1.1 Latar Belakang
Genetika adalah cabang
biologi yang berurusan dengan hereditas dan variasi. Unit-unit herediter yang
ditramsmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya (dengan kata lain
diwariskan) disebut gen. Gen terletak dalam molekul-molekul panjang asam
deoksiribonukleat (deoxyribonucleic acid, DNA) yang ada di dalam semua sel.
DNA, bersama dengan suatu matriks protein, membentuk nucleoprotein dan
terorganisasi menjadi struktur yang disebut kromosom yang ditemukan di dalam
nukleus atau daerah inti sel. Sebuah gen mengandung kode informasi bagi
produksi protein. Normalnya, DNA adalah molekul yang stabil dengan kapasitas
bereplikasi sendiri. Terkadang, bias terjadi perubahan spontan pada suatu DNA.
Perubahan itu, disebut mutasi, dapat menyebabkan perubahan kode DNA yang
mengakibatkan produksi protein yang salah satu tidak lengka (Stansfield, 2007).
Orang yang pertama yang menggunakan Lalat buah
sebagai objek penelitian Genetika adalah Thomas Hunt Morgan yang berhasil
menemukan penemuan pautan seks. Spesies lalat buah, Drosophila melanogaster,
sejenis serangga biasa yang umumnya tidak berbahaya yang merupakan pemakan
jamur yang tumbuh pada buah. Lalat buah adalah serangga yang mudah berkembang
biak. Dari satu perkawinan saja dapat dihasilkan ratusan keturunan, dan
generasi yang baru dapat dikembangbiakkan setiap dua minggu. Karakteristik ini
menjadikan lalat buah menjadi organisme yang cocok sekali untuk kajian-kajian
genetik (Yatim, 1983).
Dalam melakukan
praktikum genetika, kita semakin banyak menggunakan Drosophila sebagai dahan
pemodelan genetika. Siklus hidup dari Drosophila sangat penting untuk diketahui
karena denngan kita mengetahuinya kita dapat memberikan perlakuan yang sesuai
dalam perawatannya.selain itu, kita dapat mengetahui kondisi yang tepatbagi
masing-masing fase. Berdasarkan hal tersebut, sehingga praktikum ini dilakukan
untuk bagaimana cara pembuatan medium lalat buah, dan dapat mengetahui
perbedaan antara jantan dan betina serta siklus hidup dari Drosophila melanogaster
(Agus dan Sjafaraenan, 2013).
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah:
1.
Mengetahui komposisi yang baik
untuk pertumbuhan lalat buah
2.
Membuat medium biakan lalat buah dalam skala laboratorium
3.
Mengetahui morfologi lalat buah Drosophila melanogaster
4.
Mengamati pertumbuhan lalat buah yang dikawinkan
5.
Mengetahui tahapan-tahapan dalam
siklus hidup lalat buah
6.
Mengetahui pautan seks pada lalat buah.
1.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan
pada hari Kamis, tanggal 21 Maret 2013, mulai pukul 14:30-18:30 WITA.
Bertempat di Laboratorium Biololgi Dasar Lantai 1, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Drosophila melanogaster, sejenis serangga biasa yang umumnya tidak berbahaya
dan merupakan pemakan jamur yang tumbuh pada buah. Lalat buah adalah serangga
yang mudah berkembangbiak. Dari satu perkawinan saja dapat dihasilkan ratusan
keturunan, dan generasi yang baru dapat dikembangkan setiap dua minggu.
Karasteristik ini menunjukkan lalat buah organisme yang cocok sekali untuk
kajian-kajian genetik (Campbell, 2008).
Drosophila melanogaster merupakan jenis lalat buah
yang dapat ditemukan di buah-buahan busuk. Drosophila telah digunakan secara
bertahun-tahun dalam kajian genetika dan perilaku hewan.
Berikut merupakan klasifikasi dari Drosophila melanogaster (Teti, 2011):
Kingdom : Animalia
Phillum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Drosophilidae
Genus : Drosophila
Spesies : Drosphila melanogaster
Selain itu, menurut Wheeleer (1981) Drosophila juga diklasifikasikan ke dalam sub ordo
Cyclophorpha (pengelompokan lalat yang pupanya terdapat kulit instar 3,
mempunyai jaw hooks) dan termasuk ke dalam seri Acaliptrata yaitu imago menetas
dengan keluar dari bagian anterior pupa .
Adapun ciri umum lain dari Drosophila melanogaster diantaranya Eltra
(2012):
1.
Warna tubuh
kuning kecoklatan dengan cincin berwarna hitam di tubuh bagian belakang.
2.
Berukuran kecil, antara 3-5 mm.
3.
Urat tepi sayap (costal
vein) mempunyai dua bagian yang terinteruptus dekat dengan tubuhnya.
4.
Sungut (arista)
umumnya berbentuk bulu, memiliki 7-12 percabangan.
5.
Crossvein
posterior umumnya lurus, tidak melengkung.
6.
Mata majemuk
berbentuk bulat agak ellips dan berwana merah.
7.
Terdapat mata
oceli pada bagian atas kepala dengan ukuran lebih kecil dibanding mata majemuk.
8.
Thorax
berbulu-bulu dengan warna dasar putih, sedangkan abdomen bersegmen lima dan
bergaris hitam
9.
Sayap panjang,
berwarna transparan, dan posisi bermula dari thorax.
ciri-ciri morfologi yang membedakan Drosophila
jantan dan betina antara lain (Suryo, 2008) yaitu:
Betina
|
Jantan
|
Ukuran tubuh lebih besar dari jantan
|
Ukuran tubuh
lebih kecil dari betina
|
Sayap lebih
panjang dari sayap jantan
|
Sayap lebih
pendek dari pada betina
|
Tidak terdapat
sisir kelamin (sex comb)
|
Terdapat sisir
kelamin (sex comb)
|
Ujung abdomen
runcing
|
Ujung abdomen
tumpul dan lebih hitam
|
Alasan digunakannya Drosophilla melanogaster sebagai bahan
penelitian adalah karena lalat ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain (Suryo,
1984):
1.
Mudah diperoleh
sehingga tidak menghambat penelitian
2.
Mudah dipelihara
pada media makanan yang sederhana, pada suhu kamar dan didalam botol
susus berukuran sedang
3.
Memiliki siklus
hidup pendek (hanya kira-kira 2 minggu) sehingga dalam waktu satu tahun dapat
diperoleh 25 generasi
4.
Mempunyai
tanda-tanda kelamin sekunder yang mudah dibedakan.
5.
Hanya mempunyai
delapan kromosom saja, tiga pasang kromosom autosom dan satu pasang kromosom
seks.
Metamorfosis pada Drosophila termasuk metamorfosis sempurna, yaitu dari
telur – larva instar I – larva instar II – larva instar III – pupa – imago.
Perkembangan
dimulai setelah terjadi fertilisasi, yang terdiri dari dua periode. Pertama,
periode embrionik di dalam telur pada saat fertilisasi sampai pada saat larva
muda menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu kurang lebih 24 jam. Dan
pada saat seperti ini, larva tidak berhenti-berhenti untuk makan. Periode kedua adalah periode setelah menetas dari
telur dan disebut perkembangan postembrionik yang dibagi menjadi tiga tahap,
yaitu larva, pupa, dan imago (fase seksual dengan perkembangan pada sayap).
Formasi lainnya pada perkembangan secara seksual terjadi pada saat dewasa
(Silvia, 2003).
Tahap-tahap dari siklus hidup Dhrosophila melanogaster berikut
ciri-cirinya, antara lain (Eltra, 2012) yaitu:
Tahapan
|
Ciri-Ciri
|
waktu
|
Telur
|
Berbentuk bulat lonjong, ukuran sekitar ± 0.5 mm,
berwarna putih susu, pada ujung anteriornya terdapat dua tangkai kecil
menyerupai sendok yang berfungsi agar telur tidak tenggelam, biasanya
terdapat pada permukaan media.
|
± 24 jam
|
Larva instar 1
|
Berbentuk lonjong pipih, berwarna putih bening,
berukuran ± 1 mm, bersegmen, berbentuk dan bergerak seperti cacing, belum
memiliki spirakel anterior.
|
|
Larva instar 2
|
Berbentuk lonjong pipih, berwarna putih, berukuran ±
2 mm, bersegmen, berbentuk dan bergerak seperti cacing, memiliki mulut dan
gigi berwarna hitam untuk makan, memiliki spirakel anterior.
|
± 2 hari
|
Larva instar 3
|
Berbentuk lonjong pipih, berwarna putih, berukuran ±
3-4 mm, bersegmen, berbentuk dan bergerak seperti cacing, memiliki mulut dan
gigi berwarna hitam lebih besar dan jelas terlihat dibanding larva instar 2,
memiliki spirakel anterior dan terdapat beberapa tonjolan pada spirakel
anteriornya.
|
± 3 hari
|
Prapupa
|
Terbentuk setelah larva instar 3 merayap pada
dinding botol, tidak aktif, melekatkan diri; berwarna putih; kutikula keras
dan memendek; tanpa kepala dan sayap
|
± 4 hari
|
Pupa
|
Tidak aktif dan melekatkan diri pada dinding botol,
berwarna coklat, kutikula keras, memendek, dan besegmen.
|
± 5 hari
|
Imago
|
Tubuh terbagi atas cephla, thorax, dan abdomen;
bersayap transparan; memiliki mata majemuk biasanya berwarna merah; dan
ciri-ciri lainnya menyerupai ciri lalat buah dewasa
|
± 9 hari
|
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
pada siklus hidup Drosophila melanogaster diantaranya sebagai berikut (Bohari, 2011)
yaitu:
a.
Suhu Lingkungan
Drosophila melanogaster mengalami siklus selama 8-11 hari
dalam kondisi ideal. Kondisi ideal yang dimaksud adalah suhu sekitar 25-28°C. Pada suhu ini
lalat akan mengalami satu putaran siklus secara optimal. Sedangkan pada suhu
rendah atau sekitar 180C,
waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan siklus hidupnya relatif lebih lama dan lambat
yaitu sekitar 18-20 hari. Pada suhu 30°C, lalat dewasa
yang tumbuh akan steril.
b.
Ketersediaan Media Makanan
Jumlah telur
Drosophila
melanogaster yang dikeluarkan akan menurun apabila kekurangan
makanan. Lalat buah dewasa yang kekurangan
makanan akan menghasilkan larva berukuran kecil. Larva ini mampu membentuk pupa
berukuran kecil, namun sering kali gagal berkembang menjadi individu dewasa.
Beberapa dapat menjadi dewasa yang hanya dapat menghasilkan sedikit telur.
Viabilitas dari telur-telur ini juga dipengaruhi oleh jenis dan jumlah makanan
yang dimakan oleh larva betina.
c. Tingkat
Kepadatan Botol Pemeliharaan
Botol medium sebaiknya diisi dengan medium buah yang cukup dan tidak
terlalu padat. Selain itu, lalat buah yang dikembangbiakan di dalam botol pun
sebaiknya tidak terlalu banyak, cukup beberapa pasang saja. Pada Drosophila
melanogaster dengan kondisi ideal dimana tersedia cukup ruang (tidak
terlalu padat) individu dewasa dapat hidup sampai kurang lebih 40 hari. Namun
apabila kondisi botol medium terlalu padat akan menyebabkan menurunnya produksi
telur dan meningkatnya jumlah kematian pada individu dewasa.
d.
Intensitas Cahaya
Drosophila melanogaster lebih menyukai
cahaya remang-remang dan akan mengalami pertumbuhan yang lambat selama berada
di tempat yang gelap
Inti sel tubuh lalat buah hanya
memiliki 8 buah kromosom saja, sehingga mudah sekali diamati dan dihitung.
Delapan buah kromosom tersebut dibedakan atas
(Suryo, 1984) yaitu:
1.
6 buah kromosom
(atau 3 pasang) yang pada lalat betina maupun jantan bentuknya sama. Karena itu
kromosom-kromosom ini disebut autosom (kromosom tubuh), sisingkat dengan huruf
A.
2.
2 buah kromosom
(atau 1 pasang) disebut kromosom kelamin (seks kromosom), sebab bentuknya ada
yang berbeda pada lalat betina dan jantan.
Kromosom kelamin
dibedakan atas suryo:
1.
Kromosom X yang
berbentuk batang lurus. Lalat betina memiliki 2 kromosom X.
2.
Kromosom Y yang
sedikit membengkok pada salah satu ujungnya. Kromosom Y lebih pendek dari pada
kromosom X. Lalat jantan memiliki sebuah kromosom X dan Y. Lalat betina normal
memiliki kromosom Y. Lalat betina memiliki 2 kromosom kelamin sejenis maka
lalat betina dikatakan homogametik sedangkan jantan bersifat heterogametik
Berhubungan dengan itu formula kromosom untuk lalat buah ialah sebagai
berikut:
a.
Lalat betina ialah 3 AAXX (= 3 pasang autosom + 1
pasang kromosom X)
b.
Lalat jantan ialah 3 AAXY (= 3 pasangan autosom +
sebuah kromosom X + sebuah kromosom Y).
Dalam keadaan normal, lalat betina membentuk satu macam sel telur saja yang
bersifat haploid (3AX). Tetapi lalat jantan membentuk 2 macam spermatozoa yang
haploid. Ada spermatozoa yang membawa kromosom X (3AX) dan ada yang membawa
kromosom Y (3AY). Apabila sel telur itu dibuahi spermatozoon yang membawa
kromosom X, terjadilah lalat betina yang diploid (3AAXX). Tetapi bila sel telur
itu dibuahi spermatozoa yang membawa kromosom Y, terjadilah lalat jantan yang
diploid (3AAXY). Kadang-kadang diwaktu meosis selama pembentukan sel-sel
kelamin, sepasang kromosom kelamin itu tidak memisahkan diri, melainkan tetap
berkumpul. Peristiwa ini disebut
“nondisjunction”. Andaikan terjadi nondisjunction selama oogenesis (pembentukan
sel telur) akan terbentuk dua macam sel telur, yaitu sebuah sel telur yang
membawa dua kromosom X (3AXX) dan sebuah sel telur tanpa kromosom X (3AO)
(Suryo, 2008).
Adanya nondisjunction ini tentu saja mengakibatkan terjadinya berbagai
macam kelainan dan keturunan yaitu (Suryo, 2008):
1.
Lalat betina
super (AAXXX), yaitu apabila spermatozoa membawa kromosom Xmembuahi sel telur
yang mempunyai dua kromosom X. Lalat ini tidak sempurna pertumbuhannya, steril,
sangat lemah, dan hidup tidak lama.
2.
Lalat
AAXXY,
yaitu apabila spermatozoa pembawa kromosomY membuahi sel teluryang
mempunyai 2
kromosom X. Lalat ini betina subur, tak ada bedanya dengan lalat beyina
biasa. Berarti kromosom Y pada drosphila tidak memberipengaruh
pada seks.
3.
Lalat AAXO,
yaitu apabila spermatozoa pembawa kromosom X membuahi sel telurtanpa kromosom
X. Lalat ini jantan dan steril
4.
Lalat
ginandromorf, ialah lalat yang tubuhnya separuh bersifat betina dan separuhnya
bersifat jantan. Untuklalat ini tidak dapat diberikan formulasi kromosomnya
5.
Lalat interseks
AAAXX, yaitu lalat yang merupakan campurann antara lalat betina dan jantan,
triploid (3n) untuk autosomnya dan memiliki 2 kromosom X, steril.
6.
Lalat jantan
super AAAXY, yaitu lalat jantan triploid untuk autosomnya, sperti halnya
dengan lalat betina super maka pertumbuhannya tidak sempurna, steril,
sangat lemah, dan hidup tidaklama.
7.
Lalat dengan
kromosom X melekat pada salah satu ujungnya (attached X cromosomes) AAXXY .lalat ini memiliki fenotip seperti lalat
betina normal,tetapi bila diperiksa menggunakan mikroskop maka inti selnya
mengandung sepasang kromosom X yang saling melekat pada ujungnya ditambah
dengan adanya kromosom Y.
Pada
percobaan morgan
mengenai drosphila melanogaster terdapat
seekor jantan dengan mata putih, dan tidak cemerlang yang menjadi ciri
khas spesies itu. Ketika jantan bermata putih ini dikawinkan dengan
betina
bermata merah, semua keturunannya bermata merah. Ini suatu tanda bahwa
jika sifat mata putih itu ditentukan oleh sutau gen khusus, maka gen
itu bersiifat
resesif. Ketikamorgan melakukan persilangan
morgan menemukan semua keturunan yang bermata putih itu jantan. Tidak
terdapat seekor betiina pun yang
bermata putih. Morgan menyimpulkan bahwa jika diasumsikan bahwa alela
yang
bersangkutan terletakdikromosom X. Lalat
betina mempunyai 2kromosom X harus homozigot untuk mata putih agar sifat
itu
dapat dilihat. Sebaliknya lalat jantan
karena hanya memiliki satu kromosomX alela apapun yang terdapat pada
kromosom
tersebut akan memperlihatkan sifat
itu. Morgan menamakan sifat menurun
demikian itu terpaut X karena gen terletak
pada kromosom X (Kimball, 1990)
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
III.1 Alat dan Bahan
III.1.
1 Alat
Adapun
alat yang digunakan pada percobaan ini adalah botol nescafe, panci kecil,
baskom sedang, blender, pisau, pengaduk, sendok, timbangan terigu, kompor
minyak tanah, korek api, spons.
III.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada
percobaan ini yaitu lalat buah Gula
merah 150gram, pisang ambon 300 gram, agar-agar powder putih 14 gram,
ragi, aquades 30 ml dan tisu.
III. 2 Cara Kerja
A. Morfologi
Lalat buah Drosophila melanogaster
Cara kerja dari morfologi lalat buah
yaitu:
1. Mikroskop
disediakan beserta perlengkapannya, kemudian mikroskop tersebut diatur sampai
menemukan titik fokus yang paling baik
2. Lalat
tersebut dibius dengan cara ditutupi dengan kapas yang telah diberi alkohol
padapermukaan botol tempat sediaan lalat tersebut
3. Kemudian
lalat yangsudah dibius tersebut diambil dengan pingset,lalu lalattersebut
diletakkan pada objek gelas atau kaca
preparat sebelum lalat tersebut bangun karena bius tersebut hanya bisa bertahan
selama 2 menit.
4. Amati
lalat dengan mikroskop dengan melihat morfologi lalat buah.
B. Pembuatan
medium lalat buah Drosophila melanogaster
1. Alat
dan bahan disiapkan sebelum dilakukan
percobaan
2. Pisang
ambon di potong kecil-kecil agar cepat
dan mudah untuk dihaluskan
3. Gula
merah dihancurkan agar mudah tercampur saat di masak.
4. Timbang
bahan-bahan sesuai dengan takarannya pada timbangan yang disediakan
5. Pisang
ambon yang telah di potong kecil-kecil kemudian di haluskan menggunakan blender
6. Air
30 ml dimasukkan dalam panci lalu di tambahkan agar-agar 14 gr kemudian dimasak
sambil diaduk-aduk
7. Setelah
beberapa menit, kemudian masukkan gula merah yang telah di haluskan, aduk
sampai merata.
8. Kemudian
Masukkan pisang ambon yang telah di haluskan, aduk hingga merata
9. Setelah
di masak, adonan tersebut di masukkan kedalam botol nescafe yang telah di sterilkan menggunakan alkohol.
10.Diamkan beberapa saat, setelah
sedikit dingin masukkan tisu ke dalam botol tersebut yang berfungsi untuk menyerap air dan
ditaburi ragi secukupnya.
11.Amati
pertumbuhan lalat buah drosophila melanogaster dalam botol tersebut.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
IV. 1 Hasil
IV.1.1 Morfologi Lalat
Buah Drosophila Melanogaster
1
2
3
4
5
6
7
Gambar 1. Drosphila
melanogaster jantan
1
2
3
4
5
6
BETINA
|
Gambar
2. Drosphila melanogaster betina
Keterangan
:
1. Kepala
(Caput)
2. Betis
( Tibia)
3. Perut
( Abdomen)
4. Kaki
( Peda)
5. Sayap (Pteron)
6. Ruas-ruas
pada abdomen
7. Sisir
kelamin (Sex comb)
IV.
1. 2 Pembuatan medium Pertumbuhan Lalat Buah
Gambar 3. Medium pertumbuhan Drosphila
melanogaster
IV.
1. 3 Siklus Hidup Lalat Buah Drosophila
melanogaster
Hari
|
Perubahan/ Pertumbuhan
|
hasil pengamatan
|
hari/tanggal
|
I
|
Telur (embrio)
|
berwarna putih dan terlihat
seperti titik (bercak putih) yang
menempel pada dinding botol
|
Jumat/ 22 Maret 2013
|
II
|
telur berubah menjadi instar
larva (instar 1)
|
Berwarna putih, memliki segmen
seperti cacing namun belum lincah. gerakannya masih semu
|
Senin, 25 Maret 2013
|
III
|
Instar larva membesar
(instar 2)
|
Ukurannya lebih besar dibanding
instar 1, terlihat warna kehitaman pada bagian anterior larva (mulut larva)
|
Selasa, 26 Maret 2013
|
IV
|
Instar larva lebih besar dari
hari sebelumnya (larva instar 3
|
warna hitam yang muncul lebih
jelas, gerakannya lebih aktif dan ukurannya relative lebih besar
|
Rabu, 27 Maret 2013
|
V
|
instar larva berubah menjadi
prepupa
|
Tidak ada lagi pergerakan, pada
tubuh larva muncul selaput dan tubuhnya memendek
|
Kamis, 28 Maret 2013
|
VI
|
prepupa menjadi pupa
|
kutikulanya menjadi keras seperti
cangkang dan berpigmen (agak kecoklatan), tidak bergerak (diam
|
Jumat, 29 Maret 2013
|
VII-VIII
|
Pupa menjadi imago
|
ukuran relative kecil dan sayap
belum terbentang sempurna (beberapa lalat sudah mulai untuk terbang)
|
Sabtu-Minggu,30-31 Maret 2013
|
IX-X
|
lalat dewasa
|
Sayap telah terbentang sempurna,
bergerak aktif dalam medium (terbang), semua lalat dalam medium terbang aktif
|
Senin-Selasa, 1-2 April 2013
|
IV.
1. 4 Pautan Seks
Pada
percobaan ini, tidak terlihat adanya pautan seks, Dimana pada percobaan, setelah diamati semua lalat memiliki mata
berwarna merah dan tidak ada yang berwarna putih. Ini menandakan bahwa tidak terjadi pautan seks pada mata Drosophila melanogaster yang terdapat di
dalam medium.
IV.
2 Pembahasan
Secara
morfologi, lalat buah Drosophila
melanogaster jantan dan betina dapat dibedakan dengan melihat beberapa
bagian pada tubuh lalat buah,
diantaranya yaitu pada lalat buah betina memiliki ukuran yang lebih besar
dibandingkan dengan lalat buah jantan, ujung abdomen pada lalat buah betina
runcing dan terdapat garis-garis melintang berwarna hitam sedangkan pada jantan
ujung abdomennya tumpul dan berwarna kehitam-hitaman dan memiliki sedikit garis
hitam melintang. Extremitas (kaki) depan pada lalat buah jantan memiliki sisir
kelamin (seks comb), tetapi pada lalat betina
tidak terdapat seks comb.
Pada
pembuatan medium percobaan lalat buah
yaitu pertama-tama semua bahan yang akan digunakan ditakar terlebih
dahulu, dengan menggunakan formula yaitu gula merah sebanyak 150 gr, pisang
ambon sebanyak 300 gr, agar-agar 7 gr,
air 1 liter dan ragi secukupnya.
Manfaat
dari bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan lalat buah ini yaitu pertama
gula merah berfungsi sebagai sumber glukosa, pisang ambon berfungsi menghasilkan aroma yang khas sehingga lalat
tertarik, air berfungsi untuk mencampurkan adonan, agar-agar berfungsi untuk penguat
adonan, ragi berfungsi untuk memberikan bau etanol pada lalat buah.
Dari hasil percobaan, terlihat
adanya perbedaan antara botol medium yang kecil dengan yang ukuran yang besar,
dimana pada botol medium yang kecil populasi lalat buah sangat banyak,
dibandingkan dengan botol besar. Hal ini
dikarenakan adanya kontaminasi jamur pada botol medium ini, sehingga
pertumbuhannya hanya sampai pada fase pupa saja (mati)
Drosophila melanogaster memiliki
siklus hidup yang pendek, yaitu dimulai dari telur - larva instar 1 – larva
instar II – larva instar III – pupa – imago. Larva instar I umumnya muncul pada hari kedua yang berupa ulat kecil
yang mulai bergerak, umumnya ulat-ulat tersebut berada dipermukaan medium
karena merupakan sumber makanan. Fase selanjutnya larva instar II, yaitu ukuran
larva lebih besar dan terlihat warna kehitam-hitaman pada bagian anterior
(mulut) larva.
Pada larva instar III, ukuran larva
relatif besar dan warna hitam yang muncul lebih jelas, pergerakan larva lebih
aktif. Selanjutnya, pada fase prapupa yaitu sudah tidak ada lagi pergerakan dan
pada tubuh larva muncul selaput dan
tubuhnya pendek. Dari prapupa selanjutnya menjadi pupa, kutikula menjadi keras
seperti cangkang dan berpigmen (agak kecoklatan) dan tidak bergerak.
Selanjutnya, pupa akan menetas setelah 8 hari tegantung dari suhu lingkungannya
dan pada hari ke 10 terbentuklah lalat dewasa dengan sayap yang telah
terbentang sempurna, sehingga lalat bergerak aktif (terbang) di dalam medium.
Pada percobaan ini, tidak ditemukan
adanya lalat buah yang bermata putih, semua lalat yang berada didalam medium memiliki mata
berwarna merah.
BAB
V
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan diatas kita
dapat menarik kesimpulan bahwa:
1. Morfologi
dari Drosophila melanogaster yaitu pada Drosophila jantan memiliki ukuran tubuh
yang lebih kecil dari betina, ujung abdomen pada lalat jantan tumpul sedangkan
pada lalat betina runcing, dan pada lalat jantan memiliki 3 ruas dibagian
abdomennya dan memiliki sisir kelamin
(Seks Comb) sedangkan pada lalat betina memiliki 6 ruas dan tidak memiliki
sisir kelamin.
2. Siklus
hidup Drosophila melanogaster yaitu mengalami metamorfosis sempurna yang diawali
dengan telur-larva-larva instar 1- larva instar II- larva instar
III-prapupa-pupa-imago. Dari lalat dewasa hingga menghasilkan imago membutuhkan
waktu sekitar ±12 hari.
V.2 Saran
Sebaiknya
laboratorium genetika dapat menyediakan alat-alat laboratorium dengan lengkap
sehingga praktikum dapat berjalan lancar.
DAFTAR
PUSTAKA
Agus,
Rosana dan Sjafaraenan. 2013. Penuntun
Praktikum Genetika Dasar. Universitas Hasanuddin: Makassar.
Bohari,
Mega. 2011. Laporan genetika pemeliharaan
lalat buah. http://megabohari.blogspot.com.
diakses pada tanggal 30 maret 2013 Pukul
21: 10 WITA.
Campbell, N. A.,J. B.
Reece, and L. A. Urry. 2008. BIOLOGI Edisi kedelapan jilid 3. Erlangga: Jakarta.
Eltra, 2012. Laporan Praktikum Genetika Penggunaan Lalat Buah Sebagai Organisme Percobaan Genetika. http://eltra.blogspot.com. diakses pada tanggal 30 Pukul 20: 15 WITA.
Kimball,
J. W. 1990. Biologi Umum.
Erlangga: Jakarta
Silvia, Triana. 2003. Pengaruh Pemberian Berbagai Konsenterasi Formaldehida Terhadap Perkembangan Larva Drosophila. Universitas Padjdjaran: Bandung
Stansfield,
W. D dan S. L. Elrod. 2007. Genetika
Edisi Keempat. Erlangga: Jakarta.
Suryo.
1984. Genetika. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Suryo.
2008. Genetika. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Teti.
2011. Laporan Praktikum Drosophila. http://teti-sby.blogspot.com. diakses pada tanggal 27 Maret 2013 Pukul 11: 30 WITA.
http://khinablue.blogspot.com/2013/06/lalat-buah-drosophila-melanogaster.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar