laju kelahiran dan laju kematian
2. Pencemaran lingkungan               
·         Perubahan iklim global akibat pencemaran udara, diperkirakan akan mempengaruhi penyebaran dan ketahanan makhluk hidup.
·         Akumulasi pencemaran seperti DDT, dioxin, dll.
          Dalam perairan telah mengakibatkan kematian sebagai populasi spesies seperti, anjing laut, paus dan limba-lumba (berbagai pencemar organik laut dalam dan terakumulasi dalam tubuh manusia).

3. Perubahan hewan liar
·         Perubahan hewan yang berlebihan telah mengakibatkan kepunahan bagi spesies dalam sejarah.
·         Kini banyak hewan yang populasinya terancam karena diburu untuk dijadikan sumber-smber makanan, diperjual belikan hidip-hidup dan diambil bagian tertentu dari tubuhnya. 
4. Pengendalian predator
·         Populasi hewan atu tumbuhan yang tidak diinginkan telah sengaja diberantas oleh manusia.
·         Penggunaan pestisida, hebrisida, dan lain-lain sering kali menurunkan populasi spesies yang bukan merupakan sasaran utama.
5. Introduksi spesies eksotis (secara alami atau atau tidak sengaja)
·         Spesies yang masuk habitat yang bukan habitat asalnya dapat menjadi "pencemaran bilogis". Suatu organisme yang dikeluarkan dari habitat aslinya kemingkinan menjadi terbebas dari pemangsa, pesaing, parasit atau penyakit yang mengendalikan populasinya dalam kondisi alami. Pada habitatnya yang baru organisme ini kemungkinan dapat tumbuh dan berkembang baik dengan pesat dan mengalahkan populasi asli.
·         Spesies eksotis juga dapat membawa penyakit yang baru kedalam suatu daerah.
6. Asimilasi genetik
·         Spesies langka dapat menjadi terancam apabila berkembangbiak silang dengan spesies berkerabat dekat yang berjumlah lebih banyak atau lebih kuat.


BAB III
PENUTUP

3.1       Kesimpulan
          Keanekaragaman hayati dapat dikelompokkan kedalam tiga taraf, yaitu; pertama taraf ekosistem, kedua taraf jenis, dan ketiga taraf plasmanutfah. Ketiga taraf ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Keanekaragaman plasmanutfah terjadi bila ada jenis, keanekaragaman jenis terjadi bila ada ekosistem. sedangkan ekosistem sendiri tidak akan berarti bila tanpa kehadiran jenis.
Keanekaragaman hayati digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan, terutama kebutuhan dasar yang berupa pangan dan kesehatan. Juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri, Keadaan Indonesia yang berbhineka ini, menciptakan keanekaragaman hayati yang luar biasa dan unik, ditinjau dari variasi dan variabilitas dari spesies, genera dan ekosistemnya. Habitat alaminya yang beragam, sumber nabati dan hewani yang kaya, serta tingginya nilai endemik spesies, maka Indonesia dikenal sebagai pusat keanekaragaman hayati dunia. Melestarikan keanekaragaman hayati berarti melestarikan ekosistem. Prioritas pertama untuk memelihara keanekaragaman hayati harus berupa pelestarian “in-situ” , baik di dalam jaringan daerah perlindungan, dalam zona samudra dan pantai, hutan-hutan maupun bentang alam yang berfungsi ganda di luar daerah pelestarian. Sedangkan pelestarian “ex-situ” dapat merupakan tambahan yang bermanfaat bagi perlindungan jenis di dalam ekosistem alami.
Sejalan dengan prioritas ini, rencana kegiatan pelestarian keanekaragaman hayati Nasional terdiri dari 4 bagian utama, yaitu :
1). Pelestarian in-situ di dalam taman dan daerah lindungan.
2). Pelestarian in-situ di luar daerah perlindungan.
3). Pelestarian in-situ bahari dan pantai.
4). Pelestarian ex-situ termasuk pengawetan variasi kultivar, bank gen, program penangkaran dalam tangkapan, dan sebagainya.

3.2       Saran
                     Berdasarkan permasalahan diatas kami sebagai generasi muda berharap, keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia maupun didunia tetap terjaga dan dilestarikan dan menjadi tugas kita semua untuk melestarikan keanekaragaman yang ada.
Daftar Pustaka
http://arifinbudi.blogspot.com/2012/12/keanekaragaman-hayati-makhluk-hidup.html

1 komentar: