Visit to salambiologi.blogspot.com
I. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami pengertian mutasi.
2. Mengetahui perbedaan morfologi antara Drosophila melanogaster jantan dan Drosophila melanogaster betina.
3. Mengetahui perbedaan antara Drosophila melanogaster normal dengan mutan-mutannya.
II. TEORI
Mutasi merupakan perubahan turun-temurun pada susunan basa nukloetida
dari genom DNA (deoxyribonucleic acid) atau pada urutan angka dari gen
atau kromosom pada sebuah sel, dapat terjadi secara spontan atau dengan
melalui media lain (Rittner & Timothy. 2004: 254). Mutasi
disebabkan oleh agen-agen tertentu. Satu agen yang menyebabkan satu
permanen turun temurun perubahan ke dalam DNA (deoxyribonucleic acid)
dari satu organisme disebut mutagen (Rittner & Timothy. 2004: 253).
Agen-agen tersebut dapat berupa bahan kimiawi atau fisik yang
berinteraksi dengan DNA sehingga menyebabkan mutasi (Campbell dkk. 2002:
335). Organisme yang mengalami perubahan atau mutasi disebut mutan,
sedangkan mutagenesis merupakan istilah yang dipakai untuk menyebutkan
proses yang menyebabkan mutasi atau penciptaan suatu mutasi (Pai. 1992:
277; Campbell dkk. 2002: 402).
Berdasarkan sel-sel yang mengalami mutasi, terdapat beberapa macam jenis
–jenis mutasi. Pertama, mutasi berdasarkan tingkat terjadinya yaitu
mutasi kromosom dan mutasi gen. Mutasi kromosom adalah perubahan pada
pengaturan susunan kromosom. Mutasi gen adalah mutasi pada rangkaian
gen dan dapat melibatkan perubahan salah satu dari jumlah rangkaian DNA,
termasuk substitusi pasangan basa mahupun penambahan atau pengurangan
satu atau lebih pasangan basa DNA (Russell 1994: 378).
Kedua, mutasi berdasarkan sel yang mengalaminya yaitu mutasi somatik dan
germinal. Mutasi somatik terjadi apabila sel mutan memberikan
peningkatan hanya pada sel somatik saja (pada organisme multiseluler),
sehingga akan tercipta wilayah mutan pada bagian tubuh mutan tersebut,
tetapi karakteristik mutannya tidak diturunkan kepada generasi
berikutnya. Mutasi germinal adalah mutasi yang terjadi pada germinal
organisme yang bereproduksi secara seksual, dan dapat diturunkan kepada
generasi berikutnya melalui gamet sehingga akan menghasilkan suatu
individu yang mengalami mutasi baik pada sel somatik mahupun pada sel
germinal (Russell. 1994: 378).
Ketiga, mutasi berdasarkan peranan mutagen yaitu mutasi induksi dan
spontan. Mutasi induksi merupakan mutasi yang diakibatkan oleh “media”
yang saling barkaitan disebabkan oleh mutagen-mutagen antara lain
dengan bahan-bahan kimia yang bergabung dengan gugus basa. Misalnya,
benzpyrene, salah satu komponen kimia rokok, membuat ikatan yang cukup
besar dan kompleks dengan guanin, sehingga menyulitkan dalam pemasangan
basa lainnya. Saat DNA polymerase mendapatkannya sebagai guanin yang
termodifikasi, maka basa tersebut tidak akan berubah menjadi sitosin,
sehingga terjadi mutasi. Selain dengan bahan kimia, radiasi juga menjadi
penyebab mutasi induksi. Radiasi merusak meteri genetik dalam dua
cara, yaitu radiasi ion (ionizing radiation) yang menghasilkan bahan
kimia yang sangat reaktif, disebut sebagai radikal bebas yang
menyebabkan suatu gugus basa tidak dapat dikenali (oleh DNA polymerase),
sehingga menyebabkan terjadinya abnormalitas kromosom. Kedua, radiasi
UV (ultraviolet radiation) dari matahari akan diserap oleh basa timin
dalam DNA yang menyebabkan timin dapat membentuk ikatan kovalen dengan
nukleotida yang berdekatan dengannya. Hal tersebut juga menyebabkan
kerusakan pada replikasi DNA (David Sadava dkk. 2004: 253--254). Mutasi
spontan merupakan mutasi yang terjadi diakibatkan oleh
kesalahan-kesalahan DNA selama replikasi, perbaikan, atau rekombinasi
DNA dapat mengarah pada terjadinya substitusi, insersi, atau delesi
pasangan basa, sama seperti terjadinya mutasi yang memepengaruhi
rentangan DNA yang panjang (Campbell dkk. 2002: 335).
Lalat buah (Drosophila melanogaster) dan arthropoda yang lain mempunyai
konstruksi modular, suatu seri segmen yang teratur. Segmen tersebut
menyusun tiga bagian tubuh yang teratur: kepala, toraks (tubuh bagian
tengah, tempat sayap dan kaki berawal), dan abdomen, perut bagian bawah,
seperti hewan simetris bilateral lain, Drosophila mempunyai poros
anterior-posterior (kepala-ekor) dan poros dorsal-ventral
(punggung-perut) (Campbell dkk. 2002: 423--424).
Alasan menggunakan Drosophila melanogaster dalam percobaan adalah
Drosophila melanogaster merupakan insekta yang memiliki jumlah kromosom
yang sedikit, yaitu 2n = 8. Drosophila melanogaster memiliki siklus
hidup yang pendek yaitu sekitar 10-12 hari, dengan menghasilkan telur
yang banyak tiap kali Drosophila melanogaster betina bertelur, sehingga
mudah dirawat dan mempunyai banyak karakter mutan. Drosophila
melanogaster memiliki tiga pasang kromosom penting, yang mempunyai
sistem kromosom XX / XY untuk penetapan kromosom seks, mempunyai
kromosom raksasa pada kelenjar ludah dari larvanya, dan pada Drosophila
melanogaster jantan tidak ditemukan crossing over atau pindah silang
saat meiosis terjadi (Jones & Rickards. 1991: 48).
Kromosom kelamin dibedakan atas kromosom X dan kromosom Y. Drosophila
melanogaster betina memiliki kromosom X sebanyak dua buah dengan bentuk
batang lurus. Kromosom Y hanya dimiliki oleh Drosophila melanogaster
jantan dengan bentuk sedikit bengkok pada salah satu ujungnya dan lebih
pendek dari kromosom X. Drosophila melanogaster jantan memiliki satu
buah kromosom X dan satu buah kromosom Y. Oleh karena itu, formula
kromosom untuk Drosophila melanogaster betina adalah 3AA + XX (dengan 3
pasang autosom + 1 pasang kromosom X), sedangkan untuk Drosophila
melanogaster jantan adalah 3AA + XY (3 pasang autosom + sebuah kromosom X
+ sebuah kromosom Y) (Suryo. 1990: 164-165). Lalat buah (Drosophila
melanogaster) jantan mahupun betina dewasa yang telah matang dapat
dilihat perbedaannya walaupun dengan kasat mata. Perbedaan tersebut
diantaranya sebagai berikut.
1. Drosophila melanogaster betina memiliki ukuran tubuh yang lebih besar
bila dibandingkan dengan Drosophila melanogaster jantan.
2. Bagian abdomen (perut) Drosophila melanogaster betina terdapat
garis-garis hitam yang tebal pada bagian dorsal hingga ujung abdomen.
Bagian abdomen Drosophila melanogaster jantan juga terdapat pola garis
hitam yang tebal di sepanjang abdomen bagian dorsal, akan tetapi garis
hiam di bagian ujung abdomennya berfusi.
3. Bagian ujung abdomen Drosophila melanogaster betina lancip, kecuali
ketika sedang dipenuhi telur-telur, sedangkan ujung abdomen Drosophila
melanogaster jantan membulat dan tumpul.
4. Khusus Drosophila melanogaster jantan terdapat karakter khusus berupa
sex comb yaitu kira-kira 10 bulu berwarna gelap yang terletak di tarsal
pertama pada kaki depannya. Sex comb adalah ciri utama Drosophila
melanogaster jantan. Sex comb dapat dipakai untuk mengidentifikasi
jenis kelamin lalat buah pada dua jam pertama setelah lalat tersebut
menetas, ketika bentuk dan pigmentasi lalat tersebut belum berkembang
sempurna (Jones & Rickards. 1991: 51).
Bristle adalah rambut-rambut halus yang terletak pada ujung posterior
dari toraks bagian dorsal yang berfungsi untuk sensor mekanik. Halter
merupakan sepasang sayap yang tereduksi dan berfungsi untuk menjaga
keseimbangan tubuh pada saat terbang (Jones & Rickards. 1991: 52).
Ciri-ciri Drosophila melanogaster ¬normal (wild type) adalah sebagai berikut:
1. Drosophila melanogaster tipe liar (wild type) memiliki mata bulat
lonjong dengan warna merah cerah. Warna pigmen mata pada Drosophila
melanogaster berasal dari pigmen pteridin dan ommochrome (Klug &
Curmings. 1994: 97).
2. Lalat tipe liar memiliki warna tubuh cokelat keabu-abuan dengan panjang ukuran sayap normal (Campbell dkk. 2002: 282).
3. Indikasi sayap normal adalah sayap yang panjangnya lebih panjang melebihi panjang tubuhnya (Campbell dkk. 2002: 282).
Hal yang harus diperhatikan dalam pengamatan terhadap Drosophila
melanogaster adalah jenis kelamin, keadaan mata, keadaan sayap, dan
warna tubuh. Mutasi yang terjadi pada mata Drosophila melanogaster
diantaranya adalah:
1. White (w) merupakan mutan dengan warna mata putih karena tidak
memiliki pigmen pteridin dan ommochrome. Mutasi terjadi pada kromosom
nomor 1, lokus 1,5.
2. Vermilion (v) merupakan mutan dengan warna mata merah yang sangat
terang (warna vermilion). Mutasi teradi pada kromosom nomor 1, lokus
33.
3. Bar (B) merupakan mutan dengan bentuk mata yang sipit. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 1, lokus 57.
4. Carnation (car) merupakan mutan dengan warna mata seperti anyelir. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 1, lokus 62,5.
5. Purple (pr) merupakan mutan dengan mata warna ungu. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 2, lokus 54,5.
6. Brown (bw) merupakan mutan dengan mata warna cokelat. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 2, lokus 104.
7. Lobe (L) merupakan mutan dengan mata yang tereduksi, sehingga mata
terlihat sangat kecil dan tidak berbentuk bulat lonjong. Mutasi terjadi
pada kromosom nomor 2, lokus 72,0.
8. Cinnabar (cn) merupakan mutan dengan mata berwarna merah sedikit agak
orange. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 2, lokus 57,5.
9. Star (S) merupakan mutan dengan mata kasar dan kecil. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 2, lokus 1,3.
10. Sepia (se) merupakan mutan dengan mata warna cokelat tua agak
kehitaman, hal tersebut karena mutan kelebihan pigmen sepiapterin.
Mutasi terjadi pada kromosom nomor 3, lokus 26.
11. Scarlet (st) merupakan mutan dengan mata warna merah tua. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 3, lokus 44.
12. Rough (ro) merupakan mutan dengan permukaan mata yang agak kasar dan
faset abnormal. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 3, lokus 91,1.
13. Claret (ca) merupakan mutan dengan mata berwarna merah anggur atau
merah delima (ruby). Mutasi terjadi pada kromosom nomor 3, lokus 100,7.
14. Eyemissing (eym) merupakan mutan yang tidak mempunyai organ mata. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 4, lokus 2,0.
Mutasi yang terjadi pada sayap Drosophila melanogaster adalah sebagai berikut:
1. Cut wings (ct) merupakan mutan dengan sayap yang terpotong. Mutasi terjadi pada kromosom nomoe 1, lokus 20.
2. Miniature (m) merupakan mutan dengan panjang sayapnya sama dengan
panjang tubuhnya. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 1, lokus 36,1.
3. Dumpy (dp) merupakan mutan dengan bentuk sayap yang terbelah sehingga
panjang sayap tampak hanya dua per tiga dari panjang sayap normal.
4. Vestigial (vg) merupakan mutan dengan sayap yang tereduksi yang
berarti panjang sayap mutan jauh lebih pendek dibanding panjang sayap
Drosophila melanogaster normal, akibatnya Drosophila melanogaster dengan
bentuk sayap tersebut tidak dapat terbang. Mereka hanya mengandalkan
bristle sebagai alat sensor mekaniknya.
5. Curly (Cy) merupakan mutan dengan sayap melengkung ke atas, baik pada
saat terbang mahupun hinggap. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 3,
lokus 50,0.
6. Taxi (tx) merupakan mutan dengan sayap yang terentang, baik ketika
terbang mahupun hinggap. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 3, lokus
91,0.
Mutasi pada warna tubuh Drosophila melanogaster adalah sebagai berikut:
1. Yellow (y) merupakan mutan dengan warna tubuh kuning. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 1, lokus 0,0.
2. Black (b) merupakan mutan dengan warna tubuh hitam pekat. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 2, lokus 48,5.
3. Ebony (e) merupakan mutan dengan warna tubuh gelap. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 3, lokus 70,7
(Russell. 1994: 113).
Untuk menandai Drosophila melanogaster alel tipe normal dari gen
beberapa lokus sering digunakan tanda +. Alel mutan diberi simbol
dengan menggunakan huruf pertama atau dua huruf pertama dari kata yang
mendeskripsikan mutasi tersebut. Misalnya bw adalah simbol untuk alel
mata cokelat, vg untuk alel sayap vestigial, dan w untuk alel mata
putih. Alel tipe liar yang cocok dapat diberikan tanda +, atau bisa
juga dibedakan dengan cara menuliskannya bw+, vg+, dan w+. Alel mutan
resesif dituliskan dengan huruf kecil (misalnya vg), sementara alel
mutan dominan dituliskan dengan huruf kapital (misalnya B untuk alel
mata Bar, atau B+ untuk alel mata normal) (Jones & Rickards 1991:
53). Cara penulisan suatu individu mutan Drosophila melanogaster adalah
dengan mengurutkan mulai dari seks, keadaan mata, keadaan sayap, dan
warna tubuh. Contahnya adalah sebagai berikut:
1. Drosophila melanogaster jantan normal, maka penulisan notasi individu tersebut adalah: ♂ w+ w+ m+ m+ e+ e+.
2. Drosophila melanogaster betina dengan sayap tereduksi, maka penulisan notasi individu tersebut adalah: ♀ w+ w+ vg vg e+ e+.
3. Drosophila melanogaster betina dengan mata putih dan tubuh berwarna
kuning, maka penulisan notasi individu tersebut adalah: ♀ w w m+ m+ y y.
4. Drosophila melanogaster jantan dengan warna tubuh hitam dan sayapnya
melengkung ke atas, maka penulisan notasi individu tersebut adalah: ♂ w+
w+ cy cy b b.
5. Drosophila melanogaster jantan dengan warna tubuh gelap dan memiliki
mata sipit, maka penulisan notasi individu tersebut adalah: ♂ B B m+ m+
se se.
III. ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA
A. ALAT
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum pengamatan Drosophila
melanogaster dan mutan-mutannya adalah botol etherizer, busa penutup,
botol spesimen, cawan petri, kuas nomor 6, lup, pipet tetes, dan
mikroskop stereo.
B. BAHAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum pengamatan Drosophila
melanogaster dan mutan-mutannya adalah sediaan Drosophila melanogaster
normal dan mutan-mutannya dan larutan dietileter.
C. CARA KERJA
1. Sebelum Drosophila melanogaster dikeluarkan dari botol asalnya,
terlebih dahulu botol tersebut digoyang-goyangkan agar lalat-lalat yang
hinggap di sekitar dinding botol turun ke permukaan bawah botol.
Setelah lalat berada di permukaan bawah, lalat telah siap untuk
dipindahkan.
2. Drosophila melanogaster dipindahkan ke botol etherizer setelah
dipastikan bahwa lalat tersebut berada di permukaan bawah botol asalnya,
dan dengan gerakan cepat busa penutup botol dibuka.
3. Kedua mulut botol segera ditempelkan setelah busa penutup dibuka dan
harus dipastikan bahwa tidak ada celah sedikit pun antara kedua mulut
botol.
4. Setelah botol etherizer segera ditutup dengan busa penutupnya,
kemudian kapas di tengah busa ditetesi larutan dietileter secukupnya.
5. Botol yang telah ditetesi larutan dietileter didiamkan sebentar hingga lalat-lalat di dalamnya terbius atau pingsan.
6. Selanjutnya penutup botol dibuka, kemudian lalat normal tersebut
dipindahkan ke dalam cawan petri dengan menggunakan kuas untuk diamati.
7. Drosophila melanogaster yang telah diletakkan di atas cawan petri kemudian diamati dengan lup dan mikroskop stero.
8. Drosophila melanogaster yang telah diamati kemudian dicatat dan digambar untuk mempermudah pengidentifikasian.
IV. PEMBAHASAN
Praktikum genetika mengenai mutasi menggunakan Drosophila melanogaster
sebagai objek pengamatan. Hal pertama yang praktikan lakukan adalah
mengisolasi Drosophila melanogaster dari botol spesimen ke botol
etherizer. Sebelumnya, botol spesimen digoyangkan atau ditepuk-tepuk
terlebih dahulu, tujuannya agar lalat yang hinggap di sisi dinding botol
turun ke dasar permukaan botol. Botol etherizer disiapkan dalam posisi
terbalik atau posisi bibir botol berada di bawah, tepat di atas botol
spesimen, tujuannya agar lalat lebih mudah pindah ke botol di atasnya.
Kedua busa penutup botol dibuka, dan dengan gerakan cepat, kedua bibir
botol ditempelkan satu sama lain, dipastikan rapat tanpa celah.
Tujuannya agar tidak ada lalat yang lolos keluar botol ketika
dipindahkan ke botol etherizer. Drosophila melanogaster pindah secara
perlahan menuju botol etherizer. Setelah beberapa ekor Drosophila
melanogaster berhasil dipindahkan ke botol etherizer, kedua botol segera
ditutup kembali dengan busa penutupnya, dengan gerakan yang cepat pula.
Kemudian, praktikan meneteskan beberapa tetes ether ke tengah busa
penutup botol agar tepat sasaran dengan menggunakan pipet tetes.
Praktikan menunggu hingga Drosophila melanogaster di dalam botol
etherizer tidak bergerak lagi atau dengan kata lain terbius. Pembiusan
Drosophila melanogaster dengan menggunakan larutan dietileter
bertujuan untuk menjaga Drosophila melanogaster tetap berada dalam
keadaan pasif atau diam ketika diamati (Jones & Rickards. 1991:
48--50).
Setelah Drosophila melanogaster terbius, praktikan memindahkan lalat
tersebut ke atas gelas arloji dengan menggunakan kuas nomor 5.
Penggunaan kuas bertujuan agar lalat tidak mengalami luka sedikitpun
ketika dipindahkan karena permukaan bulu kuas yang lembut. Penggunaan
gelas arloji berfungsi sebagai wadah untuk Drosophila melanogaster
ketika diamati di bawah mikroskop. Sebelum diamati di bawah mikroskop,
spesimen diamati dengan menggunakan lup. Penggunaan lup dalam
pengamatan bertujuan agar Drosophila melanogaster lebih mudah untuk
diamati oleh praktikan (Jones & Rickards. 1991: 51).
Setelah diamati dengan menggunakan lup, Drosophila melanogaster juga
diamati dengan menggunakan mikroskop. Mikroskop yang digunakan adalah
jenis mikroskop stereo. Penggunaan mikroskop stereo berfungsi agar
spesimen yang diamati di bawah mikroskop dapat terlihat lebih jelas bila
dibandingkan dengan pengamatan menggunakan lup. Hal tersebut dilakukan
karena mikroskop stereo memiliki medan kerja yang lebih besar.
Alasan menggunakan Drosophila melanogaster dalam percobaan adalah
merupakan organisme yang baik untuk mempelajari genetika, khususnya
mutasi. Penggunaan Drosophila melanogaster dalam pengamatan tersebut
mempunyai banyak keuntungan, diantaranya Drosophila melanogaster adalah
organisme yang memiliki jumlah kromosom yang sedikit, yaitu 2n = 8
(Jones & Rickards 1991: 48). Drosophila melanogaster juga memiliki
siklus hidup yang pendek dan memiliki banyak karakter mutan. Drosophila
melanogaster memiliki siklus hidup yang pendek yaitu sekitar 10-12
hari, dengan menghasilkan telur yang banyak tiap kali Drosophila
melanogaster betina bertelur, sehingga mudah dirawat dan mempunyai
banyak karakter mutan. Drosophila melanogaster memiliki tiga pasang
kromosom penting, yang mempunyai sistem kromosom XX / XY untuk penetapan
kromosom seks, mempunyai kromosom raksasa pada kelenjar ludah dari
larvanya, dan pada Drosophila melanogaster janan tidak ditemukan
crossing over atau pindah silang saat meiosis terjadi (Jones &
Rickards 1991: 48).
Hasil yang berhasil didapatkan praktikan selama praktikum adalah
Drosophila melanogaster normal jantan dan betina serta mutan-mutan
Drosophila melanogaster. Drosophila melanogaster normal jantan yang
praktikan amati memiliki ciri-ciri terdapat pola garis hitam di
sepanjang abdomen dorsalnya dengan pola garis yang berfusi di bagian
ujung abdomennya. Bentuk ujung abdomen Drosophila melanogaster jantan
agak membulat dan tumpul. Praktikan mengamati ujung abdomen Drosophila
melanogaster berbentuk lebih lancip dan menajam bila dibandingkan dengan
ujung abdomen Drosophila melanogaster jantan, dengan pola garis di
ujung abdomen dorsalnya tidak berfusi. Berdasarkan literatur sudah
sesuai dengan yang telah dipraktikumkan.
Mutan-mutan Drosophila melanogaster yang sudah diamati selama praktikum berlangsung adalah sebagai berikut:
1. Yellow white (yw): praktikan mengamati mutan tersebut memiliki warna
badan secara keseluruhan kuning dengan mata berwarna putih. Artinya,
lalat tersebut mengalami dua mutasi. Berdasarkan literatur, Drosophila
melanogaster mutan white memiliki warna mata putih dan mutan yellow
memiliki warna tubuh kuning secara keseluruhan (Russell. 1994: 113).
2. Black (b): secara keseluruhan lalat tersebut memiliki warna tubuh
hitam pekat dengan warna mata dan bentuk sayap normal. Berdasarkan
literature, Drosophila melanogaster mutan black memiliki warna tubuh
hitam pekat (Russell. 1994: 113).
3. Taxi (tx): praktikan mengamati sayap mutan taxi agak merentang ke
arah kanan dan kiri bagian tubuhnya. Berdasarkan literatur, mutan taxi
memiliki sayap yang selalu merentang baik ketika terbang mahupun
hinggap (Russell. 1994: 113).
4. Dumpy (dp): praktikan mengamati sayap mutan dumpy terbelah sehingga
terlihat lebih pendek dari yang normal. Berdasarkan literatur, mutan
dumpy memiliki sayap yang terbelah sehingga panjang sayap terlihat hanya
dua per tiga dari panjang sayap Drosophila melanogaster normal
(Russell. 1994: 113).
5. Eyemissing (eym): praktikan mengamati Drosophila melanogaster mutan
eyemissing tidak dilengkapi dengan organ mata. Berdasarkan literatur,
mutan eyemissing tidak memiliki organ mata (Russell. 1994: 113).
6. Vestigial (vg): praktikan mengamati sayap Drosophila melanogaster
mutan vestigial tidak terlihat, sehingga lalat tersebut tidak bisa
terbang. Berdasarkan literatur, mutan vestigial tidak memiliki sayap
karena sayap tereduksi (Russell. 1994: 113).
VI. KESIMPULAN
1. Mengetahui dan memahami pengertian mutasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi mutasi.
2. Ada beberapa perbedaan morfologi antara Drosophila melanogaster
jantan dengan betina antara lain ukuran tubuh Drosophila melanogaster
betina lebih besar dari tubuh jantan, pola garis hitam pada abdomen
dorsal Drosophila melanogaster jantan berfusi di ujung abdomen sementara
pada betina tidak berfusi, serta ujung abdomen Drosophila melanogaster
jantan tumpul dan membulat sementara ujung abdomen Drosophila
melanogaster betina lancip dan menajam.
3. Mengetahui perbedaan antara Drosophila melanogaster fenotip normal
dengan fenotip mutan biasanya muncul pada bagian mata, keadaan sayap,
dan warna tubuh sesuai dengan tempat dimana biasanya mutasi pada
Drosophila melanogaster terjadi.
V. DAFTAR ACUAN
Campbell, N.A., J.B. Reece, & L.G. Mitchell. 2002. BIologi. Edisi
kelima-Jilid-1. Terj. dari Biology oleh Lestari, R. Erlangga, Jakarta:
xxi + 438 hlm.
http://www.exploratorium.edu/imaging_station/gallery.php. 16 Februari 2010, jam 15:55
Jones, R.N., G.K. Rickards. 1991. Practical Genetics. Open University Press. Milton Keynes: xii + 228 hlm.
Pai, A.C. 1992. Dasar-dasar Genetika. Terj. dari Apandi, M. Erlangga. Jakarta: x + 438 hlm.
Rittner, Don dan Timothy L. McCabe. 2004. Encyclopedia of Biology. Facts On File, Inc. New York: xiii + 381 hlm.
Russell, P.J. 1994. Foundamental of Genetics. Harper Collins College Publishers. New York: xiii + 528 hlm.
Sadava, D. 2004. Life: The Science of Biology. 5th ed. Sinauer Associates, Inc.
Suryo. 1990. Genetika Strata I. Gajah Mada University Press. Yogyakarta: xvi + 344 hlm.
http://addanaupdate.blogspot.com/2010/06/laporan-gene-2.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar