Visit to salambiologi.blogspot.com
I.
JUDUL
: GOLONGAN
DARAH PADA MANUSIA
II. TUJUAN
Setelah selesai praktikum ini mahasiswa diharapkan
dapat menjelaskan penggolongan darah manusia.
III. DASAR TEORI
Kesukaran pertama dalam transfusi darah disebabkan
karena terjadinya penggumpalan sel-sel darah. Gumpalan-gumpalan sel darah merah
tidak dapat lewat melalui pembuluh darah kapiler, yang menjadi tersumbat
karenanya. Bila banyak pembuluh kapiler yang tersumbat, sistem peredaran darah
akan tersumbat dan mungkin akan menyebabkan kematian. Landstainer telah
mendemostrasikan bahwa penggumpalam sel darah merah terjadi karena adanya suatu
reaksi antara zat-zat pada membran sel darah merah dan zat-zat dalam plasma. Dalam
darah setiap orang, zat-zat yang bereaksi tidak terdapat secara bersama-sama.
Tetapi karena masing-masing individu memiliki rangkaian zat yang berbeda dari
individu lainnya. (Waluyo,1993:50)
Dalam teknik slide biasa untuk penggolongan darah
ABO, dua tetes darah yang terpisah dari orang yang akan diperiksa golongan
darahnya diletakkan pada sebuah slide mikroskop. Setetes serum yang mengandung
aglutinin anti A (dari darah golongan B) diteteskan pada salah satu tetes darah
sedangkan tetes serum yang mengandung aglutinin anti B (dari darah golongan A)
diteteskan pada tetes darah lainnya.
a. Jika
serum anti A menyebabkan aglutinasi pada tetes darah, maka individu tersebut
memiliki aglutinogen tipe A (golongan darah A)
b. Jika
serum anti B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut memiliki aglutinogen
tipe B (golongan darah B)
c. Jika
kedua serum anti A dan anti B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut
memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B (golongan darah AB)
d. Jika
kedua serum anti A dan anti B tidak mengakibatkan aglutinasi, maka individu
tersebut tidak memiliki aglutinigen(golongan darah O). (Sudjaji, 2005:38)
Golongan darah pada manusia ada 3 macam, yaitu
sistem ABO, sistem MN dan sistem rhesus.
1. Sistem
ABO
Sistem ABO yang sering digunakan
yaitu ditemukan oleh K. Landsteiner pada tahun 1900, menggolongkan darah
manusia menjadi 4 macam diantaranya:
·
Golongan darah
A, yaitu apabila di dalam sel darah merahnya mengandung aglutinogen A dan
serumnya dapat membuat aglutinin (beta)
·
Golongan darah
B, yaitu apabila di dalam sel darah merahnya mengandung aglutinogen B dan
serumnya dapat membuat aglutinin (alfa)
·
Golongan darah
AB, yaitu apabila di dalam sel darah merahnya mengandung aglutinogen A dan
aglutinogen B, tetapi serumnya tidak dapat membuat aglutinin
·
Golongan darah
O, yaitu apabila di dalam sel darah merahnya tidak terdapat aglutinigen, tetapi
serum darahnya dapat membuat aglutinin alfa dan aglutinin beta.
(Waluyo,2010:173)
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis
antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, golongan darah tersebut
dibagi menjadi 4 yaitu sebagai berikut:
1)
Individu dengan
golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran
selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya.
Sehingga orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari
orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
2)
Individu dengan
golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan
menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga orang
dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan
golongan darah B-negatif atau O-negatif.
3)
Individu dengan
golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak
menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga orang dengan
golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah
ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun orang dengan golongan
darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
4)
Individu dengan
golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi
terhadap antigen A dan B. Sehingga orang dengan golongan darah O-negatif dapat
mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor
universal. Namun orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima
darah dari sesama O-negatif. (Winotasara,1993:53)
2. Sistem
MN
Pada tahun 1972, K. Landsteiner dan P. Levine telah
menemukan golongan darah sistem MN, akibat ditemukannya antigen M dan antigen N
pada sel darah merah manusia. Sistem ini digolongkan menjadi 3 jenis yaitu:
· Golongan
darah M, mengandung antigen M
· Golongan
darah N, mengandung antigen N
· Golongan
darah MN, mengandung antigen M dan antigen N.
(Waluyo,2010:174)
3. Sistem
Rhesus
Pada sistem Rhesus dikenal 2 jenis darah yaitu
Rhesus + dan Rhesus -. Rhesus + mengandung antigen faktor Rhesus dalam
eritrositnya, tak ada aglutininnya dalam plasma. Sedangkan orang yang berjenis
Rhesus – tak mengandung antigen faktor Rhesus, juga tak mengandung
aglutininnyadalam plasma. Kalau donor Rh+, resipien Rh- tak terjadi
penggumpalan karena pada darah resipien itu tidak ada aglutininnya. Kalau donor
Rh-, resipien Rh+ juga tak terjadi penggumpalan karena tak ada aglutinin
resipien dan tak ada antigen donor yang harus digumpalkan.
Pada kaum ibu hamil sistem Rhesus ini ada juga
peranannya sekedar. Kalau ibu itu mengandung embrio berjenis Rh+ (suami Rh+)
sedang ia berjenis Rh-, sebagian antigen embrionya akan merembes ke dalam
peredaran darah ibu dan terbentuk aglutinin. Sampai bayi lahir belum apa-apa.
Tapi kalau ibu mengandung embrio berjenis Rh+ kedua kalinya, dalam tubuhnya
sudah terbentuk banyak aglutinin. Sehingga mampu menggumpalkan eritrosit
embrionya, lahirlah bayi yang mengidap anemia yang parah dan sering menyebabkan
kematian sang bayi. (Yatim,1987:213)
Komponen
Darah
Volume darah manusia adalah sekitar 8% dari berat
tubuhnya. Darah tersusun atas dua komponen yaitu yang pertama plasma darah
kemudian yang kedua sel-sel darah dan keping-keping darah. Di dalam tubuh,
sel-sel darah tidak dapt memisahdari plasma darah karena teradu selama proses
sirkulasi. Sel-sel darah dan keping-keping darah dapat dipisahkan dari plasma
darah dengan melalui proses sentrifugasi.
a.
Plasma darah
Plasma darah cairan yang berwarna kekuning-kuningan,
tersusun atas air, dan bahan terlarut yaitu protein, lemak, asam lemak, asam
amino, glukosa, hormon, enzim, antibodi, garam mineral.
Fungsi
dari plasma darah adalah:
· Sebagai
pelarut bahan-bahan kimia
· Membawa
mineral-mineral terlarut, glukosa, asam amino, vitamin, karbondioksida dan
bahan-bahan buangan
· Menyebarkan
panas dari organ yang lebih panas ke organ yang lebih dingin
· Menjaga
keseimbangan antara cairan di dalam sel dan cairan di luar sel.
Plasma mengandung protein seperti lipoprotein,
fibrinogen berfungsi dalam pembekuan darah, globulin berperan dalam pertahanan
tubuh, albumin berperan dalam membantu aliran darah dan mengatur tekanan
osmotik darah, antihemophilic globulin berfungsi mencegah hemofilia,
tromboplastin berfungsi dalam proses pembekuan darah bersama protombin dan
fibrinogen, immunoglobulin berfungsi untuk kekebalan tubuh(abtibodi).
Protein-protein tersebut dapat dipisahkan dari plasma dan membentuk cairan yang
disebut serum. (Waluyo,2010:175)
b.
Sel darah
· Sel
darah merah(Eritrosit)
Sel-sel darah merah mempunyai bentuk cakram, dengan
diameter 7,5
m da ketebalan 2
m. Tengah-tengah dari cakram tersebut
lebih tipis(1
m) daripada tepinya. Bentuk “bikonkaf”
yang menarik ini mempercepat pertukaran gas-gas antara sel-sel dan plasma
darah. Pada orang dewasa, sel darah merah dibentuk dari sel-sel “pokok” yang
terletak dalam sumsum tulang, terutama dalam tulang-tulang rusuk,
sternum(tulang dada), dan vertebra(tulang-tulang belakang). Pada waktu
mula-mula dibentuk, sel darah merah mempunyai sebuah nukleus dan hemoglobin
tidak begitu banyak. Akan tetapi, ketika dewasa jumlah hemoglobin dalam sel
naik sampai 280 juta molekul – menunjukkan 90% bobot bersih sel. Kemudian pada
akhir dari proses sintesis hemoglobin ini, nukleus diperas keluar dari sel.
(Kimball,1990:516)
· Sel
darah putih(Leukosit)
Leukosit merupakan sel yang memiliki fungsi khusus
untuk mempertahankan tubuh dari serangan mikroorganisme. Leukosit merupakan sel
yang memiliki sifat seperti Amoeba, yaitu bentuknya dapat berubah-ubah,
leukosit dapat bergerak bebas, bahkan dapat keluar dari pembuluh darah dan
masuk ke dalam jaringan lain yang terinfeksi mikroorganisme. Ukuran leukosit
lebih besar dari eritrosit, tetapi jumlahnya dalam tubuh lebih sedikit. Darah
manusia memiliki lima macam leukosit tetapi berdasarkan ada dan tidaknya
granuler pada selnya. Kelima macam leukosit tersebut dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok yaitu leukosit yang bergranuler(granulosit)dan tidak
bergranula(agranulosit). (Waluyo,2010:178)
c.
Keping darah
Trombosit atau keping-keping darah memiliki bentuk
tidak teratur, tidak memiliki inti sel dan berukuran sangat kecil(hanya
berdiameter 2
m). Jumlahnya di dalam darah sekitar
150-400 ribu/
. Trombosit berperan dalam proses
pembekuan darah apabila terjadi luka pada pembuluh darah, dengan demikian darah
tidak banyak terbuang. Trombosit beredar di dalam darah dan dibentuk oleh
sel-sel besar yang ada di dalam sumsum tulang. Mekanisme pembekuan darah adalah
sebagai berikut. Saat pembuluh darah terluka atau terpotong, darah akan keluar.
Trombosit akan pecah dan membebaskan enzim trombokinase. Enzim ini akan
mengubah protombin menjadi trombin dengan bantuan ion kalsium dan vitamin K.
Trombin yang terbentuk selanjutnya akan mengubah fibrinogen menjadi benang-benang
fibrin yang akan menutup luka sehingga pendarahan akan dihentikan.
(Waluyo,2010:180)
IV. METODE PENELITIAN
1. Alat
a) Lanset
/ jarum steril
b) Jarum
pentul
c) Spidol
d) Gelas
obyek
e) Kertas
putih
2. Bahan
a) Serum
A danB
b) Alkohol
70%
c) Kapas
d)
Darah segar
manusia
3. Cara Kerja
Kedua
bagian A dan B pada gelas obyek dibandingkan
|
Garis
tegak lurus ditarik pada sisi panjang yang membagi sisi gelas obyek menjadi
dua bagian yang sama
|
Di
pojok kiri atas gelas obyek diberi tulisan A dan di pojok kanan atas diberi
tulisan B
|
Gelas
obyek diletakkan pada selembar kertas putih
|
Tangan
dicuci sampai bersih kemudian segumpal kapas diambil dengan pinset
|
Kapas
dicelupkan ke dalam alkohol kemudian ujung jari manis digosok dengan kapas
tersebut
|
Alkohol
dibiarkan mengering kemudian bagian tersebut ditusuk dengan menggunakan
lanset yang telah distrerilkan
|
Setetes
darah ditempatkan pada bagian A dan B gelas obyek
|
Berkas
tusukan ditutup dengan kapas yang telah dicelupkan ke dalam alkohol
|
Serum
anti A segera diteteskan pada bagian A gelas obyek
|
kemudian
diaduk sampai merata dengan jarum pentul
|
Setetes
anti B diletakkan pada darah di bagian B gelas obyek
|
I.
HASIL
PENGAMATAN
No.
|
Kel
|
Nama
Probandus
|
Golongan
Darah
|
1
|
I
|
Yuli
Nur Azizah
|
B
|
2
|
II
|
Tiofani
Indraswari
|
B
|
3
|
III
|
M.
Dodik Kurniawan
|
O
|
4
|
IV
|
Irma
Khoirul Ummah
|
A
|
5
|
V
|
Cici
Fitri Lestari
|
O
|
6
|
VI
|
Soleh
Chudin
|
A
|
II. PEMBAHASAN
Pada praktikum yang ketiga kali ini dilakukan untuk
mengetahui golongan darah seseorang dan mengetahui penggolongan darah pada
manusia. Untuk mengetahui golongan darah pada seseorang dapat dilakukan dengan
menetesi darahnya dengan serum A dan serum B. Serum A mengandung aglutinin yang
dapat menggumpalkan golongan darah A, tetapi tidak ada pengaruhnya terhadap
golongan darah B dan O. Sedangkan serum B mengandung aglutinin yang dapat
menggumpalkan golongan darah B, tetapi tidak ada pengaruhnya terhadap golongan
darah A dan O. Itu terbukti jika serum A dapat menggumpalkan darah namun serum
B tidak dapat menggumpalkan darah maka orang tersebut bergolongan darah A. Jika
serum A tidak dapat menggumpalkan darah namun serum B dapat menggumpalkan darah
maka golongan darah orang tersebut adalah B. Dan jika kedua serum A dan serum B
menyebabkan penggumpalan pada darah seseorang maka golongan darah orang
tersebut adalah AB. Namun jika serum A dan Serum B tidak dapat menggumpalkan
darah maka darah orang tersebut adalah O.
Seperti ketika dilakukan pengamatan pada perwakilan
tiap kelompok untuk ditest golongan darahnya, dari 6 probandus didapatkan 2
orang memiliki golongan darah A, 2 orang memiliki golongan darah B dan 2 orang
memiliki golongan darah O. Probandus yang bergolongan darah A yaitu probandus
perwakilan dari kelompok IV dan VI, ketika darahnya ditetesi dengan serum A
darahnya meggumpal namun ketika ditetesi dengan serum B darahnya tidak
menggumpal. Lain halnya ketika darah dari probandus kelompok I dan II ditetesi
serum A tidak terjadi penggumpalan namun ketika ditetesi serum B darahnya
menggumpal. Hal ini menjukkan bahwa golongan darah probandus tersebut termasuk
golongan darah B. Dan pada probandus yang memiliki golongan darah O yaitu dari
kelompok III dan V, ketika darahnya ditetesi serum A maupun serum B tidak
terjadi penggumpalan. Selain golongan darah A,B dan O ada juga golongan darah
AB pada sistem golongan darah ABO. Pada golongan darah AB, jika darahnya
ditetesi dengan serum A maupun serum B akan terjadi penggumpalan.
Hasil yang ditunjukkan test darah tersebut ditunjukkan
hasilnya berbeda-beda untuk setiap golongan darahnya, ada yang menggumpal dan
ada yang tidak menggumpal ketika ditetesi dengan serum A dan serum B. Hal ini
terjadi dikarenakan pada golongan darah A hanya memiliki zat anti B(aglutinin
anti B), sehingga apabila apabila ditetesi dengan zat anti A(serum A) akan
terjadi penggumpalan dan apabila ditetesi dengan zat anti B(serum B) darah
tidak akan menggumpal. Penggumpalan tersebut dapat menunjukkan golongan darah
tersebut yaitu golongan darah A karena terjadinya pertemuan zat anti yang
berbeda dari darah yang ditest dengan zat anti yang diteteskan pada saat
pengujian golongan darah(serumnya).
Untuk golongan darah B setelah ditetesi dengan serum
A tidak terjadi penggumpalan karena pada golongan darah B hanya memiliki zat
anti A namun setelah ditetesi serum B terjadi pengumpalan karena pada serum B
terdapat zat anti B. Penggumpalan tersebut terjadi karena zat anti A dari darah
bertemu dengan zat anti B dari serum B yang telah diteteskan.
Pada golongan darah AB setelah ditetesi dengan serum
A maupun serum B, darahnya menggumpal. Hal ini terjadi karena golongan darah AB
tidak memiliki zat anti A maupun zat anti B namun memiliki antigen(aglutinogen)
yaitu antigen A dan B. Sehingga ketika ditetesi dengan serum A dan serum B
tejadi penggumpalan.
Namun pada golongan darah O setelah ditetesi dengan
serum A maupun serum B tidak terjadi penggumpalan. Hal ini terjadi karena
golongan darah O memiliki zat anti A dan zat anti B sehingga jika jika diberi
serum A(zat anti A) dan serum B(zat anti B) tidak adan terjadi penggumpalan
karena golongan darah O memiliki zat anti keduanya maka akan menolak(tidak
menggumpal) jika bertemu dengan zat anti A maupun B dari serum yang diteteskan.
Dari penjelasan mengenai penggumpalan di atas, dapat
diketahui penggolongan darah sistem ABO yaitu terdapat 4 golongan darah yaitu
golongan darah A, B, AB dan O. Golongan darah A memiliki antigen atau
aglutinogen A pada sel darahnya dan memiliki aglutinin anti B atau zat anti B
pada plasmanya. Golongan darah B memiliki aglutinogen B pada sel darahnya dan
memiliki aglutinin anti A pada plasmanya. Golongan darah AB memiliki
aglutinogen A dan B namun tidak memiliki aglutinin pada plasmanya. Sedangkan
golongan darah O tidak memiliki aglutinogen pada sel darahnya namun memiliki aglutinin
anti A maupun anti B pada plasmanya.
Penggolongan darah ini sangat penting dalam proses
transfusi darah. Transfusi darah adalah pemberian darah dari seseorang yang
disebut donor, kepada orang yang memerlukan yang disebut resipien. Golongan
darah AB tidak memiliki zat anti pada plasmanya sehingga seseorang dengan
golongan darah AB dapat menerima darah dari orang golongan darah ABO apapun (A,
B, AB dan O) dan disebut resipien universal. Namun golongan darah AB
tidak dapat mendonorkan darahnya kecuali pada sesama AB. Sedangkan karena
golongan darah O memiliki zat anti A maupun zat anti B, maka golongan darah O
dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun (A, B,
AB dan O) dan disebut donor universal. Namun orang dengan golongan darah
O hanya dapat menerima darah dari sesama golongan darah O.
III. KESIMPULAN
1. Golongan
darah sistem ABO digolongkan menjadi 4 golongan yaitu golongan darah A, B, AB
dan O.
·
Seseorang dengan
golongan darah A memiliki aglitinogen A pada sel darahnya dan memiliki aglutinin
anti B pada plasmanya.
·
Seseorang dengan
golongan darah B memiliki aglutinogen B pada sel darahnya dan memiliki aglutinin
anti A pada plasmanya.
·
Seseorang dengan
golongan darah AB memiliki aglutinogen A dan B pada sel darahnya, namun tidak
memiliki aglutinin anti A maupun anti B pada plasmanya.
·
Seseorang dengan
golongan darah O tidak memiliki aglutinogen A maupun aglutinogen B pada sel
darahnya, namun memilki aglutinin anti A dan anti B pada plasmanya.
2.
Jika serum A
dapat menggumpalkan darah namun serum B tidak dapat menggumpalkan darah, maka
orang tersebut bergolongan darah A. Jika serum A tidak dapat menggumpalkan
darah namun serum B dapat menggumpalkan darah, maka golongan darah orang
tersebut adalah B. Dan jika kedua serum A dan serum B menyebabkan penggumpalan
pada darah seseorang maka golongan darah orang tersebut adalah AB. Namun jika
serum A dan Serum B tidak dapat menggumpalkan darah maka darah orang tersebut
adalah O.
DAFTAR
PUSTAKA
Kimball,John.W.
1990. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Sudjaji.
2005. Biologi Sains Dalam Kehidupan 2A. Surabaya : yudhistira
Waluyo,Joko
.1993. Petunjuk Praktikum Biologi Umum.Jember : unej
Waluyo,Joko
dkk.2013. Petunjuk Praktikum Biologi Dasar. Jember : unej
Waluyo,Joko.2010.
Biologi Umum. Jember : unej
Winotasara
dkk. Biologi Umum. Jakarta : Depdikbud
Yatim,Wildan.
1987. Biologi. Bandung : Tarsito
http://afilatullaili.blogspot.com/2013/04/laporan-biologi-golongan-darah.html
may be useful...!!!! Aamiin
BalasHapus}{
Thanks