1. Tujuan
Tujuan
dari praktikum ini yaitu untuk mempelajari dan mengetahui fungsi bagian-bagian
dari otak katak (susunan syaraf pusat) dengan menghilangkan bagian-bagian otak
tersebut dan mengamati reaksi yang timbul. Pengamatan yang dilakukan terhadap;
katak normal, katak decereberasi, katak spinal beserta refleks mekanik dan
kimia pada katak.
2.
Pendahuluan
Katak merupakan hewan percobaan yang jarang digunakan dalam
penelitian-penelitian farmakologik, namun dalam praktikum untuk mahasiswa di
laboratorium, katak memiliki peran yang penting, antara lain karena harga katak
relatif murah dibandingkan dengan hewan-hewan percobaan lainnya. Meskipun
susunan syaraf katak lebih sederhana dibandingkan dengan mamalia, tetapi
prinsip-prinsip dasar susunan syaraf pusat dapat dipelajari dengan menggunakan
katak.
Seperti halnya pada hewan berderajat tinggi, susunan syaraf
pusat katak dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu prosensepalon,
mesensefalon, rombesefalon, dan medulla spinalis. Lebih lanjut prosensefalon
dapat dibagi lagi menjadi dua, yaitu telensefalon dan
diensefalon. Telensefalon setelah masa embriona akan berubah menjadi
serebrum. Daerah serebrum merubah pangkal dari saraf otak I (nervus
olfaktorius) dan saraf otot II (nervus optikus).
Bagian kulit serebrum (kortek serebri) terdiri atas berpuluh-puluh
area dengan fungsi yang berbeda-beda, antara lain sebagai pusat sensorik, pusat
motorik, pusat asosiasi, pusat kesadaran, pusat penerimaan ransang penglihatan,
pusat pengaturan tingkah laku dan pada hewan yang berderajat lebih tinggi, juga
merupakan pusat reflek bersyarat.
Bagian otak lain berkembang menjadi serebellum, medula
oblongata dan medula spinalis. Serebellum merupakan otak pengendali
keseimbangan tubuh serta gerakan tubuh.
Medulla oblongata mengatur pusat syaraf otonom berupa kendali pernafasan, mengatur
system kardiovaskular, fungsi gastrointerstinal, mengatur gerakan tubuh yang
stereotipi, keseimbnagan dan gerakan mata, serta medulla spinalis yang terletak
memanjang disepanjang tulang belakang memegang kendali refleks tubuh.
Pada dasarnya,
system-sistem organisme bekerja secara selaras dan teratur dalam
menyelenggarakan aktivitas metabolisme tubuh secara keseluruhan. Untuk
mengontrol dan mengatur kerja system organ tubuh kita memiliki suatu system
yang dikenal sebagai system koordinasi atau system syaraf.
Untuk mengetahui cara kerja dan fungsi sistem saraf maka dilakukan percobaan
dengan lebih awal mengamati aktivitas normal pada katak kemudian untuk
mempelajari fungsi dari suatu organ atau suatu sistem dapat
diketahui dengan cara melakukan rangsangan (stimulasi) atau penghambatan
(inhibisi) pada organ atau sistem tersebut dan dengan cara menghilangkan
bagian-bagian dari organ atau sistem, kemudian diamati aktivitas fungsional
organ atau sistem yang hilang dan dilanjutkan pengamatan deserebrasi, spinal
dan reflex kimia dan mekanik.
3.
Tinjauan
Pustaka
Katak normal memiliki keseimbangan tubuh yang
baik, gerak spontan, respon berenang dan mengambangnya sangat baik. Sikap badan
katak normal sekitar 60o sudut tubuhnya. Frekuensi nafas katak
normal dari hasil berkisar 88 sampai 150 kali/menit. Secara keseluruhan katak
normal ditinjau dari responnya terhadap rangsangan luar sangat bagus. Pusat
pengaturan frekuensi nafas terletak di medula oblongata (Guyton, 1995)
dibuktikan dengan frekuensi nafas katak yang masih stabil. Sedangkan gerak
spontan diatur oleh medulla spinalis.
Pada katak normal yang telah di berikan beberapa
perlakuan. Katak dapat merespon dengan baik. Hal ini dikarenakan katak memiliki
sistem saraf yang mana saraf-saraf tersebut dapat menghantarkan stimulus keotak
hingga menimbulkan respon. Respon akan ditanggapi oleh neuron dengan mengubah
potensial yang ada antara permukaan luar dan dalam dari membran. Sel-sel dengan
sifat ini disebut dapat dirangsang (excitable) dan dapat diganggu (Irritable).
Neuron ini segera bereaksi tehadap stimulus , dan dimodifikasi potensial listrk
dapat terbatas pada tempat yang menerima stimulus atau dapat disebarkan ke
seluruh bagian neuron oleh membran. Penyebaran ini disebut potensial aksi atau
impuls saraf, mampu melintasi jarak yang jauh impuls saraf menerima informasi
keneuron lain, baik otot maupun kelenjar. (Junqueira,carlos.1995:157)
Katak
desereberasi yaitu katak yang telah dihilangkan serebrumnya, keadaan ini
menyebabkan kemampuan dari katak berkurang (Anonim, 2010).
Katak deserebrasi masih memiliki tingkat
kesadaran yang baik dan menurun kesadarannya ketika sereberumnya dirusak.
Kesadaran sudah hilang pada katak spinalis. Menurut (Thomas, 200 ).
Gerakan spontan
kurang baik pada katak deserebrasi dan menghilang pada pengrusakan serebellum
dan katak spinalis. Menurut Anonim (2010), diencephalon berfungsi untuk menyambungsensori ke kortex,
berperan dalam saraf otonom dan sekresi hormon dari pituitary gland.
Katak
spinal adalah katak yang hanya memiliki medula oblongata. Hal ini berhubungan
dengan system respirasi, ritmis jantung dan aliran darah. Gerak spontan pada
katak spinal semakin lambat, dan hilangnya keseimbangan badan dan kemampuan
berenang pada katak (Anonim, 2010).
Pada katak yang diperlakuan dengan merusak sistem saraf
otaknya, maka respon yang dihasilkan tetap ada namun katak merespon stimulus
sangat lama. Hal ini dikarenakan sistem saraf pada otaknya telah mengalami
kerusakan pada saat penusukan dengan kawat atau jarum pada saat praktikum. Untuk
mendapatkan hasil yang memuaskan, diperlukan satu mikroelektroda yang dapat
ditusukkan kedalam akson tanpa menimbulkan kerusakan pada akson tersebut (Kartolo,
wulangi. S.1993: 208-212)
Faktor-faktor
lain yang mempengaruhi refleks spinal antara lain (Anonim, 2011):
1. Ada tidaknya rangsangan atau stimulus
Rangsangan dari luar contohnya adalah
derivat dari temperatur, kelembaban, sinar, tekanan, zat-zat dan sebagainya.
Rangsangan dari dalam yaitu dari makanan, oksigen, air dan lainnya. Beberapa
rangsangan langsung bereaksi pada sel atau jaringan tetapi kebanyakan
hewan-hewan mempunyai kepekaan yang spesial. Somato sensori pada reflek spinal
dimasukkan dalam urat spinal sampai bagian dorsal. Sensori yang masuk dari
kumpulan reseptor yang berbeda memberikan pengaruh hubungan pada urat spinal
sehingga terjadi reflek spinal (Richard dan Gordan, 1989).
2.
Berfungsinya sumsum tulang belakang
Sumsum tulang
belakang mempunyai dua fungsi penting yaitu untuk mengatur impuls dari dan ke
otak dan sebagai pusat reflek, dengan adanya sumsum tulang belakang pasangan
syaraf spinal dan kranial menghubungkan tiap reseptor dan effektor dalam tubuh
sampai terjadi respon. Apabila sumsum tulang belakang telah rusak total maka
tidak ada lagi efektor yang menunjukkan respon terhadap stimulus atau rangsang
(Ville et al., 1988).
Pada perusakan seluruh tulang belakang menunjukan respon
penarikan kaki belakang, sedangkan untuk gerakan membalikan tubuh, penarikan
kaki depan dan pencelupan H2SO4 menunjukan respon yang negatif. Hal ini
menunjukan bahwa saraf-saraf yang berhubungan dengan saraf spinalis rusak
semuanya sehingga tidak ada stimulus yang dapat direspon oleh katak. Menurut
Pearce (1989), perusakan pada sumsum tulang belakang ternyata juga merusak
tali-tali spinal sebagai jalur-jalur saraf. Tali-tali spinal terdiri dari saraf
sensori dan motori, oleh karena itu bila saraf tersebut rusak maka respon
terhadap stimulus tidak akan terjadi.
Menurut Trueb dan Duellman (1986), menyatakan bahwa
perusakan ¼ dari sumsum tulang belakang tidak merusak semua sistem saraf yang
menyebabkan reflek spinal, jadi masih ada respon positifnya, demikian juga
untuk perusakan ½ dan ¾ sumsum tulang belakang. Semakin lebar kerusakan sumsum
tulang belakang, responnya akan semakin melemah.
Menurut Idel, antoni (2000)
Katak dewasa bernapas dengan menggunakan tiga organ pernapasan, yaitu permukaan
kulit tubuhnya, permukaan rongga mulut dan paru-paru. Itulah sebabnya mengapa
pada saat asam cuka diletakkan pada bagian paha dalam, katak tidak memeberikan
respon, karena pada kulit di bagian dalam paha tibak termasuk organ
pernapasannya.
Katak bernapas dengan bantuan kulitnya, sehingga asam
cuka yang dilekatkan pada kulit katak menghambat pemerolehan oksigen untuk
pernapasan (Anonim, 2010)
Reseptor
menerima rangsang yang berupa rangsang mekanis (pijatan) lalu diubah menjadi
potensial aksi, sehingga timbul respon. Demikian juga refleks kaki ketika
dimasukan ke dalam H2SO4. Refleks pada eksterimitas dipengaruhi oleh sumsum
tulang belakang dan bukan dari otak.
Menurut
Ville et al. (1988), sejumlah refleks melibatkan hubungan antara banyak
interneuron dalam sum-sum tulang belakang. Sumsum tulang belakang tidak hanya
berfungsi dalam menyalurkan impuls dari dan ke otak tetapi juga berperan
penting dalam memadukan gerak refleks.
Rangsangan Kimia-Asetilkolin, zat-zat
kimia tertentu dapat merangsang serabut saraf dengan meningkatkan permeabilitas
membran. Zat kimia seperti ini dapat berupa asam, basa hampir semua larutan
garam dengan konsentrasi tinggi dan yang penting adalah senyawa asetilkolin.
Banyak serabut saraf yang bila dirangsang akan mengekresi
asetilkolin pada ujungnya tempat mereka bersinap dengan neuron lain atau tempat
mereka berakhir pada serabut otot. Kemudian asetilkolin merangsang serabut otot
berikutnya dengan membuka pori dalam membran inti dengan diameter 0,6-0,7 nano
meter, yang cukup besar bagi Natrium untuk melewati dengan mudah (Anonim, 2010).
Rangsangan Mekanis, menghancurkan,
menjepit atau menusuk suatu serabut saraf dapat menyebabkan gelombang masuk
natrium yang mendadak dan karena alasan yang jelas dapat membangkitkna
potensial aksi. Bahkan tekanan ringan pada beberapa ujung saraf khussus dapat
merangsang kejadian ini
(Anonim, 2011).
4.
Materi
dan Metode
4.1 Pengamatan
Aktivitas Katak Normal
· Materi
Alat yang digunakan
pada praktikum ini yaitu:
Ø Papan
fiksasi katak
Ø Stopwatch
Ø Skapel
Ø Baskom
berisi air
Ø Pinset
Ø Jarum
pentul
Bahan yang digunakan pada praktikum ini
yaitu:
Ø Katak
· Metode
Adapun
metode yang dilakukan pada praktikum aktivitas normal pada katak yaitu sebagai berikut:
a. Letakkan
katak pada papan fiksasi kemudian lihat sikap badan posisi tubuh dan sudut yang
dibentuk tubuh dengan papan fiksasi. Amati dan hitunglah frekuensi napas. Amati
frekuensi denyut jantung/denyut nadi.
b. Gerakan
spontan
c. Keseimbangan
(kemampuan katak mencoba untuk bangkit kembali setelah ditelentangkan dengan
cepat)
d. Taruh
katak didalam baskom yang berisikan air, perhatikan gerakan katak saat
berenang.
e. Lalu
angkat katak dan letakkan kembali di papan fiksasi, perhatikan frekuensi napas,
frekuensi denyut jantung/denyut nadi.
4.2
Katak Deserebrasi
· Materi
Alat yang digunakan
pada praktikum ini yaitu:
Ø Papan
fiksasi katak
Ø Gunting
Ø Stopwatch
Ø Skapel
Ø Pinset
Ø Jarum
pentul
Bahan yang digunakan pada praktikum ini
yaitu:
Ø Katak
· Metode
Adapun metode yang dilakukan pada praktikum katak
yang diserebrasi yaitu sebagai berikut:
a.
Pegang katak dengan tangan kiri, ambil
gunting yang kuat lalu masukkan salah satu kaki gunting ke dalam mulut katak.
b. Gunting
rahang atas katak dengan batas antara kelopak mata bagian belakang dan membran
timpani bagian depan (didapatkan katak deserebrasi).
c. Biarkan
katak hilang shock setelah pemotongan rahang atas, berapa menit lamanya keadaan
shock akan hilang. Lalu letakkan pada papan fiksasi.
d. Amati
kembali aktivitas 4.1 diatas.
4.3
Katak Spinal
· Materi
Alat yang digunakan
pada praktikum ini yaitu:
Ø Papan
fiksasi katak
Ø Gunting
Ø Stopwatch
Ø Skapel
Ø Pinset
Ø Jarum
pentul
Ø Sonde
Bahan yang digunakan pada praktikum ini
yaitu:
Ø Katak
· Metode
Adapun metode yang
dilakukan pada praktikum ini yaitu sebagai berikut:
a.
Katak deserebrasi kemudian dirusak
serebelum dan medula oblongatanya dengan sonde.
b. Sonde
dibatasi sepanjang dari tempat pemotongan 4.2 sampai ke foramenmagnum, kemudian
ditusukkan ke ventrikel otak dan diputar-putarkan sehingga serebelum dan medula
oblongatanya rusak.
c. Didapatkan
katak spinal. Letakkan katak pada papan fiksasi, amati sampai berapa lama
(detik/menit) sampai timbulnya aktivitas (hilangnya fase spinal shock).
4.4
Refleks-Refleks
· Materi
Alat yang digunakan
pada praktikum ini yaitu:
Ø Papan
fiksasi katak
Ø Penjepit
Ø Stopwatch
Ø Skapel
Ø Pinset
Ø Jarum
pentul
Bahan yang digunakan pada praktikum ini
yaitu:
Ø Katak
Ø Larutan
asam cuka 1 %
· Metode
Adapun metode yang
dilakukan pada praktikum ini yaitu sebagai berikut:
Gantung
katak spinal pada dengan cara menjepit rahangnya pakai penjepit tulang.
· Rangsang
Mekanik
a. Jepitlah
kaki belakang katak pakai pinset. Bila shock belum hilang, katak tidak
bereaksi. Tetapi shock telah hilang, katak akan menarik kaki saat dijepit
(melakukan refleks pelindung/with drawal refleks).
b. Adakalanya kakinya tetap diangkat, setelah
menarik kakinya. Untuk hal ini, jepitlah kaki lainnya, sehingga katak akan
menurunkan kakinya kembali (penghambatan reflektorik).
c. Jepitlah
lagi kaki pertama dengan lebih kuat. Katak akan menarik keduakakinya, bahkan
kedua kaki depannya (iridiasi refleks).
d. Hitung
berapa detik waktu yang diperlukan sejak saat dijepit sampai saat menarik
kakinya (waktu refleks).
· Rangsang
Kimia.
a. Ambil
larutan asam cuka 1% dan taruh dalam gelas piala, celupkan salahsatu kaki pada
larutan tersebut. Sesaat kemudian, kaki tersebut ditarik keluar oleh katak
(refleks pelindung/with drawal refleks).
b. Adakalanya
kaki lainnya berusaha menghapus bekas asam (reflek penghapus). Jangan lupa
untuk selalu membersihkan kaki dengan air setiap kali dilakukan percobaan
dengan bahan kimia.
c. Basahkan
kulit perut/dada katak dengan asam yang tersedia. Perhatikan apa yang dilakukan
katak saat “tersiram asam”.
5.
Hasil
dan Pembahasan
· Hasil
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh pada saat praktikum yaitu sebagai berikut:
|
Nafas
|
Denyut jantung
|
Gerakan Spontan
|
Setelah berenang
|
Refleks
|
||||
|
|
Nafas
|
Denyut jantung
|
Mekanis
|
Kimia
|
||||
|
|
|
|
|
|
1
|
2
|
Kaki
|
Perut
|
Katak Normal
|
148/menit
|
72 /menit
|
12/menit
|
192/menit
|
116/
menit
|
|
|
|
|
Katak deserebrasi
|
60/ menit
|
112/
Menit
|
40/menit
|
|
|
|
|
|
|
Katak Spinal
|
40/
menit
|
80/menit
|
20/menit
|
|
|
|
|
|
|
Refleks
|
|
|
|
|
|
+4
|
+2
|
+1
|
+1
|
Gambar.1 Tabel Pengamatan Hasil
Pengamatan
Keterangan
Gambar.1:
a. Aktivitas
Normal
o
Nafas (15 detik) 37 x 4 = 148/ menit
o
Denyut jantung (15
detik) 18 x 4 = 72/ menit
o
Gerakan Spontan ada ( 3 detik) 3 x 4 = 12 /menit
o
Setelah berenang :
§ Nafas (15 detik) 48 x 4 =192 menit
§ Denyut jantung (15
detik) 29 x 4 = 116/ menit
b. Deserebrasi
o
Gerak spontan selama 10
detik 10 x 4 = 40/menit
o
Nafas (15 detik) selama
15 detik 15 x 4 = 60/ menit
o
Denyut jantung (15
detik) selama 28 detik 28 x 4 =
112 /menit
c. Spinal
o
Gerak Spontan (15
detik) selama 5 detik 5 x 4 =
20/ menit
o
Nafas (15 detik) selama
10 detik 10 x 4 = 40/ menit
o
Denyut jantung (15
detik) selama 20 detik 20 x 4 =
80 /menit
d. Refleks
o
Mekanis
§ Mekanis 1 = +4
± 1 detik
§ Mekanis 2 = +2
± 1 detik
o
Kimia
§ Tetesi di kaki + 1 (diredam kakinya)
§ Tetesi di perut +1 (5 detik)
· Pembahasan
Dalam praktikum, katak
normal memiliki kesadaran dan gerak tubuh yang sangat baik. Selain itu juga
memiliki nafas 148/ menit, denyut jantung 72/menit serta gerakan spontan juga
masih normal yaitu 12/menit tetapi setelah berenang terjadi peningkatan nafas
dan denyut jantung.
Gerak spontan pada
katak normal sangat agresif dilihat dari sikap katak dalam mempertahankan
posisi yang nyaman ketika posisi katak dirubah arahnya. katak dapat
mempertahankan keseimbangan dirinya dengan sangat baik. Pada saat katak di
putar ke arah kiri dengan cepat, katak mempertahankan keseimbangan dirinya
dengan posisi badan miring ke kanan.
Kemampuan berenangnya
pun sangat baik. Ketika katak dimasukkan ke dalam baskom berisi air, katak
tersebut langsung menunjukkan kemampuan berenangnya ditunjukkan dengan posisi
tangan dan kakinya sejajar dan kuat dalam melakukan gerakan berenang. Frekuensi
bernafas pada katak normal menunjukkan frekuensi yang cukup tinggi dengan hasil
sebanyak 192/menit.
Katak deserebrasi masih
memiliki tingkat kesadaran yang baik dan menurun kesadarannya ketika
sereberumnya dirusak. Kesadaran sudah hilang pada katak spinalis. Menurut
(Thomas, 2002), serebrum bertanggung jawab dalam proses belajar, kecerdasan,
kesadaran, dll. Hasil praktikum ini kurang sesuai karena pada serebrum yang
dirusak, kesadarannya masih baik. Namun, pada serebellumnya yang dirusak,
kesadarannya menurun. Hal ini berbalik dengan pernyataan literatur tersebut
yang mungkin disebabkan karena kerusakan serebrum pada tahap parsial sehingga
kesadaran masih baik.
Kemungkinan terjadinya kerusakan serebrum
secara parsial karena metode praktikum yang digunakan tidak dapat melakukan
perusakkan serebrum secara total. Gerakan spontan kurang baik pada katak
deserebrasi dan menghilang pada pengrusakan serebellum dan katak spinalis.
Menurut literatur, diencephalon berfungsi untuk menyambung sensori ke kortex,
berperan dalam saraf otonom dan sekresi hormon dari pituitary gland. Dengan
kata lain, hasil praktikum tersebut sejalan dengan literatur karena gerakan
spontan makin menurun ketika medulla oblongata dan medulla spinalis dirusak.
Frekuensi jantung katak meningkat saat setelah
perusakan serebrum dari 72/menit menjadi 112/menit dan kembali menjadi 80/menit
setelah dirusak serebellumnya. Frekuensi jantung pada katak tampak tidak
menunjukkan pengaruh dari perusakan serebrum maupun serebelum dikarenakan
jantung dikontrol oleh saraf otonom. Apapun peningkatan frekuensi pada
perusakan serebrum mungkin disebabkan hewan stress.
Pusat pengaturan
frekuensi nafas terletak di medula oblongata (Guyton, 1995). pada praktikum ini
terlihat hasil yang tidak sesuai dengan teori yang ada karena pada katak deserebrasi
frekuensi nafas yang sama yaitu 0/menit setelah perusakan serebellum dan medula
oblongata. Hal ini mungkin disebabkan ketika merusak serebrum, medula oblongata
ikut mengalami kerusakan dan mempengaruhi pernafasan.
Pusat keseimbangan
terdapat di vestibule serebellum bersama batang otak dan medulla spinalis
(Guyton, 1995). Hasil pengamatan menunjukkan keseimbangan tereliminasi setelah
kerusakan serebrum. Kemungkinan yang bisa terjadi adalah dalam proses kerusakan
serebrum diikuti juga kerusakan serebellum sehingga kesadaran hilang.
Pusat rasa nyeri terdapat pada korteks serebri
(Guyton,1995). Hasil pengamatan menunjukkan sesuai dengan teori karena katak
deserebrasi memperlihatkan tidak ada rasa nyeri. Rasa nyeri ditunjukkan melalui
respons mengangkat kaki setelah kaki dicelupkan dalam larutan asam selama
beberapa detik.
Pusat gerakan spontan
berada diserebrum karena perlu adanya memori terhadap suatu aktivitas untuk
melakukan gerakan spontan. Dalam praktikum gerakan spontan tidak ada lagi
karena serebrum hilang. Sementara itu refleks lain diatur oleh medulla
spinalis. Setelah spinalis rusak maka refleks tersebut hilang.
Katak juga diberikan perlakuan terhadap
asam cuka 1%. Saat katak diberikan rangsangan berupa asam cuka 1% yang
diletakkan pada bagian sentral tubuh. Katak akan meresponnya dengan
bergerak-gerak, dan seperti sangat sulit bernapas dengan mulut yang tebuka
seolah ingin mengambil oksigen. Hal ini disebabkan karena katak bernapas dengan
bantuan kulitnya, sehingga asam cuka 1% yang dilekatkan pada kulit katak
menghambat pemerolehan oksigen untuk pernapasan (Anonim, 2011).
Bagian tubuh katak (kaki) dicelupkan dalam
asam cuka 1%. Ketika dicelupkan dalam asam cuka terjadi reaksi homolateral
(kaki belakang dan kaki depan katak sebelah kanan bergerak bersamaan) dan hasil
menunjukkan positif 1. Sedangkan ketika perut katak yang di tetesi asam sulfat
juga terjadi reaksi heterolateral menunjukkan positif 1.
Ada beberapa kesalahan yang terjadi dalam
pengamatan ini. Seharusnya reaksi katak yang ditetsi asam sulfat di perutnya lebih
cepat bereaksi daripada yang dicelupkan dalam asam sulfat di kakinya. Tetapi
yang praktikan amati, reaksinya sama. Kesalahan ini bisa dikarenakan kurangnya
ketelitian praktikan dalam mengamati reaksi pada katak atau bisa juga karena katak
yang sudah mulai kebal terhadap reaksi asam sulfat.
6.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengamatan, disimpulkan bahwa sistem saraf pusat
pada katak terdiri dari beberapa bagian yaitu cerebrum (otak besar), cerebellum
(otak kecil), medula oblongata, dan medula spinalis. Cerebrum berfungsi sebagai
pusat kesadaran dan pusat kemauan, cerebellum sebagai pusat keseimbangan,
medula oblongata sebagai pengatur respirasi, ritmis jantung, dan aliran darah,
sedangkan medula spinalis sebagai pusat refleks.
.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Susunan
Syaraf Pusat 1. (Online), http://
fenderproject. wordpress. com /2011/11/27/, diakses 13 Mei 2012.
Anonim. 2011. Susunan
Syaraf Pusat 2. (Online), http:// fenderproject.
wordpress. com /2011/11/27/, diakses 13 Mei 2012.
Anonim. 2011. Penyelidikan Jantung Katak.
(Online),
http://anitabintiakhamad.Blog
spot.com/2011/10/praktikum-fisiologi.html, diakses 13 Mei 2012.
Anonim. 2011. Refleks Spinal Pada Katak.
(Online),
http://bioluscious.
blogspot.com /2011/03/refleks-spinal-pada-katak-hasil-dan.html,
diakses 13 Mei 2012.
Anonim.
2010. Pemberian Obat Pada
Hewan Coba. (Online), http://pakdokterhewan.
wordpress.com/2010/03/29/pemberian-obat-pada-hewan-coba/, diakses 13 Mei 2012.
Anonim.
2010. Sistem Saraf dan Reflek. (Online),
http://www.unjabisnis.net/sistem-saraf-dan-reflek.html, diakses 13 Mei 2012.
Epzna. 2011. Efek Spinal Pada Katak.
(Online),
http://epzna. blogspot.com /2011/03/
laporan-praktikum-efek-spinal-pada.html,
diakses 13 Mei 2012.
Nina.
2010. Laporan Praktikum
Anfisman Refleks. (Online), http://ninawarawiri
.blogspot.com/2011/12/laporan-praktikum-anfisman-refleks.html,
diakses 13 Mei 2012.
Reza.
2011. Refleks Spinal Pada
Katak. (Online), http://reza-doc.blogspot.com/ 2011
/12/reflek-spinal-pada-katak.html, diakses 13 Mei 2012.
Susanto,
Hendra. 2011. Sistem Saraf Pusat Sebagai
Pengendali Gerak Refleks.
(Online),
http://hendrasusantofaal. blogspot.com/2011/03/modul-praktikum-fisiologi-hewan-jurusan.html,
diakses 13 Mei 2012.http://suharmita-darmin.blogspot.com/2012/06/praktikum-susunan-syaraf-pada-katak.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar