Visit to salambiologi.blogspot.com
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Mikroba
adalah organisme berukuran mikroskopis yang antara lain terdiri dari bakteri,
fungi dan virus. Bakteri merupakan mikroba prokariotik yang rata-rata selnya
berukuran 0,5-1 x 2-5 μm, berbentuk elips, bola, batang atau spiral. fungi
adalah organisme eukariotik, bersifat heterotrof, dinding selnya mengandung
kitin, tidak berfotosintesis, mensekresikan enzim ekstraseluler ke lingkungan
dan memperoleh nutrien dengan cara absorpsi. Berdasarkan penampakannya, fungi
dikelompokkan ke dalam kapang (mold), khamir (yeast), dan
cendawan (mushroom). Cendawan merupakan fungi yang berukuran
makroskopis, sedangkan kapang dan yeast adalah fungi yang berukuran
mikroskopis. Rata-rata
sel kapang berukuran 1-5 x 5-30 μm dan yeast berukuran 1-5 x 1-10 μm.
Kapang adalah fungi multiseluler berfilamen dengan susunan hifa yang menyerupai
benang . Yeast merupakan fungi uniselular. Pada yeast tertentu
yang bersifat patogenik seperti Candida sp., mengalami dua fase
(dimorfisme) dalam siklus hidupnya, yaitu fase yeast (membentuk sel
tunggal) dan fase miselium untuk penetrasi ke jaringan inangnya.
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
·
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
mikroba
·
Mengetahui kondisi optimum pertumbuhan mikroba
·
Untuk memenuhi tugas mata kuliah mikrobiologi
PEMBAHASAN
1.1 LINGKUNGAN
PERTUMBUHAN MIKROBA
Aktivitas mikroba
dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungannya. Perubahan lingkungan dapat mengakibatkan perubahan
sifat morfologi dan fisiologi mikroba. Beberapa
kelompok mikroba sangat resisten terhadap perubahan faktor lingkungan. Mikroba tersebut dapat dengan cepat
menyesuaikan diri dengan kondisi baru tersebut. Faktor
lingkungan meliputi faktor-faktor abiotik (fisika dan kimia), dan faktor
biotik.
A. FAKTOR ABIOTIK
1. Suhu
a. Suhu pertumbuhan mikroba
Pertumbuhan mikroba
memerlukan kisaran suhu tertentu. Kisaran suhu pertumbuhan
dibagi menjadi suhu minimum, suhu optimum, dan suhu maksimum. Suhu minimum adalah suhu terendah tetapi
mikroba masih dapat hidup. Suhu optimum adalah suhu
paling baik untuk pertumbuhan mikroba. Suhu maksimum adalah suhu tertinggi untuk kehidupan mikroba. Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhannya,
mikroba dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
1.
Psikrofil adalah
kelompok mikroba yang dapat tumbuh pada suhu 0-300C
dengan suhu optimum sekitar 150C. Bakteri yang hidup
di laut (fototrof) dan bakteri
besi (Gallionella) termasuk bakteri psikrofil.
2.
Mesofil adalah
kelompok mikroba pada umumnya, mempunyai suhu minimum 150C suhu
optimum 25-370C dan suhu maksimum 45-550C. Bakteri yang hidup di dalam
tanah dan air, umumnya bersifat mesofil, tetapi adajuga yang dapat hidup diatas
50 0C
(termotoleran). Contoh bakteri termotoleran adalah Methylococcus capsulatus.
3.
Termofil adalah mikroba yang tahan hidup
pada suhu tinggi. .
Contoh
bakteri termofil adalah Bacillus, Clostridium, Sulfolobus, dan
bakteri pereduksi sulfat/sulfur. Mikroba
ini mempunyai membran sel yang mengandung lipida jenuh, sehingga titik didihnya tinggi. Selain itu dapat
memproduksi protein termasuk enzim yang tidak terdenaturasi
pada suhu tinggi. Di dalam
DNA-nya mengandung guanin dan sitosin dalam
jumlah yang relatif besar, sehingga molekul DNA tetap stabil pada suhu tinggi. Kelompok ini mempunyai suhu minimum 400C,
optimum pada suhu 55-600C dan suhu maksimum untuk pertumbuhannya 75 0C.
Untuk mikroba yang tidak tumbuh dibawah suhu 30 0C
dan mempunyai suhu pertumbuhan optimum pada 60 0C,
dikelompokkan kedalam mikroba
termofil obligat. Untuk mikroba termofil yang dapat tumbuh dibawah suhu 30 0C,
dimasukkan kelompok mikroba termofil fakultatif.
.
Grafik
pertumbuhan mikroba pada berbagai kisaran suhu pertumbuhan.
b. Suhu tinggi
Apabila mikroba dihadapkan pada suhu
tinggi diatas suhu maksimum, akan
memberikan beberapa macam reaksi. Yaitu:
(1) Titik kematian thermal, adalah suhu
yang dapat
memetikan spesies mikroba dalam waktu 10
menit pada kondisi tertentu.
(2) Waktu
kematian thermal, adalah waktu yang
diperlukan untuk membunuh suatu spesies
mikroba pada suatu suhu yang tetap.
Faktor-faktor yang mempengaruhi titik kematian
thermal ialah waktu, suhu, kelembaban,
spora, umur mikroba, pH dan komposisi medium. Contoh waktu kematian thermal
(TDT/ thermal death time) untuk beberapa
jenis bakteri adalah sebagai berikut :
No.
|
Nama
mikroba
|
Waktu(menit)
|
Suhu (0C)
|
1.
|
Escherichia
coli
|
20-30
|
57
|
2.
|
Staphylococcus
aureus
|
19
|
60
|
3.
|
Spora
Bacilus subtilis
|
20-50
|
100
|
4.
|
Spora
Clostridium botulinum
|
100-330
|
10
|
c. Suhu rendah
Apabila mikroba
dihadapkan pada suhu rendah dapat menyebabkan gangguan
metabolisme. Skibat-akibatnya adalah (1) Cold shock , adalah penurunan suhu yang tiba-tiba menyebabkan kematian
bakteri, terutama pada bakteri muda atau pada
fase logaritmik, (2) Pembekuan (freezing), adalah rusaknya sel dengan
adanya kristal es di dalam air intraseluler,
(3) Lyofilisasi , adalah proses pendinginan dibawah titik beku dalam keadaan vakum secara
bertingkat. Proses ini dapat digunakan untuk mengawetkan
mikroba karena air protoplasma langsung diuapkan tanpa melalui fase cair (sublimasi).
2. Kandungan air (pengeringan)
Setiap mikroba
memerlukan kandungan air bebas tertentu untuk hidupnya, biasanya diukur dengan parameter aw
(water
activity) atau kelembaban relatif. Mikroba umumnya
dapat tumbuh pada aw 0,998-0,6. bakteri
umumnya memerlukan aw 0,90-0,999. Mikroba
yang osmotoleran dapat hidup pada aw terendah
(0,6) misalnya khamir Saccharomyces
rouxii. Aspergillus glaucus dan jamur benang lain
dapat tumbuh pada aw 0,8.
Bakteri umumnya memerlukan aw atau kelembaban
tinggi lebih dari 0,98, tetapi bakteri
halofil hanya memerlukan aw 0,75. Mikroba yang
tahan kekeringan adalah yang dapat
membentuk spora, konidia atau dapat membentuk kista.
Tabel berikut ini
memuat daftar aw yang
diperlukan oleh beberapa jenis bakteri dan jamur :
No.
|
Nilai
aw
|
Bakteri
|
Jamur
|
1.
|
1,00
|
Caulobacter Spirillum
|
|
2.
|
0,90
|
Lactobacilus Bacillus
|
Fusarium Mucor
|
3.
|
0,85
|
Staphylococcus
|
Debaromyces
|
4.
|
0,80
|
Penicillium
|
|
5
|
0,75
|
Halobacterium
|
Aspergillus
|
6.
|
0,60
|
|
Xeromyces
|
3. Tekanan osmose
Tekanan osmose
sebenarnya sangat erat hubungannya dengan kandungan air. Apabila mikroba diletakkan pada larutan
hipertonis, maka selnya akan mengalami plasmolisis,
yaitu terkelupasnya membran sitoplasma dari dinding sel akibat mengkerutnya sitoplasma. Apabila
diletakkan pada larutan hipotonis, maka sel mikroba akan mengalami plasmoptisa, yaitu
pecahnya sel karena cairan masuk ke dalam sel, sel membengkak dan akhirnya pecah.
Berdasarkan tekanan osmose yang
diperlukan dapat dikelompokkan menjadi:
(1) mikroba osmofil, adalah mikroba yang
dapat tumbuh pada kadar gula tinggi. Contoh
mikroba osmofil adalah beberapa jenis khamir. Khamir osmofil yang mampu tumbuh
pada larutan gula dengan konsentrasi lebih dari 65 % wt/wt (aw =
0,94).
(2) mikroba
halofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar garam halogen yang tinggi. Contoh mikroba
halofil adalah bakteri yang termasuk Archaebacterium, misalnya
Halobacterium. Bakteri
yang tahan pada kadar garam tinggi, umumnya mempunyai
kandungan KCl yang tinggi dalam selnya.
Selain itu bakteri ini memerlukan konsentrasi
Kalium yang tinggi untuk stabilitas
ribosomnya. Bakteri halofil ada yang mempunyai
membran purple bilayer, dinding
selnya terdiri dari murein, sehingga tahan terhadap ion
Natrium
(3) mikroba halodurik, adalah kelompok
mikroba yang dapat tahan (tidak mati) tetapi
tidak dapat tumbuh pada kadar garam tinggi, kadar garamnya dapat mencapai 30 %.
4. Ion-ion dan listrik
a. Kadar ion hidrogen (pH)
Mikroba umumnya
menyukai pH netral (pH 7). Beberapa bakteri dapat hidup pada pH tinggi (medium alkalin).
Contohnya adalah bakteri nitrat, rhizobia, actinomycetes,
dan bakteri pengguna urea. Hanya beberapa bakteri yang bersifat toleran terhadap kemasaman, misalnya Lactobacilli,
Acetobacter, dan Sarcina ventriculi.
Bakteri yang bersifat asidofil misalnya Thiobacillus.
Jamur umumnya dapat hidup pada kisaran
pH rendah. Apabila mikroba ditanam pada media dengan pH 5 maka pertumbuhan didominasi oleh jamur,
tetapi apabila pH media 8 maka pertumbuhan didominasi
oleh bakteri. Berdasarkan
pH-nya mikroba dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu (a) mikroba asidofil, adalah
kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 2,0-5,0, (b) mikroba mesofil
(neutrofil), adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 5,5-8,0, dan (c)
mikroba alkalifil, adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 8,4-9,5.
Contoh pH minimum, optimum, dan maksimum
untuk beberapa jenis bakteri adalah sebagai
berikut :
No.
|
Nama
mikroba
|
Ph
|
||
Minimum
|
Optimum
|
Maksimum
|
||
1.
|
Escherichia coli
|
4,4
|
6,0-7,0
|
9,0
|
2.
|
Proteus vulgaris
|
4,4
|
6,0-7,0
|
8,4
|
3.
|
Enterobacter baerogenes
|
4,4
|
6,0-7,0
|
9,0
|
4.
|
Pseudomonas aeruginosa
|
5,6
|
6,6-7,0
|
8,0
|
5.
|
Clostridium
sporogenes
|
5,0-5,8
|
6,0-7,6
|
8,5-9,0
|
6.
|
Nitrosomonas spp
|
7,0-7,6
|
8,0-8,8
|
9,4
|
7.
|
Nitrobacter spp
|
6,6
|
7,6-8,6
|
10,0
|
8.
|
Thiobacillus
Thiooxidans
|
1,0
|
2,0-2,8
|
4,0-6,0
|
9.
|
Lactobacillus
acidophilus
|
4,0-4,6
|
5,8-6,6
|
6,8
|
b. Buffer
Untuk menumbuhkan
mikroba pada media memerlukan pH yang konstan, terutama
pada mikroba yang dapat menghasilkan asam. Misalnya Enterobacteriaceae dan beberapa Pseudomonadaceae. Oleh
karenanya ke dalam medium diberi tambahan buffer
untuk menjaga agar pH nya konstan. Buffer merupakan campuran garam mono dan
dibasik, maupun senyawa-senyawa organik amfoter. Sebagai contoh adalah buffer fosfat anorganik dapat mempertahankan pH
diatas 7,2. Cara kerja buffer
adalah garam dibasik akan
mengadsorbsi ion H+
dan
garam monobasik akan bereaksi dengan ion OH.
c.Ion-ion
lain
Logam berat seperti Hg,
Ag, Cu, Au, dan Pb pada kadar rendah dapat bersifat meracun (toksis). Logam berat mempunyai
daya oligodinamik, yaitu daya bunuh logam berat
pada kadar rendah. Selain logam berat, ada ion-ion lain yang dapat mempengaruhi kegiatan fisiologi mikroba, yaitu ion
sulfat, tartrat, klorida, nitrat, dan benzoat. Ion-ion tersebut dapat mengurangi pertumbuhan
mikroba tertentu. Oleh karena itu sering digunakan
untuk mengawetkan suatu bahan, misalnya digunakan dalam pengawetan makanan. Ada senyawa lain yang juga
mempengaruhi fisiologi mikroba, misalnya asam benzoat,
asam asetat, dan asam sorbat.
d. Listrik
Listrik dapat
mengakibatkan terjadinya elektrolisis bahan penyusun medium pertumbuhan. Selain itu arus listrik
dapat menghasilkan panas yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan mikroba. Sel mikroba dalam suspensi akan mengalami elektroforesis apabila dilalui arus
listrik. Arus listrik tegangan tinggi yang melalui suatu cairan akan menyebabkan terjadinya shock
karena tekanan hidrolik listrik. Kematian mikroba
akibat shock terutama disebabkan oleh oksidasi. Adanya radikal ion dari ionisasi radiasi dan terbentuknya ion
logam dari elektroda juga menyebabkan kematian mikroba.
e. Radiasi
Radiasi menyebabkan
ionisasi molekul-molekul di dalam protoplasma. Cahaya umumnya dapat merusak mikroba yang tidak
mempunyai pigmen fotosintesis. Cahaya mempunyai
pengaruh germisida, terutama cahaya bergelombang pendek dan bergelombang panjang. Pengaruh germisida
dari sinar bergelombang panjang disebabkan oleh panas yang ditimbulkannya,
misalnya sinar inframerah. Sinar x (0,005-1,0 Ao),
sinar ultra violet (4000-2950 Ao), dan sinar
radiasi lain dapat membunuh mikroba.
Apabila tingkat iradiasi yang diterima sel mikroba rendah, maka dapat menyebabkan terjadinya mutasi pada
mikroba.
f. Tegangan muka
Tegangan muka
mempengaruhi cairan sehingga permukaan cairan tersebut menyerupai membran yang elastis. Seperti
telah diketahui protoplasma mikroba terdapat di
dalam sel yang dilindungi dinding sel, maka apabilaada perubahan tegangan muka dinding sel akan mempengaruhi pula
permukaan protoplasma. Akibat selanjutnya dapat mempengaruhi
pertumbuhan mikroba dan bentuk morfologinya. Zat-zat seperti sabun, deterjen, dan zat-zat pembasah
(surfaktan) seperti Tween80 dan Triton A20
dapat mengurangi tegangan muka cairan/larutan.
Umumnya mikroba cocok pada tegangan muka
yang relatif tinggi.
g. Tekanan hidrostatik
Tekanan hidrostatik
mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan mikroba. Umumnya
tekanan 1-400 atm tidak mempengaruhi atau hanya sedikit mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan mikroba.
Tekanan hidrostatik yang lebih tinggi lagi dapat menghambat
atau menghentikan pertumbuhan, oleh karena tekanan hidrostatik tinggi dapat menghambat sintesis RNA, DNA, dan
protein, serta mengganggu fungsi transport membran
sel maupun mengurangi aktivitas berbagai macam enzim.Tekanan diatas 100.000 pound/inchi2
menyebabkan
denaturasi protein. Akan tetapi ada mikroba yang tahan
hidup pada tekanan tinggi (mikroba barotoleran), dan ada mikroba yang tumbuh optimal pada tekanan tinggi sampai 16.000
pound/inchi2 (barofil). Mikroba yang hidup di laut dalam umumnya adalah barofilik
atau barotoleran. Sebagai contoh adalah bakteri Spirillum.
h. Getaran
Getaran mekanik dapat
merusakkan dinding sel dan membran sel mikroba. Oleh karena itu getaran mekanik banyak
dipakai untuk memperoleh ekstrak sel mikroba. Isi sel
dapat diperoleh dengan cara menggerus sel-sel dengan menggunakan abrasif atau dengan cara pembekuan kemudian dicairkan
berulang kali. Getaran suara 100-10.000 x/ detik
juga dapat digunakan untuk memecah sel.
B. FAKTOR
BIOTIK
Di alam jarang sekali ditemukan mikroba
yang hidup sebagai biakan murni, tetapi selalu berada dalam asosiasi dengan
jasad-jasad lain. Antar jasad dalam satu populasi atau antar populasi jasad yang
satu dengan yang lain saling berinteraksi.
1. Interaksi dalam satu populasi mikroba
Interaksi antar jasad
dalam satu populasi yang sama ada dua macam, yaitu interaksi positif maupun negatif.
Interaksi positif menyebabkan meningkatnya kecepatan pertumbuhan sebagai efek sampingnya.
Meningkatnya kepadatan populasi, secara teoritis
meningkatkan kecepatan pertumbuhan. Interaksi positif disebut juga kooperasi. Sebagai contoh adalah pertumbuhan satu
sel mikroba menjadi koloni atau pertumbuhan pada
fase lag (fase adaptasi).
Interaksi negatif menyebabkan turunnya
kecepatan pertumbuhan dengan meningkatnya
kepadatan populasi. Misalnya populasi mikroba yang ditumbuhkan dalam substrat terbatas, atau adanya produk
metabolik yang meracun. Interaksi negatif disebut juga
kompetisi. Sebagai contoh jamur Fusarium dan Verticillium pada tanah sawah, dapat menghasilkan asam lemak dan H2S
yang bersifat meracun.
2. Interaksi antar berbagai macam
populasi mikroba
Apabila dua populasi
yang berbeda berasosiasi, maka akan timbul berbagai macam interaksi. Interaksi tersebut
menimbulkan pengaruh positif, negatif, ataupun tidak ada pengaruh antar
populasi mikroba yang satu dengan yang lain. Nama masing-masing interaksi
adalah sebagai berikut:
No.
|
Nama Interaksi
|
Pengaruh Interaksi
|
|
Interaksi A
|
Interaksi B
|
||
1.
|
Netralisme
|
0
|
0
|
2.
|
Komensalisme
|
0
|
+
|
3.
|
Sinergisme
(protokooperasi)
|
+
|
+
|
4.
|
Mutualisme
(simbiosis)
|
+
|
+
|
5.
|
Kompetisi
|
-
|
-
|
6.
|
Kompetisi
|
+
|
-
|
7.
|
Predasi
|
+
|
-
|
8.
|
Parasitisme
|
+
|
-
|
Keterangan: 0: tidak berpengaruh,
+: pengaruh positif, -: pengaruh negatif
a. Netralisme
Netralisme adalah
hubungan antara dua populasi yang tidak saling mempengaruhi.
Hal ini dapat terjadi pada kepadatan populasi yang sangat rendah atau secara fisik dipisahkan dalam
mikrohabitat, serta populasi yang keluar dari habitat alamiahnya. Sebagai contoh interaksi
antara mikroba allocthonous (nonindigenous) dengan mikroba autochthonous (indigenous),
dan antar mikroba nonindigenous di atmosfer
yang kepadatan populasinya sangat rendah. Netralisme juga terjadi pada keadaan mikroba tidak aktif, misal dalam
keadaan kering beku, atau fase istirahat (spora, kista).
b. Komensalisme
Hubungan komensalisme
antara dua populasi terjadi apabila satu populasi diuntungkan
tetapi populasi lain tidak terpengaruh. Contohnya adalah:
- Bakteri Flavobacterium
brevis dapat menghasilkan ekskresi sistein. Sistein dapat
digunakan oleh Legionella pneumophila.
- Desulfovibrio mensuplai
asetat dan H2 untuk respirasi anaerobic Methanobacterium.
c. Sinergisme
Suatu bentuk asosiasi
yang menyebabkan terjadinya suatu kemampuan untuk dapat
melakukan perubahan kimia tertentu di dalam substrat. Apabila asosiasi melibatkan 2 populasi atau lebih dalam
keperluan nutrisi bersama, maka disebut sintropisme.
Sintropisme sangat penting dalam peruraian bahan organik tanah, atau proses pembersihan air secara alami.
Contoh sinergisme: Streptococcus
faecalis dan Escherichia coli
d. Mutualisme (Simbiosis)
Mutualisme adalah
asosiasi antara dua populasi mikroba yang keduanya saling tergantung dan sama-sama mendapat
keuntungan. Mutualisme sering disebut juga simbiosis.
Simbiosis bersifat sangat spesifik (khusus) dan salah satu populasi anggota simbiosis tidak dapat digantikan
tempatnya oleh spesies lain yang mirip. Contohnya adalah
Bakteri Rhizobium sp. yang hidup pada bintil akar tanaman
kacang-kacangan. Contoh
lain adalah Lichenes (Lichens), yang merupakan simbiosis antara
algae sianobakteria dengan fungi. Algae (phycobiont)
sebagai produser yang dapat menggunakan
energi cahaya untuk menghasilkan senyawa organik. Senyawa organic dapat digunakan oleh fungi (mycobiont),
dan fungi memberikan bentuk perlindungan (selubung) dan transport nutrien /
mineral serta membentuk faktor tumbuh untukalgae.
e. Kompetisi
Hubungan negatif antara
2 populasi mikroba yang keduanya mengalami kerugian.
Peristiwa ini ditandai dengan menurunnya sel hidup dan pertumbuhannya. Kompetisi terjadi pada 2 populasi
mikroba yang menggunakan nutrien / makanan yang sama,
atau dalam keadaan nutrien terbatas. Contohnya adalah antara protozoa Paramaecium caudatum dengan
Paramaecium aurelia.
f. Amensalisme (Antagonisme)
Satu bentuk asosiasi
antar spesies mikroba yang menyebabkan salah satu pihak dirugikan, pihak lain diuntungkan atau
tidak terpengaruh apapun. Umumnya merupakan cara
untuk melindungi diri terhadap populasi mikroba lain. Misalnya dengan menghasilkan senyawa asam, toksin, atau
antibiotika. Contohnya adalah bakteri Acetobacter
yang mengubah etanol menjadi asam asetat. Thiobacillus thiooxidans menghasilkan asam sulfat. Asam-asam
tersebut dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain.
Bakteri amonifikasi menghasilkan ammonium yang dapat menghambat populasi Nitrobacter.
g. Parasitisme
Parasitisme terjadi
antara dua populasi, populasi satu diuntungkan (parasit) dan populasi lain dirugikan (host / inang).
Umumnya parasitisme terjadi karena keperluan nutrisi
dan bersifat spesifik. Ukuran parasit biasanya lebih kecil dari inangnya. Terjadinya parasitisme memerlukan kontak
secara fisik maupun metabolik serta waktu kontak
yang relatif lama. Contohnya adalah bakteri Bdellovibrio yang memparasit bakteri E. coli. Jamur Trichoderma
sp. memparasit jamur Agaricus sp.
h. Predasi
Hubungan predasi
terjadi apabila satu organisme predator memangsa atau memakan dan mencerna organisme lain
(prey). Umumnya predator berukuran lebih besar
dibandingkan prey, dan peristiwanya berlangsung cepat. Contohnya adalah Protozoa (predator) dengan bakteri
(prey). Protozoa Didinium nasutum (predator) dengan Paramaecium caudatum (prey),
dapat dilihat di gambar sebagai berikut.
Didinium nasutum
|
Paramaecium caudatum
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
·
Aktivitas
mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungannya. Perubahan lingkungan
dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroba.
·
Pertumbuhan
mikroba memerlukan kisaran suhu tertentu. Kisaran suhu pertumbuhan dibagi menjadi suhu minimum,
suhu optimum, dan suhu maksimum.
·
Setiap mikroba
memerlukan kandungan air bebas tertentu untuk hidupnya, biasanya diukur dengan parameter aw
(water
activity) atau kelembaban relatif. Mikroba umumnya
dapat tumbuh pada aw 0,998-0,6. bakteri
umumnya memerlukan aw 0,90-0,999.
·
Tekanan osmose
sebenarnya sangat erat hubungannya dengan kandungan air. Apabila mikroba diletakkan pada larutan
hipertonis, maka selnya akan mengalami plasmolisis,
yaitu terkelupasnya membran sitoplasma dari dinding sel akibat mengkerutnya sitoplasma.
·
Mikroba umumnya
menyukai pH netral (pH 7). Beberapa bakteri dapat hidup pada pH tinggi (medium alkalin).
·
Di alam jarang
sekali ditemukan mikroba yang hidup sebagai biakan murni, tetapi selalu berada dalam asosiasi
dengan jasad-jasad lain. Antar jasad dalam satu populasi
atau antar populasi jasad yang satu dengan yang lain saling berinteraksi
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoeseputro.
1998. Dasar-dasar mikrobiologi. Unipress: Jakarta
Pratiwi dkk. 2004. Penuntun
Biologi SMA untuk Kelas X. Erlangga: Jakarta.
Tim Ganesha Operation.
2005. Instan Biologi SMA. Erlangga: Jakarta.
Schlegel, Hans G.
1994. Mikrobiologi Umum Edisi keenam. UGM Press:
Yogyakarta.
Waluyo, Lud. 2004. Mikrobiologi
Umum. UMM Press: Malang.
http://hbz19.blogspot.com/2013/01/makalah-mikrobiologi-kondisi-optimum_28.html