Visit to salambiologi.blogspot.com
Latar Belakang
Kita ketahui bahwa Indonesia dikenal sebagai salah
satu negara yang memiliki keaneka ragaman hayati tertinggi didunia. Di dunia
ini tidak ada dua individu yang benar-benar sama. Setiap individu memiliki
ciri-ciri khusus yang berbeda sehingga menunjukkan adanya keanekaragaman
makhluk hidup di Bumi ini. Kekhasanan dan tingginya tingkat keanekaragaman
makhluk hidup sangat bermanfaat untuk kelangsungan hidup umat manusia.
Keanekaragaman makhluk hidup yang ada di Bumi ini disebut sebagai
keanekaragaman hayati.
Keanekaragaman
hayati dapat terbentuk karena adanya keseragaman dan keanekaragaman untuk sifat
atau ciri makhluk hidup. Keanekaragam hayati dapat terjadi pada berbagai
tingkat kehidupan. Saat ini tekanan terhadap keanekaragaman hayati makin
tinggi. Kemajuan tekhnologi telah mengubah fungsi berbagai flora dan fauna
sebagai hasil hutan. Akibatnya dimasa mendatang diramalkan degradasi lingkungan
makin tinggi. Oleh karena itu keaekaragaman hayati perlu dilestarikan.
Pada tahun 1992, Australia merupakan satu dari 188 negara yang meratifikasi
Convention on Biological Diversity (Konvensi Keanekaragaman Hayati) dalam
Pertemuan Puncak Bumi di Rio. Melalui konvensi ini, masyarakat dunia mengakui
bahwa keanekaragaman hayati adalah ‘satu keprihatinan umum umat manusia, dan
merupakan satu bagian yang tak terpisahkan dari proses pembangunan’. Disadari
pula bahwa konservasi keanekaragaman hayati akan membutuhkan investasi yang
cukup besar, namun ia juga akan memberikan manfaat-manfaat nyata dalam bidang
lingkungan, ekonomi dan sosial. Konvensi ini menyadari bahwa ekosistem, spesies
dan gen telah dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Akan tetapi, pemanfaatan
ini harus dilakukan dengan cara dan angka yang dalam jangka panjang tidak mengakibatkan
pengurangan keanekaragaman hayati. Prinsip-prinsip yang terkandung di dalam Konvensi
Keanekaragaman Hayati dan konvensi-konvensi internasional tentang pembangunan berkelanjutan
lainnya semakin menjadi bagian tak terpisahkan dari praktek unggulan
perusahaanperusahaan pertambangan Australia didalam mereka melakukan bisnisnya.
Makhluk hidup dapat dijumpai di berbagai lingkungan. Pada
lingkungan terdapat faktor abiotik yang mempengaruhinya, seperti topografi,
geologi, dan iklim. Penyebaran makhluk hidup pada kondisi lingkungan abiotik
yang berbeda memberi kemungkinan adanya keanekaragaman hayati. Hewan dan
tumbuhan yang hidup di darat berbeda dengan yang hidup di perairan. Perbedaan
itu misalnya pada warna, bentuk dan ukuran. Perbedaan tersebutlah yang
menimbulkan keanekaragaman. Selain faktor lingkungan, keanekaragaman dapat
disebabkan oleg faktor gen.
1.2
Rumusan Masalah
Dari uraian
kalimat di atas, dapat kita ambil rumusan masalahnya, yaitu:
1.2.1
Pengertian Fungsi Keanekaragaman
Hayati Makhluk Hidup
1.2.2
Manfaat dan Kegunaan
1.2.3
Keanekaragaman Hayati di Indonesia
dan di Dunia
1.2.4
Pelestarian Keanekaragaman Hayati
1.2.5
Pengaruh Manusia Terhadap
Keanekaragaman Hayati
1.2.6
Faktor yang Memprngaruhi
Keanekaragaman Hayati Makhluk Hidup
1.3 Tujuan
Tujuan dalam
pembuatan makalah ini adalah agar kita mengetahui bagaimana fungsi keanekaragaman
hayati makhluk hidup serta guna memenuhi tugas terstruktur mata kuliah biologi.
BAB II
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Fungsi Keanekaragaman Hayati
Makhluk Hidup
Keanekaragamnan
hayati terdiri dari kata Keanekaragaman dan hayati. Keanekaragaman dalam bahasa
Inggris berarti Diversity yang memiliki arti beraneka macam , sedangkan hayati
dapatdi artikan sebagai Mahluk hdup (bio). Jadi secara luas Keanekaragaman
hayati merupakan beraneka macam mahluk hidup di bumi ini . Keanekaragaman
hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme
tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk bersel
satu hingga mahluk bersel banyak; dan tingkat organisasi kehidupan individu
sampai tingkat interaksi kompleks, misalnya dari spesies sampai ekosistem.
Banyaknya keanekaragaman mahluk hidup ini meyebabkan diperlukannya pengenalan
lebih dini kepada seluruh lapisan masyarakat bahwa keanekaragaman hayati makhluk
hidup sangan memberi manfaat bagi kehidupan dan melaksanakan perannya untuk
menjaga kelestarian lingkungan.
Keanekaragaman
hayati dapat terbentuk karena adanya keseragaman dan keanekaragaman untuk sifat
atau ciri makhluk hidup. Keanekaragam hayati dapat terjadi pada berbagai
tingkat kehidupan. Saat ini tekanan terhadap keanekaragaman hayati makin
tinggi. Kemajuan tekhnologi telah mengubah fungsi berbagai flora dan fauna
sebagai hasil hutan. Akibatnya dimasa mendatang diramalkan degradasi lingkungan
makin tinggi. Oleh karena itu keaekaragaman hayati perlu dilestarikan.
3.2 Manfaat
dan Kegunaan
Keanekaragaman hayati yang telah didayagunakan disebut
sumber daya hayati. Sumber daya hayati digunakan untuk memenuhi berbagai
kebutuhan, tetapi yang terutama adalah kebutuhan dasar yang berupa pangan dan
kesehatan. Lebih jauh lagi, sumber daya hayati digunakan untuk memenuhi
kebutuhan industri, serta bermanfaat dalam pelestarian lingkungan yang
berkesinambungan. Yang tidak kalah pentingnya adalah untuk menghasilkan
pendapatan (Sastrapradja, dkk. 1989).
a. Pangan
dan pertanian
Keberhasilan
dalam memanfaatkan keanekaragaman hayati untuk mencukupi kebutuhan pangan
secara nasional dapat disaksikan pada keberhasilan program “swasembada
pangan/beras”..?. Akan tetapi melihat pesatnya laju pertumbuhan penduduk, sulit
untuk terus-menerus mempertahankan keberhasilan menyediakan beras yang semakin
meningkat. Untuk itu, perlu dicanangkan kebijakan baru secara nasional dengan
tidak menumpukan pangan hanya pada beras melainkan dari keanekaragaman hayati
lain seperti jagung, ubi jalar, talas, sagu ubi, kayu dan kacang-kacangan serta
sayur-mayur secara maksimum.
Disisi lain, meskipun secara sintesis di laboratorium
telah mampu mengurangi ketergantungan terhadap tumbuhan dan hewan liar,
kehadiran spesies-spesiesnya masih diperlukan sebagai penghasil makanan,
obat-obatan dan bahan dasar industri. Seperti 20 spesies tumbuhan mendukung 80%
dari makanan di dunia, tiga diantaranya jagung, gandum dan padi merupakan
pemasok 65% bahan makanan ( Surasana, 1991).
b. Papan
Untuk memenuhi kebutuhan kayu guna keperluan
perumahan, bahan yang diandalkan masih langsung diambil dari alam di dalam
hutan. Dilain pihak, kita harus berlapang dada untuk menerima kritik dari luar
terhadap cara pemerintah kita dalam menangani pengeksploitasian hasil hutan.
Secara nasional, kita memiliki komoditas kayu unggul seperti jati, mahoni,
rasamala, kayu besi, cendana dan sebagainya terutama sebagai bahan baku
pelbagai industri.
c. Kesehatan
dan obat
Lebih dari 40% resep obat yang di jual di Amerika
Serikat mengandung bahan kimia yang berasal dari spesies kehidupan liar: 25%
tumbuhan, 12% jamur dan bakteri, dan 6% dari hewan. Nilai ekonomi dari bahan
obat ini bernilai sekitar 40 juta US$ pertahun (Surasana, 1991). Hal ini
menunjukkan betapa pentingnya manfaat dan kegunaan keanekaragaman hayati dalam
pemeliharaan kesehatan melalui penyediaan bahan baku obat-obatan.
Sekalipun penyediaan sarana kesehatan dalam dasawarsa
terakhir ini semakin “baik”..?, di negara kita peran jamu tradisional sebagai
penunjang sistem pengobatan modern masih sangat diperlukan, hal ini terbukti
dari makin meningkatnya omset industri jamu di Indonesia. Berbagai jenis jamu
seperti jamu beras kencur, galian singset, jamu habis bersalin, jamu pegal linu
adalah jamu yang terus-menerus digemari orang, sehingga penyediaan bahan
bakunya perlu mendapat perhatian dalam arti sangat diperlukan pengelolaan
sumberdaya hayati dan keanekaragaman hayati di masa yang akan datang.
d. Industri
Banyak produk industri penting memerlukan bahan dasar
dari tumbuhan, dan sebagian lagi memerlukan bahan dasar dari hewan. Umumnya
berasal dari kehidupan yang telah dipelihara, meskipun demikian dalam
peningkatan kualitas secara genetika sangat diperlukan varietas-varietas dari
asalnya yang bersifat liar.
Karet sebagai salah satu bahan baku industri merupakan
derivat dari bahan tumbuhan, meskipun substitusi sintetiknya telah dapat
dibuat, namun hasil karet alam masih dibutuhkan sekitar sepertiga dari
pemanfaatan dunia, karena kualitasnya yang tetap sangat baik. Lebih dari 70%
dipakai untuk ban kapal terbang, truk, bus dan kendaraan lainnya. Dengan
demikian bahwa keanekaragaman hayati sangat penting dalam pengadaan bahan-bahan
baku industri.
3.3 Keanekaragaman
Hayati di Indonesia dan di Dunia
Tidak ada seorangpun yang mengetahui dengan pasti
jumlah sesungguhnya dari spesies tumbuhan dan hewan yang ada di muka bumi ini.
Perkiraan yang ada sekitar 5-30 juta spesies atau lebih. Studi terbaru di
daerah tropika menggambarkan bahwa untuk insekta saja ditaksir sekitar 30 juta
spesies.
Disamping spesies yang masih hidup, dunia ini juga
pernah dihuni mahluk yang kini sudah punah, yang jumlahnya sukar ditaksir.
Dalam tahun 1984, berdasarkan perkiraan waktu itu total spesies adalah 5-10 juta
spesies, dan diperkirakan setiap hari musnah 1 spesies atau 400 spesies
pertahunnya. Pada tahun-tahun terakhir ini, percepatan kemusnahan spesies
mahluk hidup akan meningkat. Pada tahun 1990 kemusnahan mencapai 10.000 spesies
dan diperkirakan pada tahun 2000 akan musnah 50.000 spesies (Surasana,1991).
3.4 Pelestarian
Keanekaragaman Hayati
Banyak sekali permasalahan manusia, seperti populasi
yang tinggi, kelaparan, dan perusakan habitat yang merupakan awal permasalahan
kerusakan keanekaragaman hayati yang perlu diketahui pemanfaatan dan
diperhatikan pelestariannya (Wilson, et al. 1988). Oleh karena itu perlu
dikembangkan strategi konservasi yang dikaitkan dengan rehabilitasi lahan yang
terdegradasi dan diperlukan pencegahan kemusnahan spesies-spesies tumbuhan dan
hewan yang semakin parah.
Untuk menjawab tantangan di atas, strategi global
keanekaragaman hayati Indonesia telah menyusun strategi Nasionalnya dengan
tujuan untuk melestarikan keanekaragaman hayati sebanyak mungkin sejalan dengan
pelaksanaan kebijakan pembangunan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat. Tema yang searah dengan keanekaragaman hayati ini adalah perlindungan,
pelestarian dan pemanfaatan secara berkelanjutan.
Melestarikan
keanekaragaman hayati berarti melestarikan ekosistem. Prioritas pertama untuk
memelihara keanekaragaman hayati harus berupa pelestarian “in-situ” , baik di
dalam jaringan daerah perlindungan, dalam zona samudra dan pantai, hutan-hutan
maupun bentang alam yang berfungsi ganda di luar daerah pelestarian. Sedangkan
pelestarian “ex-situ” dapat merupakan tambahan yang bermanfaat bagi
perlindungan jenis di dalam ekosistem alami.
Sejalan dengan prioritas ini, rencana kegiatan
pelestarian keanekaragaman hayati Nasional terdiri dari 4 bagian utama, yaitu :
1). Pelestarian in-situ di dalam taman dan daerah
lindungan.
2). Pelestarian in-situ di luar daerah perlindungan.
3). Pelestarian in-situ bahari dan pantai.
4). Pelestarian ex-situ termasuk pengawetan variasi
kultivar, bank gen, program penangkaran dalam tangkapan, dan sebagainya.
Perlu kiranya ditekankan bahwa pusat pelestarian, baik
untuk jenis bersama plasmanutfahnya baik secara ex-situ maupun ekosistem
in-situ, tidak memerlukan populasi dan area yang tidak terbatas. Untuk
masing-masing jenis itu hanya diperlukan sejumlah populasi yang mewakili.
Demikian juga untuk ekosistem diperlukan area tertentu saja agar dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. Dengan adanya ketentuan populasi atau area
minimum ini dua sasaran dapat dicapai. Pertama tetap memfungsikan unit pelestarian,
dan kedua area sisanya digunakan dalam pemanfaatan.
Untuk pelestarian plasmanutfah, beberapa segi perlu
diperhatikan. Plasmanutfah itu dilestarikan untuk menjamin tersedianya bahan
baku yang diperlukan untuk pengembangan pertanian di masa depan. Jaminan ini
akan ada keanekaragaman. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam usaha
melestarikan plasmanutfah adalah modus, sasaran/pendekatan, metode dan
pelaksana.
Pelestarian plasmanutfah dapat dilakukan di tempat
aslinya atau secara in-situ atau di luar habitat aslinya atau ex-situ.
Pelestarian in-situ yang telah dikenal dan dilaksanakan di Indonesia adalah
cagar alam, taman margasatwa, taman nasional, taman hutan raya dan hutan
lindung. Untuk ex-situ telah dikembangkan seperti kebun kampus, kebun koleksi,
kebun raya, kebun binatang, taman burung, taman safari dan koleksi pribadi.
Untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan kegiatan
pelestarian dalam tiap kategori, diperlukan kerjasama inter-sektoral, peran
serta masyarakat, identifikasi penelitian, kebutuhan akan pelatihan dan
informasi, peraturan hukum yang efektif, pengelolaan yang handal, sumberdaya
manusia dan sumber dana yang cukup, dan penilaian ekonomi tentang untung rugi
pelestarian.
3.5 Pengaruh
Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati
Terdapat dua akibat dari kegiatan manusia terhadap keanekaragaman hayati
yaitu sebagai berikut:
a) Kegiatan
yang mengakibatkan makin berkurangnya keanekaragaman hayati yaitu antara lain:
·
Ladang berpindah
·
Intensifikasi pertanian
·
Penemuan bibit tanaman dan hewan
baru yang unggul mengakibatkan terdesaknya bibit lokal
·
Perburuan liar dan penebangan liar
·
Industrilisasi
b) Kegiatan
manusia yang tidak menyebabkan berkurangnya keanekaragaman hayati:
·
Penghijauan dan reboisasi
·
Pengendalian hama secara biologi
·
Penebangan hutan dengan perencanaan
yang baik
·
Usaha pemuliaan hewan dan tanaman
·
Usaha-usaha pelesarian alam
3.6 Faktor yang Memprngaruhi Keanekaragaman
Hayati Makhluk Hidup
1. Fragmentasi (pemecahan) habitat
1. Fragmentasi (pemecahan) habitat
Fragmentasi habitat terjadi akibat pembukaan lahan untuk berbagai keperluan
manusia. Sebagai akibat, populasi hewan atau tumbuhan terpecah menjadi
komplek-komplek kecil yang telah rentan terhadap gangguan. Dalam populasi yang
kecil, kemungkinan tidak terdapat cukup organisme dalam usia produktif.
Ketahanan
suatu populasi terhadap kepunahan bergantung pada:
·
Besar populasi tersebut
·
Pebandingan laju kelahiran dan laju
kematian
2.
Pencemaran lingkungan
·
Perubahan iklim global akibat
pencemaran udara, diperkirakan akan mempengaruhi penyebaran dan ketahanan
makhluk hidup.
·
Akumulasi pencemaran seperti DDT,
dioxin, dll.
Dalam perairan telah mengakibatkan kematian sebagai populasi spesies seperti,
anjing laut, paus dan limba-lumba (berbagai pencemar organik laut dalam dan
terakumulasi dalam tubuh manusia).
3. Perubahan
hewan liar
·
Perubahan hewan yang berlebihan
telah mengakibatkan kepunahan bagi spesies dalam sejarah.
·
Kini banyak hewan yang populasinya
terancam karena diburu untuk dijadikan sumber-smber makanan, diperjual belikan
hidip-hidup dan diambil bagian tertentu dari tubuhnya.
4.
Pengendalian predator
·
Populasi hewan atu tumbuhan yang
tidak diinginkan telah sengaja diberantas oleh manusia.
·
Penggunaan pestisida, hebrisida, dan
lain-lain sering kali menurunkan populasi spesies yang bukan merupakan sasaran
utama.
5.
Introduksi spesies eksotis (secara alami atau atau tidak sengaja)
·
Spesies yang masuk habitat yang
bukan habitat asalnya dapat menjadi "pencemaran bilogis". Suatu
organisme yang dikeluarkan dari habitat aslinya kemingkinan menjadi terbebas
dari pemangsa, pesaing, parasit atau penyakit yang mengendalikan populasinya
dalam kondisi alami. Pada habitatnya yang baru organisme ini kemungkinan dapat
tumbuh dan berkembang baik dengan pesat dan mengalahkan populasi asli.
·
Spesies eksotis juga dapat membawa
penyakit yang baru kedalam suatu daerah.
6. Asimilasi
genetik
·
Spesies langka dapat menjadi
terancam apabila berkembangbiak silang dengan spesies berkerabat dekat yang
berjumlah lebih banyak atau lebih kuat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keanekaragaman
hayati dapat dikelompokkan kedalam tiga taraf, yaitu; pertama taraf ekosistem,
kedua taraf jenis, dan ketiga taraf plasmanutfah. Ketiga taraf ini tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Keanekaragaman plasmanutfah terjadi bila ada jenis,
keanekaragaman jenis terjadi bila ada ekosistem. sedangkan ekosistem sendiri
tidak akan berarti bila tanpa kehadiran jenis.
Keanekaragaman hayati digunakan untuk memenuhi
berbagai kebutuhan, terutama kebutuhan dasar yang berupa pangan dan kesehatan.
Juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri, Keadaan Indonesia yang
berbhineka ini, menciptakan keanekaragaman hayati yang luar biasa dan unik,
ditinjau dari variasi dan variabilitas dari spesies, genera dan ekosistemnya.
Habitat alaminya yang beragam, sumber nabati dan hewani yang kaya, serta
tingginya nilai endemik spesies, maka Indonesia dikenal sebagai pusat
keanekaragaman hayati dunia. Melestarikan keanekaragaman hayati berarti
melestarikan ekosistem. Prioritas pertama untuk memelihara keanekaragaman
hayati harus berupa pelestarian “in-situ” , baik di dalam jaringan daerah
perlindungan, dalam zona samudra dan pantai, hutan-hutan maupun bentang alam
yang berfungsi ganda di luar daerah pelestarian. Sedangkan pelestarian
“ex-situ” dapat merupakan tambahan yang bermanfaat bagi perlindungan jenis di
dalam ekosistem alami.
Sejalan dengan prioritas ini, rencana kegiatan
pelestarian keanekaragaman hayati Nasional terdiri dari 4 bagian utama, yaitu :
1). Pelestarian in-situ di dalam taman dan daerah
lindungan.
2). Pelestarian in-situ di luar daerah perlindungan.
3).
Pelestarian in-situ bahari dan pantai.
4).
Pelestarian ex-situ termasuk pengawetan variasi kultivar, bank gen, program
penangkaran dalam tangkapan, dan sebagainya.
3.2 Saran
Berdasarkan
permasalahan diatas kami sebagai generasi muda berharap, keanekaragaman hayati
yang ada di Indonesia maupun didunia tetap terjaga dan dilestarikan dan menjadi
tugas kita semua untuk melestarikan keanekaragaman yang ada.
Daftar Pustaka
http://arifinbudi.blogspot.com/2012/12/keanekaragaman-hayati-makhluk-hidup.html
may be useful...!!! Aamiin
BalasHapus}{
Thanks