Visit to salambiologi.blogspot.com
A. TUJUAN
Tujuan dalam
praktikum kali ini adalah
1. Membuktikan
percobaan dari Morgan
2. Mengetahui
jenis mutan dan jenis kelamin lalat buah (Drosophila
Melanogasker) yang di amati pada botol S33
3. Mengetahui
parental dan jenis kelamin dari lalat buah (Drosophila
Melanogasker) yang diamati pada botol S33
4. Dapat
membuat diagram persilangan dari parental F1 dan F2
B. TINJAUAN
PUSTAKA
Di kebanyakan bentuk kehidupan dapat
kita bedakan jenis kelaminnya, maka kromsom turut pula berperan dalam penentuan
kelamin. Hal ini di karenakan kromosom mengikuti pola segregasi yang tertentu
dan dapat diramalkan, maka dapat kita harapkan penyebaran kelamin yang jelas.
Pada individu jantan dan betina umumnya menunjukan perbedaan dalam salah satu
pasangan kromosomnya. Pasangan kromosom yang menyebabkan perbedaan jenis
kelamin ini disebut kromosom kelamin. Pasangan kromosom lain yang sama dalam
sel kedua jenis kelamin spesies itu disebut otosom. Pada manusia dan pada
kebanyakan hewan, jenis kelamin keturunannya ditentukan oleh penyebaran
kromosom kelamin pada waktu terjadi fertilisasi.
Pada kromosom seks dikenali gen-gen
yang terpaut di dalamnya dan gen-gen yang terangkai pada kromosom kelamin ini
disebut gen terpaut kelamin (seks lingked
gens). Dengan adanya dua macam kromosom kelamin, yaitu kromosom –X dan
kromosom –Y, maka gen-gen terpaut seks dapat dibedakan menjadi gen terpaut –x
dan gen terpaut –y. gen yang terpaut pada kromosom x tidak lain dibandingkan
dengan gen-gen autosom. Karena tidak mempunyai alel pada kromosom y. maka gen
terpaut kelamin dapat menunjukkan ekspresinya walaupun dalam keadaan tunggal,
baik resesif maupun dominan.
Rangkai
kelamin mula-mula ditemukan oleh T.H Morgan dalam percobaannya menggunakan
lalat buah Drosophila Melanogaster dengan memperhatikan warna
matanya. Morgan dalam percobaannya telah berhasil menemukan adanya tautan seks
dengan menyilangkan ♀ Drosophila Melanogaster bermata merah dengan ♂ Drosophila Melanogaster bermata putih.
Menghasilkan F1 100% bermata merah. Kemudian F1
dikawinkan dengan sesamanya menghasilkan F2 yaitu 75% bermata merah
dan 25% bermata putih. Tetapi semua keturunan F2 yang bermata putih
hanya jantan. Hal ini menunjukkan gen yang menentukan warna mata Drosophila tertaut pada kromosom x.
Dari percobaan tersebut kemudian
morgan menyimpulkan bahwa generasi generasi yang menentukan warna putih itu
hanya memperlibatkan pengaruh pada lalat jantan saja. lagi pula gen yang
menentukan warna mata terdapat pada kromosom x.
C. ALAT
DAN BAHAN
Alat :
1. Gabus
2. Kuas
kecil
3. Botol
berpipet yang berisi eter
4. Loupe
5. Botol
Kultur
6. Cawan
Petri
7. Kapas
8. Botol
bius
9. Botol
pembunuh
10. Sumbat
gabus
11. Kaca
pembesar
Bahan
:
1. Lalat
Buah (Drosophila Melanogasker)
2. Eter
3. Medium
4.
Larutan sabun detergen
D. CARA
KERJA
1. Mengambil
semua Drosophila yang telah dewasa
dari botol kultur dengan cara menyentakan secara pelan – pelan pada bantalan
sterofom (kabus) sehingga lalat buah yang berada di botol kultur akan berada di
bawah.
2. Membuka
sumbat botol kultur lalu di tautkan atau di sambungkan dengan botol bius,
pegang kedua botol dengan tangan kiri dan jangan sampai ada celah antara botol
kultur dengan botol bius.
3. Menunggu
hingga lalat yang ada di botol kultur berpindah ke botol bius, untuk
mempermudah dalam pemindahan lalat maka arahkan botol bius kearah sumber
cahaya.
4. Setelah
banyak lalat yang masuk ke botol bius, lepaskan botol bius dari botol kultur
dan langsung di sumbat kembali dengan penutupnya. Begitu juga botol kultur
tutup dengan sumbat gabus. Hal ini perlu karena menjaga agar lalat yang ada di
dalam botol tidak keluar dari botol.
5. Meneteskan
3-4 kali eter ke dalam botol bius melalui bagian sumbat yang ada kapasnya.
Kemudian tunggu beberapa menit hingga lalat yang ada di botol bius tidak
bergerak (terbius).
6. Setelah
semua lalat sudah terbius (tidak bergerak atau berjalan) maka letakan pada
cawan petri dan letakan di atas kertas putih agar mempermudah dalam pengamatan
atau perhitungan jenis mutan.
7. Menghitung
jumlah mutan lalat buah serta membedakan jenis kelaminnya dan mengamati jenis
mutan lalat buah.
8. Jika
dalam pengamatan ada lalat yang terbangun itu maka alangkah baiknya di bius
lagi dengan cara meneteskan eter ke dalam kapas secukupnya kemudian kapas
tersebut di letakkan dalam cawan petri kemudian tutup kembali.
9. Lalat
yang sudah di hitung dan tidak di pergunakan lagi kemudian di buang dalam botol
pembunuh yang berisi sabun detergen atau alkohol. Hal ini perlu dilakukan agar
lalat yang tidak digunakan tiba-tiba terbangun kembali dan lepas maka akan
mengganggu populasi lalat buah di sekitar lingkuannya.
10. Setelah
itu membuat laporan sementara berdasarkan hasil perhitungan jumlah mutan dan
perbedaan jenis kelamin lalat buah tersebut.
E. HASIL
1. Nomor
Botol : S33
Parental : ♂ white x ♀ black
w
2. Perbandingan
menggunakan analisis Chi Kuadrat (X2)
|
♂
normal
|
♂
black
|
♂
white
|
♂
white
black
|
♀
normal
|
♀
Black
|
♀
White
|
♀
Black white
|
Jml
|
ft
|
48
|
18
|
42
|
11
|
51
|
17
|
49
|
8
|
244
|
Ft
|
45,75
|
15,25
|
45,75
|
15,25
|
45,75
|
15,25
|
45,75
|
15,25
|
244
|
Keterangan:
ft:
Jumlah Individu yang diamati
Ft:
Jumlah individu yang diharapkan
Jumlah
individu yang di harapkan:
♂
normal dan ♂ white
45,75
♂ black dan ♂ white black
♀
normal dan ♀ black
♀
black dan ♂ white black
Derajat
kebebasan (dk)k
Table
Chi Kuadrat = 14,04
X2
= ∑
= + + + +
+ + +
= + + +
+ +
= + + + +
+ + +
= 0,1106557 + 0,4959016 + 0,307377 + 1,1844262
0,602459 + 0,2008197 + 0,2308743 + 3,452623
= 6,5851365
Kesimpulan:
Dari
hasil yang di peroleh yaitu 6,5851365 jika di bandingkan dengan tabel Chi
kuadrat 14,04 menunjukan hasil tersebut
lebih kecil dari 14,04. Artinya pada taraf kepercayaan 95 % hasil tersebut
masih memenuhi perbandingan yang di harapkan.
3. Diagram
Persilangan
Parental:
♀ black X ♂
white
w
F : ♀
normal x ♂ normal
P : F X F
♀ normal X
♂ normal
F :
Betina
= ♀ normal
2 = 2
♀ normal
= ♀ black
= ♀ normal
2 = 2
♀ normal
= ♀ black
Jantan:
= ♂ normal
2 = 2
♂ normal
= ♂ black
= ♂ white
2 = 2
♂ white
= ♂ white black
Jadi perbandingan rasio fenotipe generasi ke dua (F)
yaitu
♀ normal: ♀ black: ♂ normal: ♂ black: ♂ white: ♂
white black
6 :
2 : 3
: 1 :
3 : 1
F. PEMBAHASAN
Dari percobaan yang telah dilakukan pada botol nomor D5 dapat
diketahui bahwa :
Didapatkan
Parental dari lalat yang berada di dalam botol S33 yaitu ♂ white x ♀ black
dengan ciri-ciri mutan white adalah bermata putih dan sayap panjang dan black
dengan tubuh berwarna hitam, mata merah serta sayap panjang. Mutan tersebut
dapat di bedakan jenis kelaminnya dengan jantan bercirikan pada bagian tubuh
bagian belakang terdapat corak hitam dan tubuhnya lebih kecil sedangkan pada
betina lebih besar dan tubuh bagian belakangnya tidak terdapat corak hitam atau
berati berwarna putih.
Pada praktikum ini setelah
menghitung jumlah mutan kemudian menentukan jenis mutan serta menentukan jenis
kelamin lalat buah di dapatkan parental jantan black dan betina white. Dari
parental tersebut menghasilkan F1 adalah jantan white dan betina normal.
Kemudian setelah itu dengan mencari F2 menghasilkan :
Jantan
: 3 normal, 1 black, 3 white, 1 white
black
Betina
: 3 normal, 1 black, 3 white, 1 white black
Kemudian
menghitung chi kuadrat (X2) menghasilkan data yang lebih kecil dari
tabel chi Kuadrat. Artinya pada taraf kepercayaan 95 %
hasil tersebut masih memenuhi perbandingan yang di harapkan atau sesuai dengan
percobaan Morgan.
Namun
setelah dilakukan pengoreksian oleh Asisten Dosen ternyata parental pada botol
S33 adalah Jantan White dan betina Black. Dari parental tersebut menghasilkan
F1 adalah jantan normal dan betina normal. Kemudian dengan mencari F2
menghasilkan :
Jantan
: 3 normal, 1 black, 3 white dan 1 white black
Betina
: 6 normal dan 2 black sehingga pada betina tidak ada jenis mutan white dan
white black.
Namun dari hasil ini telah dapat membuktikan bahwa
pada persilangan tersebut sudah sesuai dengan eksperimen Morgan yang
menyilangkan antara betina normal dengan jantan white menghasilkan keturunan F yang semuanya normal. Hasil keturunan F juga sudah sesuai
dengan hukum Morgan dimana
pada keturunan kedua ini hanya lalat jantanlah yang mempunyai lalat yang
matanya berwarna putih dan sebaliknya pada lalat betina semuanya mempunyai mata
berwarna merah baik lalat normal maupun black.
Jika di awal dugaan pada botol S33
memiliki parental jantan black dan betina white tentunya memiliki keturunan F1
dan F2 yang tidak sama jika dibandingkan parental jantan white dan betina
white. Hal tersebut karena hasil dari
persilangan gen terpaut seks sangat tergantung dan dipengaruhi oleh kedua
fenotif dari jenis kelamin parentalya.
Adanya kesalahan dalam pengamatan
percobaan ini dalam menentukan parental disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
1. Kelalaian
dalam menghitung lala buah (D.
Melanogaster) yang kurang teliti
sehingga data yang diperoleh tidak valid.
2. Adanya
kesalahan dalam melakukan pembiusan sehingga ada beberapa lalat yang keluar
dari botol yang menyebabkan pengamatan jadi terganggu.
3. Adanya
lalat yang belum dewasa atau masih kepompong dari beberapa jenis mutan sehingga
mempengaruhi dalam perhitungan jenis mutan untuk menentukan parental
berdasarkan jenis kelaminnya dan lain-lain.
G. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan
dapat di simpulkan bahwa :
1.
Parental pada botol nomor S33 yaitu ♂ white
x ♀ black.
w
2.
Generasi ke dua (F2)
diperoleh perbandingan :
♀ normal: ♀
black: ♂ normal: ♂ black: ♂ white: ♂ white black
6
: 2 :
3 : 1
: 3 : 1
3.
Hasil dari persilangan
gen terpaut seks dipengaruhi oleh fenotif
jenis kelamin kedua induknya.
4.
Generasi F1 dari
parental jantan white dan betina black menghasilkan jantan normal dan betina
normal.
5.
Adanya perbedaan
keturunan F1 maupun F2 antara parental jantan black disilangkan dengan betina
white dengan parental jantan white disilangkan dengan betina black.
6.
Pada parental jantan
white dan betina black tidak menghasilkan keturunan F2 betina white ataupun
betina white black.
Daftar
Pustaka
Kusdiarti,lilik. 2006. Genetika Tumbuhan cetakan ke-5.
Yogyakarta: Gajah Mada University press.
Kwon
Nio, Tjan. 1991. Genetika Dasar .
Bandung. ITB
Sisunandar. 2012. Penuntun Praktikum Genetika. Purwokerto. Universitas Muhammadiyah
Purwokerto
Yatim,
Wildan. 1986. Genetika. Bandung.
Tarsito
http://riefhans.blogspot.com/2013/09/persilangan-gen-terpaut-seks.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar