Kamis, 20 Februari 2014

Laporan Teknik Sentrifugasi | BIOLOGI




Pendahuluan
Sentrifugasi adalah metode sedimentasi untuk memisahkan partikel-partikel dari suatu fluida berdasarkan berat jenisnya dengan memberikan gaya sentripetal (Robinson 1975). Sentrifugasi bertujuan untuk memisahkan sel menjadi organel-organel utama sehingga fungsinya dapat diketahui (Miller 2000). Dalam bentuk yang sederhana sentrifus terdiri atas sebuah rotor dengan lubang-lubang untuk melatakkan wadah/tabung yang berisi cairan dan sebuah motor atau alat lain yang dapat memutar rotor pada kecepatan yang dikehendaki. Semua bagian lain yang terdapat pada sentrifus modern saat ini hanyalah perlengkapan yang dimaksudkan untuk melakukan berbagai fungsi yang berguna dan mempertahankan kondisi lingkungan dimana rotor tersebut bekerja.  Penggunaan sentrifus cukup luas, meliputi koleksi dari pemisahan sel, organel dan molekul  (Hendra 1989).
Prinsip sentrifus bekerja seperti komedi putar. Prinsipnya yakni dengan meletakkansampel pada suatu gaya dengan memutar sampel pada kecepatan tinggi, sehingga terjadi pengendapan partikel, atau organel-organel sel berdasarkan bobot molekulnya (Artika 2010). Substansi yang lebih berat akan berada di dasar, sedangkan substansi yang lebih ringan akan terletak di atas (Miller 2000). Substansi hasil sentrifugasi terbagi menjadi dua, yaitu supernatan dan pelet. Supernatan adalah substansi hasil sentrifugasi yang memiliki bobot jenis yang lebih rendah. Posisis dari substansi ini berada pada lapisan atas dan warnanya lebih jernih. Sementara pelet adalah substansi hasil sentrifugasi yang memiliki bobot jenis yang lebih tinggi. Posisisnya berada pada bagian bawah (berupa endapan) dan warnanya lebih keruh.
Alat pengukur derajat keasaman (pH meter) ialah alat digital yang digunakan untuk mengukur pH. Prinsipnya menggunakan satuan ukur yang menguraikan derajat keasaman atau kadar alkali dari suatu larutan. Standarisasi pH meter menggunakan larutan buffer dengan menggunakan larutan yang belum diketahui nilai pHnya. Semua pH meter memiliki kenop berlabel pengatur suhu yang digunakam untuk mengukur temperature dari larutan yang diukur (Bernasconi). pH meter memiliki dua buah elektroda, yaitu elektroda gelas dan elektroda kalomel. Elektroda gelas terdiri dari bola yang sangat tipis dengan ketebalan 0,1 mm yang terdapat pada ujung pipa gelas yang kuat dengan daya tahan tinggi. Bola tersebut mengandung HCl (0,1 mol/liter) yang dihubungkan dengan kawat platina melalui elektroda Ag  (Robinson 1975). Elektroda gelas di dalam larutan yang diukur menyusun setengah sel dan rangkaian pengukur dilengkapi dengan elektrode acuan yang tidak sensitif terhadap ion hidrogen. Elektroda acuan yang biasa digunakan adalah elektroda kalomel. Elektroda kalomel bersifat stabil, mudah digunakan, dan memiliki ketepatan tinggi dalam menentukan potensial elektroda standar (Hendra 1989).
Prinsip penggunaan pH meter adalah berdasarkan pada potensial elektrokimia yang terjadi antara larutan yang terdapat dalam elektroda gelas (membran gelas) yang telah diketahui dengan larutan di luar elektroda gelasyang tidak diketahui sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh lapisan tipis dari gelembung kacaakan berinteraksi dengan ion hidrogen yang ukurannya relatif lebih kecil dan aktif, sehinggaelektroda tersebut akan mengukur potensial elektrokimia dari ion hidrogen. Sirkuit elektrik harus dilengkapi dengan elektroda pembanding (kalomel). Hal yang harus digaris bawahi adalah alat tersebut tidak mengukur arus tetapi hanya mengukur tegangan (Bernasconi 1995).

Tujuan Percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk memperkenalkan prinsip kerja dan cara penggunaan alat–alat laboratorium di laboratorium biokimia. Alat-alat tersebut meliputi pH meter dan sentifusa.

Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini meliputi pH meter gelas, alat sentrifus, tabung sentrifus, labu takar 50 ml, gelas piala 100 ml, gelas piala 200 ml, pipet volumetrik, pipet tetes, labu erlenmeyer dan beker gelas.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah aquades, suspensi kloroplas, Na2HPO4, asam sitrat serta  bufer pH 7 dan 4.
Prosedur Percobaan
Pada percobaan penggunaan pH meter, disiapkan masing-masing 50 ml larutan 0,2 M fosfat (Na2HPO4.2H2O) dan 50 ml 0,1 M sitrat. Selanjutnya melakukan standarisasi terhadap pH meter. Dicampurkan 17,5 ml larutan fosfat ke dalam 32,5 ml larutan sitrat, lalu pHnya diukur. Bila pH < 3,8 maka asam sitrat ditambahkan dengan pipet tetes hingga pH menyentuh angka 4. Namun bila pH > 3,8 maka fosfat yang bersifat basa ditambahkan  dengan pipet tetes hingga pH menyentuh angka 7.
Pada percobaaan penggunaan sentrifus, memindahkan suspensi kloroplas ke dalam satu tabung dingin yang ada dalam bak es. Sebelum suspensi dimasukkan, terlebih dahulu tabung kosong ditimbang dengan menggunakan neraca. Selanjutnya suspensi kloroplas dimasukkan dan tabung yang berisi kloroplas di timbang kembali. Ada tiga tabung yang berisi suspensi kloroplas yang digunakan dalam percobaan kali ini dan sebagai penyeimbang menggunakan air untuk mengisi tabung lainnya. Perbedaan bobot kedua tabung ini harus harus tidak lebih dari 100 mg. Selanjutnya tabung tersebut diberi label. Tabung kemudian diletakkan di dalam rotor pada posisi yang berlawananhingga tabung berada dalam keadaan seimbang. Selanjutnya memutar alat sentrifus dengan kecepatan 1200 g selama 10 menit. Setelah selesai menuangkan supernatannya dengan hati-hati ke dalam wadah lain, sehingga tidak tercampur dengan pelet.

Hasil Percobaan
Tabel 1. Bobot pelet kloroplas
Sampel
Bobot tabung kosong (g)
Bobot tabung kosong+ kloroplas (g)
Bobot tabung+ pellet (g)
Bobot suspensi kloroplas
Bobot pelet (g)
 
Rendemen
(% b/b)

1
15,88
34,68
21,71
18,80
5,83
0,3072
2
15,63
34,85
20,81
19,22
5,18
0,2695
3
15,70
34,77
20,51
19,07
4,81
0,2522
Contoh perhitungan :
Bobot pelet = (bobot tabung + bobot pllet) – bobot tabung = 21,71 – 15,88 = 5,83
RCF = 1,12 x r x
1200 = 1,12 x 10-5x 7 cm x
RPM = 3912,3039  4000
Keterangan :
RCF     : relative centrifugal force = gaya sentrifugasi yang dihasilkan dibandingkan   dengan percepatan gravitasi bumi
RPM    : rotasi per menit
r           : jari-jari rotor
Tabel 2. Penggunaan pH meter
Sampel
pH terukur
pH Universal
Sampel 1
4,43
4
Sampel 2
4,31
4
Sampel 3
5,58
6
Sampel 4
7,31
7
Sampel 5
4,55
4

Contoh perhitungan:
Pembuatan larutan asam sitrat 0,1 M
M= x
0,1 M =  x
gr=  = 1, 0507 gr
Pembuatan larutan asam fosfat 0,1 M
M= x
0,2 M =  x
gr=  = 3,5814 gr

Pembahasan
Prinsip sentrifugasi didasarkan pada pemisahan molekular dari sel atau organel subselular. Pemisahan tersebut berdasarkan konsep  bahwa partikel yang tersuspensi di sebuah wadah akan mengendap (bersedimentasi) ke dasar wadah karena adanya gaya gravitasi.  Sehingga laju pengendapan suatu partikel yang tersuspensi tersebut dapat diatur dengan meningkatkan atau menurunkan pengaruh gravitasional terhadap partikel. Pengaturan laju pengendapan tersebut dapat dilakukan dengan cara menempatkan wadah yang berisi suspensi partikel kemesin sentrifugasi tepatnya pada bagian rotor yang kemudian akan berputar dengan kecepatan tertentu. Hal tersebut tergantung pada ukuran dan bobot jenis dari suspensi. Teknik ini dapat digunakan untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi molekul biologi dan komponen selular. Hasil sentrifugasi terbagi menjadi dua, yaitu supernatan dan pelet. Supernatan adalah substansi hasil sentrifugasi yang memiliki bobot jenis yang lebih rendah. Posisi dari substansi ini berada pada lapisan atas dan warnanya lebih jernih. Sementara pelet adalah substansi hasil sentrifugasi yang memiliki bobot jenis yang lebih tinggi. Posisisnya berada pada bagian bawah (berupa endapan) dan warnanya lebih keruh. () Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan sampel yang digunakan adalah klorofil. Data yang didapat dari praktikum ini ialah data rendemen dengan tiga kali pengulangan, rendemen pertama 0,3072 %b/b, rendemen kedua 0,2695 %b/b, dan rendemen yang ketiga 0,2522 %b/b. Rendemen adalah perbandingan antara minyak yang dihasilkan dengan bahan tumbuhan yang diolah. Besarnya rendemen yang dihasilkan antara jenis bahan yang satu berbeda dengan yang lainnya. (Anonim 2012) Bobot  suspensi kloroplas adalah berturut-turut sebagai berikut (1)18,80 ; (2)19,22 ; dan (3) 19,07.
Sentrifus digunakan dengan syarat dan ketentuan sebagai berikut yaitu pertama, bobot tabung yang digunakan harus seimbang agar gaya sentrifugal pada sentrifus menjadi seimbang. Keseimbangan tersebut juga mempengaruhi kecepatan rotor. Jika tidak seimbang maka dapat menyebabkan suspensi menjadi rusak bahkan terlempar ke luar bila sentrifus tidak terkunci rapat karena timbulnya presisi. (Robinson 1975) Kedua, Sebelum dijalankan sentrifus harus dalam keadaan vakum supaya tidak ada lagi gesekan dengan udara dan suhu tidak naik ketika rotor sedang berputar. Kemudian yang ketiga, homogenisasi dan fraksinasi dilakukan pada suhu 40C agar meminimalisir degradasi enzim-enzim terhadap komponen sel. (Miller 2000) Sentrifus yang digunakan pada percobaan ini adalah sentrifus berkecepatan tinggi yang sering digunakan dalam laboratorium biokimia. (Hendra 1989)
Instrumen pHmeter dapat digunakan untuk menentukan pH atau tingkat keasaman dari suatu sistem larutan.(Beran, 1996) Sifat asam atau basa suatu larutan dapat ditentukan dari jumlah ion hidrogen yang terkandung di dalam larutan tersebut. Sifat keasaman dari suatu larutan dapat  ditentukan dengan dua cara yaitu yang pertama, menggunakan kertas lakmus sebagai indicator asam atau basa dan yang kedua, menggunakan instrumen pH meter yang memiliki akurasi cukup tinggi. Pada percobaan kali ini, kita menentukan sifat keasaman suatu larutan dengan menggunakn pH meter. Larutan yang digunakan adalah larutan campuran dari fosfat (bersifat basa) dan asam sitrat (bersifat asam).  pH meter yang baik haruslah dirawat dengan baik pula agar nilai akurasi dan presisinya dapat terjaga. Berdasarkan hal tersebut praktikan haruslah mengkalibrasi instrument pHmeter tersebut sebelum digunakan untuk mengukur nilai pH suatu larutan. Prinsip kerja pada pHmeter ini menggunakan arus listrik yang tercatat pada sensor pH akibat adanya suasana ionic pada larutan. Keseimbangan sensor pH pada pHmeter harus dijaga dengan cara mengkalibrasinya. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan pH buffer standar ini adalah menjaga pH meter dalam keadaan segar. Sensor pHmeter selalu dicuci untuk menjaga akurasi alat serta mencegah kontaminasi pada pH buffer. Selain itu, untuk lebih menjaga keawetan sensor, maka perlakuan sensor apabila tidak dipakai harus direndam/tercelup dalam aquades. Dan yang terakhir ialah temperature pHmeter harus selalu dijaga. Sebab, Kenaikan satu derajat temperatur menyebabkan perubahan nilai pH berkisar antara 0,01 sampai 0,02.
 Kalibrasi pHmeter dapat dilakukan pada larutan standar dengan pH 4, pH 7, atau pH 10. Kalibrasi dapat dilakukan dengan tiga metode yang dapat dipilih salah satu. Ketiga metode tersebut adalah (1) metode satu titik pada sekitar pH yang akan diukur, yakni kalibrasi dengan buffer standar pH 4,01 untuk sistem asam, buffer standar pH 7,00 untuk sistem netral, dan buffer standar pH 10,01 untuk sistem basa. (2) metode dua titik (diutamakan) jika sistem bersifat asam, maka digunakan 2 buffer standar berupa pH 4,01 dan 7,00 Apabila sistem bersifat basa, digunakan 2 buffer standar berupa pH 7,00 dan 10,01 (3) metode multi titik yang dilakukan dengan menggunakan 3 buffer standar. Akurasi dari nilai pH untuk setiap buffer ditentukan sebagai fungsi temperatur.
Pada praktikum kali ini, praktikan menggunakan metode dua titik yaitu dengan menggunakan dua larutan yaitu larutan fosfat dan larutan asam sitrat.  Dengan metode ini, praktikan memperoleh data pH dalam bentuk pH terukur (menggunakan pHmeter) dan pH universal(menggunakan indicator universal). Dalam hal ini, pH terukur lebih akurat daripada pH universal. Hal itu disebabkanoleh  pH terukur yang menggunakan pHmeter memiliki sensor pH berupa arus listrik dalam larutan yang bersifat ionic daripada pH universal yang hanya mengandalkan warna pada trayek pH universal. pH terukur oleh pH meter berturut-turut untuk lima kali ulangan ialah 4,43 ; 4,31 ; 5,58 ; 7,31 ; dan 4,55 sedangkan pH universal 4 ; 4 ; 6 ; 7 ; dan 4.  Data yang didapat ada yang tidak normal yaitu pada ulangan keempat pH terukur 7,31 dan pH universal sebesar 7. Hal itu disebabkan karena adanya kesalah saat mencampurkan asam sitrat seharusnya 32,5 mL namun dimasukkan 17,5 mL dan fosfat yang seharusnya 17,5 mL dimasukkan 32,5 sehingga membuat pH yang diukur berbeda dengan pH yang seharusnya pada rencana kerja.
Simpulan
Jadi, berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sentrifus digunakan untuk mengendapkan suspense kloroplas agar didapatkan supernatan yang terpisah dari pelet. Sentrifus dengan rotor yang berkecepatan tinggi akibat adanya gaya gravitasi dapat mengendapkan suspensi kloroplas dengan rendemen yaitu rendemen pertama 0,3072 %b/b, rendemen kedua 0,2695 %b/b, dan rendemen yang ketiga 0,2522 %b/b. selain menggunakan sentrifus, praktikan juga menggunakan pHmeter dengan mengkalibrasinya menggunakan metode dua titik (menggunakan larutan asam sitrat dan fosfat) untuk membuat larutan buffer yang pH nya mendekati 4. pH dapat diukur dengan pHmeter yang lebih akurat daripada pH universal dengan pH yang terukur berturut-turut untuk 5 kali pengulangan yaitu 4,43 ; 4,31 ; 5,58 ; 7,31 ; dan 4,55 serta pH universalnya berturut-turut untuk 5 kali pengulangan yaitu 4 ; 4 ; 6 ; 7 ; dan 4.


Daftar Pustaka

Anonim. [terhubung berkala]
Artika IM, Safithri M. 2010. Diktat Kuliah Struktur dan Fungsi Subseluler.
Bogor:Departemen Biokimia.
Beran, J.A, 1996, Chemistry in The Laboratory, John Willey & Sons.
Bernasconi G. 1995. Teknologi Kimia I. Jakarta: Pradya Paramita.
Hendra Adijuwana. 1989. Teknik pemisahan Dalam Analisis Biologis. Bogor: IPB Press.
Miller J.N. 2000. Statistics and Chemometrics for Analytical Chemistry, 4th ed. Harlow:
Prentice. Hall.
Robinson J.R. 1975. Fundamental Of Acid-Base Regulation, 5th edition. Oxford: Blackwell
Scientific Publication.
Sastrohamidjojo, H, 1991, Spektroskopi, Liberty, Yogyakarta.
Tahir, Iqbal. 2008. Arti Penting Kalibrasi pada Proses Pengukuran Analitik : Aplikasi pada
Penggunaan pHmeter dan Spektrofotometer UV-Vis. [terhubung berkala] http://iqmal.staff.ugm.ac.id/wp-content/iqmal-2008-kalibrasi.pdf   ( 2 maret 2012)
http://devagerald.wordpress.com/2012/03/05/laporan-sentrifus/
 

Rabu, 19 Februari 2014

Laporan Pewarnaan Gram | BIOLOGI




A.    Tujuan
Mengetahui bakteri gram positif dan bakteri gram negatif

B.     Dasar Teori
Pewarnaan pada bakteri dibagi menjadi tiga, yaitu :
1.  Pewarnaan sederhana
Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak digunakan. Disebut sederhana karena hanya menggunakan satu jenis zat warna untuk mewarnai organisme tersebut. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan-pewarnaan sederhana karena sitoplasamanya bersifat basofilik (suka dengan basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkolin. Dengan pewarnaan sederhana dapat mengetahui bentuk dan rangkaian sel-sel bakteri. Pewarna basa yang biasa digunakan untuk pewarnaan sederhana ialah metilen biru, kristal violet, dan karbol fuehsin yang mana pewarnaan sederhana ini dibagi lagi menjadi dua jenis pewarnaan.

a.       pewarnaan asam
Merupakan pewarnaan yang menggunakan satu macam zat warna dengan tujuan hanya untuk melihat bentuk sel. Adapun zat warna yang dipakai dalam pewarnaan positif adalah metilen biru dan air furksin.

b.      Pewarnaan Basa
Pewarnaan basa atau negatif merupakan metode pewarnaan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Metode ini menggunakan cat nigrosin atau tinta cina.

2.  Pewarnaan Diferensial (Gram)
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram negatif menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka.
a.  Bakteri Gram Negatif
Bakteri gram negative adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci dengan alcohol, sementara bakteri gram negative tidak.
b.  Bakteri Gram Positif
Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metil ungu sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram negative akan berwarna merah muda. Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri (Aditya,2010)

Bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu lipoposakarida (lipid) kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai dengan safranin akan berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki selapis dinding sel berupa peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori-pori dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding sel tetap menahan warna biru (Fitria, 2009).

Sel bakteri gram positif mungkin akan tampak merah jika waktu dekolorisasi terlalu lama. Sedangkan bakteri gram negatif akan tampak ungu bila waktu dekolorisasi terlalu pendek (Fitria, 2009).
Perbedaan relatif sifat bakteri gram positif dan gram negatif.
Sifat
Bakteri garam (+)
Bakteri gram negatif(-)
Komposisi dinding sel
Kandungan lipid rendah (1-4%)
Kandungan lipid tinggi
Ketahanan terhadap penisilin
Lebih sensitif
Lebih tahan
Penghambatan oleh pewarna basa (VK)
Lebih dihambat
Kurang dihambat
Kebutuhan nutrisi
Kebanyakan spesies relatif kompleks
Relatif sederhana
Ketahanaa terhadap
perlakuan fisik
Lebih tahan
Kurang tahan
(Manurung, 2010).

Pewarnaan tahan asam yang umum digunakan adalah pewarnaan Zieh – Neelson dengan pewarna utama karbol fuksin dengan pemanasan dan pewarna tandingan metilen blue Loeffler. Perlakuan panas tersebut diganti dengan penggunaan pembasah yaitu suatu deterjen untuk mengurangi tegangan permukaan lemak, untuk menjamin penetrasi. Pewarna yang mengandung pembasah ini disebut pewarna Kinyoun (Purwoko, 2010).

Sekali sitoplasma terwarnai, maka sel-sel organisme seperti mikobakteri menahan zat warna tersebut dengan erat, artinya tidak terpucatkan sekalipun oleh zat yang bersifat keras seperti asam alkohol (yaitu 3% HCL dalam etanol 95%). Alkohol asam ini merupakan pemucat yang sangat intensif dan jangan dikelirukan dengan alkohol-aseton yang banyak digunakan dalam prosedur pewarnaan Gram. Kondisi pewarnaan ini, organisme yang dapat menahan zat warna itu dikatakan tahan asam dan tampak merah. Bakteri biasa yang dindingnya tidak bersifat terlampau lipoidal, pewarna karbol fuksin yang mewarnai sel dapat dengan mudah dipucatkan oleh alkohol-asam dan karenanya dikatakan tak tahan asam. Tercucinya karbol fuksin dapat diperagakan oleh terserapnya pewarna tandingan biru metilen oleh sel, sehingga bakteri tersebut tampak biru (Hadioetomo, 1993).

Pewarnaan Ziehl Neelsen. Larutan carbol fuchsin 0,3% dituang pada seluruh permukaan sediaan, kemudian dipanaskan diatas nyala api sampai keluar asap tetapi tidak sampai mendidih atau kering selama 5 menit. Sediaan kemudian dibiarkan dingin selama 5-7 menit lalu kelebihan zat warna dibuang dan dicuci dengan air yang mengalir perlahan. Setelah itu larutan asam alkohol 3% (hydrochloric acid-ethanol) dituang pada sediaan dan dibiarkan 2-4 menit kemudian dicuci dengan air mengalir selama 1-3 menit, kelebihan larutan dibuang. Larutan methylene blue 0,1% dituang sampai menutup seluruh permukaan, dibiarkan 1 menit lalu larutan dibuang dan dicuci dengan air mengalir (Karuniawati, 2005).


4.  Pewarnaan Khusus
Pewarnaan khusus merupakan metode pewarnaan untuk mewarnai struktur khusus atau tertentu dari bakteri seperti bagian spora, kapsul, flagel dsb. Contoh pewarnaan khusus :Pewarnaan Endospora Anggota dari genus Clostridium, Desulfomaculatum, dan Bacillus adalah bakteri yang memproduksi endospora dalam siklus hidupnya. Endospora merupakan bentuk dorman dari sel vegetatif, sehingga metabolismenya bersifat inaktif dan mampu bertahan dalam tekanan fisik dan kimia seperti panas, kering, dingin, radiasi, dan bahan kimia. Tujuan dilakukannya pewarnaan endospora adalah membedakan endospora dengan sel vegetatif, sehingga pembedaannya tampak jelas. Endospora tetap dapat dilihat di bawah mikroskop meskipun tanpa pewarnaan dan tampak sebagai bulatan transparan dan sangat refraktil. Namun jika dengan pewarnaan sederhana, endospora sulit dibedakan dengan badan inklusi (Aditya, 2010)
a.  Pewarnaan kapsul
Pewarnaan ini menggunakan larutan kristal violet panas, lalu larutan tembaga sulfat sebagai pembilasan menghasilkan warna biru pucat pada kapsul, karena jika pembilasan dengan air dapat melarutkan kapsul. Garam tembaga juga memberi warna pada latar belakang yang berwana biru gelap.
b.  Pewarnaan spora
Dinding spora relatif tidak permeable, namun zat warna bias menembusnya dengan cara memanaskan preparat.
c.  Pewarnaan flagel
Pewarnaan flagel dengan memberi suspensi koloid garam asam tanat yang tidak stabil, sehingga terbentuk presipitat tebal pada dinding sel dan flagel.
d.  Pewarnaan nucleoid
Pewarnaan nucleoid menggunakan pewarna fuelgen yang khusus untuk DNA (Rudi, 2010).



A.    Alat dan Bahan
NO
Alat
Jumlah
Bahan

1

Jarum ose

1
Biakan murni B. cereus dan E.colipada medium NA yang berumur 24 jam
2
Pembakar spirtus
1
Aquades steril
3
Kaca preparat
1
Larutan hucker’s crystal violet
4
Pipet tetes
1
Larutan mordan lugol iodine
5
Mikroskop
1
Larutan alkohol 96%
6
Gelas kimia
3
Larutan safranin
7
Kaca objek
1

8
Tabung reaksi
1


B.    
Kaca Objek

Cara Kerja
 Dibersihkan dengan menggunakan alkohol
Dikeringkan dengan cara dianging-anginkan pada api
Kaca objek yang telah steril
Ditetesi aquades

Jarum ose

Dibakar sampai merah
Dicelupkan pada alkohol
Jarum ose yang steril
Dikeringkan dengan cara diangin-anginkan pada api







Sampel e.coli dan Bacillus

 Diambil menggunakan jarum ose (medianya jangan sampai terambil).
 Disimpan di atas kaca objek
 Aduk pelan-pelan sampai tercampur dengan aquades yang telah ada   pada kaca objek
Kaca objek yang telah berisi sampel
             Dikeringkan dengan cara dipanaskan di atas api kecil.

                 
      Ditetesi violet sampai sampel bakteri terendam (diamkan selama 1 menit)               
      Dicuci dengan air yang mengalir
     Ditetesi lugol sampai sampel bakteri terendam (diamkan selama 1 menit)
      Dicuci dengan air yang mengalir
     Ditetesi alkohol 96% ( diamkan selama 45 detik)
     Dicuci dengan air yang mengalir
      Ditetesi safranin sampai sampel bakteri terendam (diamkan selama 1 menit)
       Dicuci dengan air yang mengalir
      Dikeringkan pada udara terbuka
Hasil
     Diamati dibawah mikrosko


A.  Hasil Pengamatan dan Pembahasan
Tabel pengamatan
Gambar 1. Fiksasi
Sumber : dokumentasi Pribadi
Bakteri yang telah di ambil kemudian di simpan pada kaca objek yang dicampur dengan setetes aquades. Setelah itu difiksasi di atas api sampai kering. Pemanasan tidak boleh terlalu panas karena bisa merusak sel bakteri.
Gambar 2. Pada saat ditetesi violet
Sumber : dokumentasi pribadi
Setelah difiksasi, sampel ditetesi violet. Sampai bakteri terendam. Lalu biarkan selama 1 menit. Setelah itu, cuci di air yang mengalir. Hasilnya terdapat warna ungu pada kaca objek.
Gambar 3. Penambahan lugol
Sumber : dokumentasi pribadi
Kemudian bakteri ditetesi lugol sampai terendam lalu biarkan 1 menit dan cuci di air yang mengalir. Setelah dicuci, kaca objek tetap berwarna ungu akibat dari tetesan violet.
Gambar 4. Saat ditetesi alkohol 96%
Sumber : dokumentasi pribadi
Setelah ditetesi lugol dan dicuci, bakteri ditetesi alkohol 96% dan dibiarkan selama 45 detik. Setelah itu, cuci di air yang mengalir. Setelah dicuci, warna ungu pada kaca objek menghilang akibat penambahan dari alkohol.
Gambar 5. Pada saat ditetesi safranin
Sumber : dokumentasi pribadi
Setelah warna ungu pada bakteri hilang, kemudian bakteri ditetesi safranin sampai terendam dan biarkan selama 1 menit. Kemudian cuci di air yang mengalir. Hasilnya, bakteri yang dihasilkan berwarna merah muda.
Gambar 6. Hasil pewarnaan
Sumber :  dokumentasi pribadi





Gambar 7. Hasil pengamatan pada mikroskop (pembesaran 40x10)
Sumber : dokumentasi pribadi

Gambar B. cereus pada  pembesaran 16x10
Sumber : Purna,2012.laporan praktikum mikrobiologi

Pewarnaan Gram adalah pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan paling banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi, karena merupakan tahapan penting dalam langkah awal identifikasi. Pewarnaan ini didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya lapisan lemak pada membran sel bakteri. Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan gram dibagi menjadi dua yaitu gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal dan membran sel selapis. Sedangkan baktri gram negatif mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara dua lapis membran sel (Manurung, 2010).

Penambahan violet pada bakteri. Kristal violet merupakan reagen yang berwarna ungu. Kristal violet ini merupakan pewarna primer (utama) yang akan memberi warna pada mikroorganisme target. Kristal violet bersifat basa sehingga mampu berikatan dengan sel mikroorganisme yang bersifat asam. Dengan perlakuan seperti itu, sel mikroorganisme yang transparan akan terlihat berwarna (ungu). Pemberian kristal violet pada bakteri gram positif akan meninggalkan warna ungu muda. Perbedaan respon terhadap mekanisme pewarnaan gram pada bakteri adalah didasarkan pada struktur dan komposisi dinding sel bakteri. Bakteri gram positif mengandung protein dan gram negatif mengandung lemak dalam persentasi lebih tinggi dan dinding selnya tipis. Kristal violet yang diteteskan didiamkan selama 1 menit bertujuan agar cat atau pewarna ini dapat melekat sempurna pada dinding sel bakteri.

Penambahan lugol pada bakteri. Lugol  merupakan pewarna Mordan, yaitu pewarna yang berfungsi memfiksasi pewarna primer yang diserap mikroorganisme target atau mengintensifkan warna utama. Pemberian lugol pada pengecatan Gram dimaksudkan untuk memperkuat pengikatan warna oleh bakteri. Kompleks zat lugol terperangkap antara dinding sel dan membran sitoplasma organisme gram positif, sedangkan penyingkiran zat lipida dari dinding sel organisme gram negatif dengan pencucian alkohol memungkinkan hilang dari sel. Lugol  yang diteteskan didiamkan selama 1 menit bertujuan agar pengikatan warna oleh bakteri menjadi semakin lebih kuat.

Selanjutnya, 1 tetes alkohol 96% diteteskan di atas objek glass tersebut kemudian didiamkan selama 45 detik. Setelah itu, kaca objek dibilas dengan air hingga warnanya hilang. Etanol 95% merupakan solven organik yang berfungsi untuk membilas (mencuci) atau melunturkan kelebihan zat warna pada sel bakteri (mikroorganisme). Tercuci tidaknya warna dasar tergantung pada komposisi dinding sel, bila komponen dinding sel kuat mengikat warna, maka warna tidak akan tercuci sedangkan bila komponen dinding sel tidak kuat menelan warna dasar, maka warna akan tercuci. Pemberian alkohol pada pengecatan ini dapat mengakibatkan terjadinya dua kemungkinan yaitu mikroorganisme (bakteri) akan tetap berwarna ungu atau bakteri menjadi tidak berwarna. Pemberian alkohol 96% juga menyebabkan terekstraksi lipid sehingga memperbesar permeabilitas dinding sel.

Selanjutnya diteteskan 1 tetes safranin di atas kaca objek tersebut kemudian didiamkan selama 1 menit. Setelah itu, kaca objek dibilas dengan air hingga warnanya hilang. Safranin merupakan pewarna tandingan atau pewarna sekunder. Zat ini berfungsi untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan pewarna utama setelah perlakuan dengan alkohol. Dengan kata lain, safranin memberikan warna pada mikroorganisme non target serta menghabiskan sisa-sisa cat atau pewarna. Pewarnaan safranin masuk ke dalam sel dan menyebabkan sel menjadi berwarna merah pada bakteri gram negatif sedangkan pada bakteri gram positif dinding selnya terdehidrasi dengan perlakuan alkohol, pori – pori mengkerut, daya rembes dinding sel dan membran menurun sehingga pewarna safranin tidak dapat masuk sehingga sel berwarna ungu.

Pemberian reagen atau pewarna yang berganti dari satu pewarna ke pewarna lain dengan waktu yang telah ditentukan disebabkan karena zat-zat warna tersebut dapat berikatan dengan komponen dinding sel bakteri dalam waktu singkat. Karena itulah rentang waktu pemberian zat warna yang satu ke yang lainnya tidak lama sehingga proses identifikasi bakteri berlangsung cepat.

Setiap akhir pemberian reagen atau pewarna, selalu dilakukan pembilasan terhadap kaca objekdengan menggunakan air. pembilasan ini bertujuan untuk mengurangi kelebihan setiap zat warna yang sedang diberikan. Setiap akhir pembilasan pada masing-masing reagen, perlu dilakukan penyerapan air bilasan dari air dengan menggunakan kertas tissu agar aquades tidak tercampur dengan reagen atau pewarna baru yang akan diberikan. Setelah pembilasan terakhir, gelas benda dikeringkan dan diamati di bawah mikroskop. Jika terbentuk warna ungu maka termasuk golongan bakteri gram positif , dan jika terbentuk warna merah atau merah muda maka termasuk golongan bakteri gram negatif.


B.     Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa, bakteri e.coli yang berwarna merah merupakan gram negatif dan bacillus yang berwarna ungu merupakan gram positif.



Daftar Pustaka

Aditya,Mushoffa.2010.Teknik Pewarnaan Bakteri.


Hadioetomo, R. S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : Gramedia.

Karuniawati, Risdiyani, S. Nilawati, Prawoto, Y. Rosana, B. Alisyahbana, I. Parwati, Wia
Melia, dan T.M. Sudiro. 2005. Perbandingan Tan Thiam Hok, Ziehl Neelsen dan Fluorokrom sebagai Metode Pewarna Basil Tahan Asam untuk Pemeriksaan Mikroskopik Sputum. Makara Kesehatan Vol. 9 No. 1.

Manurung, Pebrin.2010.Pengamatan Bentuk Bakteri.


Purwoko, Tjahjadi. dkk. 2010. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Laboratorium Mikrobiologi UNS.

http://alexschemistry.blogspot.com/2013/10/laporan-pewarnaan-bakteri-pewarnaan-gram.html