Visit to salambiologi.blogspot.com
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Salah satu bagian yang
penting dalam mikrobiologi adalah pengetahuan tentang cara-cara mematikan,
menyingkirkan, dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme (Block, 2002). Cara
yang digunakan untuk menghancurkan, menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan
menyingkirkan mikroorganisme berbeda-beda tergantung spesies yang dihadapi.
Selain itu lingkungan dan tempat mikroba ini pun berbeda-beda misalnya dalam
darah, makanan, air, sampah, roil, dan tanah. Hal tersebut juga dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan cara untuk menghancurkan
mikroorganisme yang digunakan tergantung pada pengetahuan, keterampilan dan
tujuan dari yang melaksanakannya, sebab tiap situasi yang dihadapi merupakan
kenyataan-kenyataan dasar yang dapat menuntun pada cara atau prosedur yang
harus dilakukan (Levine, 2000).
Tindakan untuk membebaskan
alat atau media dari mikroba adalah dengan sterilisasi. Secara umum,
sterilisasi dapat dilakukan dengan cara mekanik, fisik dan kimia. Teknik
aseptis dibutuhkan untuk mencegah ataupun mengurangi kontaminasi yang tidak
diinginkan. Mikroba memiliki karakteristik serta ciri yang berbeda dalam
persyaratan pertumbuhannya. Karakteristik persyaratan pertumbuhan mikroba
inilah yang menyebabkan bermacam-macamnya media penunjang pertumbuhan mikroba.
Dalam melakukan kegiatan tersebut diperlukan keahlian dan keterampilan khusus. Hal
inilah yang melatar belakangi dilaksanakannya praktikum ini.
1.2 Tujuan
Tujuan dari
praktikum ini adalah untuk mengetahui berbagai cara
sterilisasi ruang kerja atau laboratorium
dan peralatan serta cara pembuatan media pertumbuhan mikroorganisme serta
mengetahui jenis-jenis media serta cara pembuatan dan sterilisasinya.
1.3 Manfaat
Setelah melakukan
praktikum ini mahasiswa akan mempunyai keterampilan dalam mensterilkan
peralatan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam dunia kerja khususnya
dalam laboratorium mikrobiologi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sterilisasi dalam mikrobiologi
berarti membebaskan tiap benda atau substansi dari semua kehidupan dalam bentuk
apapun. Untuk tujuan mikrobiologi dalam usaha mendapatkan keadaan steril,
mikroorganisme dapat dimatikan setempat oleh panas (kalor), gas-gas seperti
formaldehide, etilenoksida atau betapriolakton oleh bermacam-macam larutan
kimia; oleh sinar lembayung ultra atau sinar gamma. Mikroorganisme juga dapat
disingkirkan secara mekanik oleh sentrifugasi kecepatan tinggi atau oleh
filtrasi (Curtis, 1999).
Macam-macam sterilisasi (Machmud,
2008):
Pada
prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik,
fisik dan kimiawi.
1.
Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori
sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada
saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka
panas, misal nya larutan enzim dan antibiotik.
2.
Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.
·
Pemanasan
a.
Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh
alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
b.
Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C.
Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya
erlenmeyer, tabung reaksi dll.
c.
Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air
lebih tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
d.
Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf
·
Penyinaran dengan UV
Sinar
Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk
membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan
disinari lampu UV
3.
Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara
lain alkohol.
Sterilisasi
dengan panas adalah unit operasi dimana bahan dipanaskan dengan suhu yang cukup
tinggi dan waktu yang cukup lama untuk merusak mikrobia dan aktivitas enzim.
Sebagai hasilnya, bahan yang disterilkan akan memiliki daya simpan lebih dari
enam bulan pada suhu ruang. Contoh proses sterilisasi adalah produk olahan
dalam kaleng seperti kornet, sarden dan sebagainya. Perkembangan teknologi
prosesing yang memiliki tujuan mengurangi kerusakan nutrien dan konponen
sensoris dan juga mengurangi waktu prosesing menjadikan teknik serilisasi terus
dikembangkan. Lamanya waktu sterilisasi yang dibutuhkan bahan dipengaruhi oleh: resistensi
mikroorganisme dan enzim terhadap panas, kondisi pemanasan, pH bahan, ukuran
wadah atau kemasan yang disterilkan, keadaan fisik bahan (Machmud, 2008).
Sterilisasidengan udara kering, alat yang umum dikenal adalah oven. Alat ini dipakai untuk
mensterilkan alat-alat gelas seperti erlenmeyer, petridish, tabunng reaksi dan
alat gelas lainnya. bahan-bahan seperti kapas, kain dan kertas dapat
disterilkan dengan alat ini. pada umunhya suhu yang digunakan pada sterilisasi
secara kering adalah 170 - 180 C selama palinng sedikit 2 jam. Lama
isterilisasi tergantung pada alat dan jumlahnya
(Machmud, 2008).
Sterilisasi dengan uap air panas, bahan yang mengandung cairan tidak dapat didterilkan dengan oven
sehingga digunakan alat ini. alat ini disebut Arnold steam sterilizer dengan
suhu 1000Cdalam keadaan lembab. Secara sederhana dapat pula
digunakan dandang. Mula-mula bahan disterilkan pada suhu 1000C
selama 30 menit untuk membunuh sel-sel vegetatif mikrobia. kemudian disimpan
pada suhu kamr 24 jam untuk memberi kesempatan spora tumbuh menjadi sel vegetatif,
lalu dipanaskan lagi 1000C 30 menit. dan diinkubasi lagi 24 jam dan
disterilkan lagi, jadi ada 3 kali sterilisasi. Banyak bakteri berspora belum
mati dengan cara ini sehingga dikembangkan cara berikutnya yaitu uap air
bertekanan (Machmud, 2008).
Sterilisasi dengan uap air panas bertekanan, alat ini
disebut autoklaf (autoclave) untuk steriliasasi ini alat dilengkapi dengan
katup pengaman. Alat diisi dengan air kemudian bahan dimasukkan. Panaskan
sampai mendidih dan dari katup pengaman kelaur uap air dengan lancara lalu
ditutup. Suhu akan naik sampai 1210C dan biarkan selama 15 menit
(untuk industri pengalengan ada perhitungan tersendiri), lalu biarkan dingin
sampai tekanan normal dan klep pengaman dibuka, cara ini akan mematikan spora dengan cara penetrasi panas ke dalam
sel atau spora sehingga lebih cepat. Cara
mana yang dipilih tergantung bahan, biaya dan ketersediaan alat, untuk bahan yang tidak tahan panas,
maka cara diatas tidak dapat dipakai (Machmud, 2008).
Sterilisasi yang umum dilakukan dapat berupa:
a. Sterilisasi secara fisik (pemanasan, penggunaan
sinar gelombang pendek yang dapat dilakukan selama senyawa kimia yang akan
disterilkan tidak akan berubah atau terurai akibat temperatur atau tekanan
tinggi). Dengan udara panas, dipergunakan alat “bejana/ruang panas” (oven
dengan temperatur 170o – 180oC dan waktu yang digunakan
adalah 2 jam yang umumnya untuk peralatan gelas).
b. Sterilisasi secara kimia (misalnya
dengan penggunaan disinfektan, larutan alkohol, larutan formalin).
c. Sterilisasi secara mekanik,
digunakan untuk beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan tinggi
akan mengalami perubahan, misalnya adalah dengan saringan/filter. Sistem kerja
filter, seperti pada saringan lain adalah melakukan seleksi terhadap
partikel-partikel yang lewat (dalam hal ini adalah mikroba) (Suriawiria, 2005).
Macam-macam sterilisasi
Pada
prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik,
fisik dan kimiawi.
1.
Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori
sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada
saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka
panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik.
2.
Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.
·
Pemanasan :
a.
Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh
alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
b.
Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C.
Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya
erlenmeyer, tabung reaksi dll.
c.
Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air
lebih tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
d.
Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf
·
Penyinaran dengan UV
Sinar
Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk
membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan
disinari lampu UV
3.
Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara
lain alkohol.
Saran-saran kerja aseptis :
1.
Sebelum membuka ruangan atau bagian steril di dalam tabung/cawan/erlenmeyer
sebaiknya bagian mulut (bagian yang memungkinkan kontaminan masuk)
dibakar/dilewatkan api terlebih dahulu.
2.
Pinset, batang L, dll dapat disemprot dengan alkohol terlebih dahulu lalu
dibakar.
3.
Ujung jarum inokulum yang sudah dipijarkan harus ditunggu dingin dahulu atau
dapat ditempelkan tutup cawan bagian dalam untuk mempercepat transfer panas
yang terjadi.
4.
Usahakan bagian alat yang diharapkan dalam kondisi steril didekatkan ke bagian
api.
5.
Jika kerja di Safety Cabinet tidak perlu memakai pembakar bunsen
tetapi jika di luar Safety Cabinet maka semakin banyak sumber api maka semakin
terjamin kondisi aseptisnya
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang
terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme
untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa
molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media
pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga
memanipulasi komposisi media pertumbuhannya
(Machmud, 2008).
Bahan-bahan media pertumbuhan
1.
Bahan dasar (Machmud, 2008):
air (H2O)
sebagai pelarut
Agar (dari rumput laut) yang berfungsi untuk pemadat media.
Agar sulit didegradasi oleh mikroorganisme pada umumnya dan mencair pada suhu
45 oC.
Gelatin juga memiliki fungsi yang sama seperti agar. Gelatin
adalah polimer asam amino yang diproduksi dari kolagen. Kekurangannnya adalah
lebih banyak jenis mikroba yang mampu menguraikannya dibanding agar (Machmud, 2008).
Silica gel,
yaitu bahan yang mengandung natrium silikat. Fungsinya juga sebagai pemadat
media. Silica gel khusus digunakan untuk memadatkan media bagi mikroorganisme
autotrof obligat.
2.
Nutrisi atau zat makanan (Machmud, 2008):
Media harus mengandung unsur-unsur yang diperlukan untuk
metabolisme sel yaitu berupa unsur makro seperti C, H, O, N, P; unsur mikro
seperti Fe, Mg dan unsur pelikan/trace element.
Sumber karbon dan energi yang dapat diperoleh berupa senyawa
organik atau anorganik esuai dengan sifat mikrobanya. Jasad heterotrof
memerlukan sumber karbon organik antara lain dari karbohidrat, lemak, protein
dan asam organic.
Sumber nitrogen mencakup asam amino, protein atau senyawa
bernitrogen lain. Sejumlah mikroba dapat menggunakan sumber N anorganik seperti
urea.
3.
Bahan tambahan
Bahan-bahan tambahan yaitu bahan yang ditambahkan ke medium
dengan tujuan tertentu, misalnya phenol red (indikator asam basa)
ditambahkan untuk indikator perubahan pH akibat produksi asam organik hasil
metabolisme. Antibiotik ditambahkan untuk menghambat pertumbuhan mikroba
non-target/kontaminan (Machmud, 2008).
4.
Bahan yang sering digunakan dalam pembuatan media (Machmud, 2008):
Agar, agar dapat diperoleh dalam bentuk batangan, granula
atau bubuk dan terbuat dari beberapa jenis rumput laut. Kegunaannya adalah
sebagai pemadat (gelling) yang pertama kali digunakan oleh Fraw &
Walther Hesse untuk membuat media. Jika dicampur dengan air dingin, agar tidak
akan larut. Untuk melarutkannya harus diasuk dan dipanasi, pencairan dan
pemadatan berkali-kali atau sterilisasi yang terlalu lama dapat menurunkan
kekuatan agar, terutama pada pH yang asam.
Peptone, peptone adalah produk hidrolisis
protein hewani atau nabati seperti otot, liver, darah, susu, casein,
lactalbumin, gelatin dan kedelai. Komposisinya tergantung pada bahan asalnya
dan bagaimana cara memperolehnya.
Meat extract. Meat extract
mengandung basa organik terbuat dari otak, limpa, plasenta dan daging sapi.
Yeast extract. Yeast extract
terbuat dari ragi pengembang roti atau pembuat alcohol. Yeast extract
mengandung asam amino yang lengkap & vitamin (B complex).
Karbohidrat. Karbohidrat ditambahkan untuk memperkaya
pembentukan asam amino dan gas dari karbohidrat. Jenis karbohidrat yang umumnya
digunkan dalam amilum, glukosa, fruktosa, galaktosa, sukrosa, manitol, dll.
Konsentrasi yang ditambahkan untuk analisis fermentasi adalah 0,5-1%.
Macam-Macam Media
Pertumbuhan (Machmud, 2008):
1.
Medium berdasarkan sifat fisik
Medium padat yaitu media yang mengandung agar 15% sehingga
setelah dingin media menjadi padat
Medium setengah padat yaitu media yang mengandung agar
0,3-0,4% sehingga menjadi sedikit kenyal, tidak padat, tidak begitu cair. Media
semi solid dibuat dengan tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke
seluruh media tetapi tidak mengalami percampuran sempurna jika tergoyang.
Misalnya bakteri yang tumbuh pada media NfB (Nitrogen free Bromthymol
Blue) semisolid akan membentuk cincin hijau kebiruan di bawah permukaan
media, jika media ini cair maka cincin ini dapat dengan mudah hancur. Semisolid
juga bertujuan untuk mencegah/menekan difusi oksigen, misalnya pada media Nitrate
Broth, kondisi anaerob atau sedikit oksigen meningkatkan metabolisme
nitrat tetapi bakteri ini juga diharuskan tumbuh merata diseluruh media (Machmud, 2008).
Medium cair yaitu media yang tidak mengandung agar, contohnya
adalah NB (Nutrient Broth), LB (Lactose Broth) (Machmud,
2008).
2.
Medium berdasarkan komposisi
Medium sintesis yaitu media yang komposisi zat kimianya
diketahui jenis dan takarannya secara pasti, misalnya Glucose Agar, Mac
Conkey Agar (Machmud, 2008).
Medium semi sintesis yaitu media yang sebagian komposisinya
diketahui secara pasti, misanya PDA (Potato Dextrose Agar) yang mengandung
agar, dekstrosa dan ekstrak kentang. Untuk bahan ekstrak kentang, kita tidak
dapat mengetahui secara detail tentang komposisi senyawa penyusunnya (Machmud, 2008).
Medium non sintesis yaitu media yang dibuat dengan komposisi
yang tidak dapat diketahui secara pasti dan biasanya langsung diekstrak dari
bahan dasarnya, misalnya Tomato Juice Agar, Brain Heart Infusion Agar, Pancreatic
Extract (Machmud, 2008).
3.
Medium berdasarkan tujuan
Media
untuk isolasi
Media ini mengandung semua senyawa esensial untuk pertumbuhan
mikroba, misalnya Nutrient Broth, Blood Agar (Machmud, 2008).
Media
selektif/penghambat
Media yang selain mengandung nutrisi juga ditambah suatu zat
tertentu sehingga media tersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan
merangsang pertumbuhan mikroba yang diinginkan. Contohnya adalah Luria Bertani
medium yang ditambah Amphisilin untuk merangsang E.coli resisten
antibotik dan menghambat kontaminan yang peka, Ampiciline. Salt broth
yang ditambah NaCl 4% untuk membunuh Streptococcus agalactiae yang
toleran terhadap garam (Machmud,
2008).
Media
diperkaya (enrichment)
Media diperkaya adalah media yang mengandung komponen dasar
untuk pertumbuhan mikroba dan ditambah komponen kompleks seperti darah, serum,
kuning telur. Media diperkaya juga bersifat selektif untuk mikroba tertentu.
Bakteri yang ditumbuhkan dalam media ini tidak hanya membutuhkan nutrisi
sederhana untuk berkembang biak, tetapi membutuhkan komponen kompleks, misalnya
Blood Tellurite Agar, Bile Agar, Serum Agar, dll (Machmud, 2008).
Media
untuk peremajaan kultur
Media umum atau spesifik yang digunakan untuk peremajaan
kultur (Machmud, 2008).
Media
untuk menentukan kebutuhan nutrisi spesifik.
Media ini digunakan unutk mendiagnosis atau menganalisis
metabolisme suatu mikroba. Contohnya adalah Koser’s Citrate medium,
yang digunakan untuk menguji kemampuan menggunakan asam sitrat sebagai sumber
karbon (Machmud, 2008).
Media
untuk karakterisasi bakteri
Media yang digunakan untuk mengetahui kemempuan spesifik
suatu mikroba. Kadang-kadang indikator ditambahkan untuk menunjukkan adanya
perubahan kimia. Contohnya adalah Nitrate Broth, Lactose Broth, Arginine
Agar (Madigan, 2003).
Media
diferensial
Media ini bertujuan untuk mengidentifikasi mikroba dari
campurannya berdasar karakter spesifik yang ditunjukkan pada media diferensial,
misalnya TSIA (Triple Sugar Iron Agar) yang mampu memilih Enterobacteria
berdasarkan bentuk, warna, ukuran koloni dan perubahan warna media di
sekeliling koloni (Machmud, 2008).
Salah satu teknik dasar dalam analisa mikrobiologi adalah
teknik transfer aseptis (suatu metode atau teknik di dalam memindahkan atau
mentransfer kultur bakteria dari satu tempat ke tempat lain secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke
dalam kultur). Teknik ini sangat esensial dan kunci
keberhasilan prosedur mikrobial yang harus diketahui oleh seorang yang hendak
melakukan analisis mikrobiologi. Pengambilan sampel harus dilakukan secara
statistik agar tidak bias, jadi secara acak (random sampling). Selain
itu, digunakan teknik aseptis selama pengambilan sampel agar tidak terjadi
pencemaran. Alat-alat yang digunakan harus steril. Bahan makanan cair diambil
dengan pipet steril, makanan padat menggunakan pisau, garpu, sendok atau
penjepit yang steril (Rachdie, 2006).
Teknik transfer aseptis adalah suatu metode atau teknik di
dalam memindahkan atau mentransfer kultur bakteria dari satu tempat ke tempat
lain secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam
kultur. Teknik transfer aseptis ini sangat esensial dan kunci keberhasilan
prosedur mikrobial yang harus diketahui oleh seorang yang hendak melakukan
analisis mikrobiologi (Pelczar, M. J., Chan, 2007).
Ada beberapa aturan yang harus diketahui dan dipenuhi di
dalam teknik transfer aseptis ini, sebagaimana terangkum dalam tabel di
bawah (Rachdie, 2006) :
Tabel 1: Aturan
Teknik Transfer Aseptis
|
Sebelum Pelaksanaan :
-
Singkirkan semua barang yang
tidak diperlukan dari meja dan ruang kerja
-
Kenakan pakaian atau jas
laboratorium yang bersih dan higinis sebelum masuk ke dalam laboratorium
-
Dianjurkan untuk mengenakan
masker yang bersih dan higinis
-
Kenakan penutup rambut yang
bersih dan higinis
-
Jangan sekali-kali meletakkan
tabung dan peralatan laboratorium lainnya di luar laboratorium
|
Sebelum dan Setelah Pelaksanaan :
-
Cuci tangan anda dengan bersih dan
gunakan antiseptis
-
Sanitasi dan desinfeksi ruang
kerja (laboratorium dan sekitarnya) dengan desinfektan yang memadai, termasuk
Laminar Air Flow dan Inkubator
-
Sterilisasi semua alat dan bahan
sebelum digunakan
|
Ketika Pelaksanaan Kultur :
-
Jangan berbicara
-
Bekerjalah di dekat api (pembakar
bunsen) dan di dalam Laminar Air Flow
-
Bukalah tabung atau cawan di atas
api dan jauhkan dari hidung dan mulut anda
-
Usahakan jangan meletakkan tutup
(kapas penutup) tabung reaksi di atas lantai/alas meja atau laminar
-
Miringkan tutup cawan petri yang
akan dibuka sebagai penghalang antara kultur dengan mulut dan hidung anda
-
Jangan buka tutup cawan petri
terlalu lebar dan terlalu lama
-
Bekerjalah dengan cepat
|
Setelah Pelaksanaan :
-
Segera tutup semua tabung atau
cawan yang masih terbuka
-
Singkirkan segera semua peralatan
atau bahan sisa yang sudah tidak digunakan lagi
-
Bersihkan dan keringkan segera
tumpahan-tumpahan media yang ada
-
Sanitasi dan desinfeksi ulang
ruang kerja (laboratorium anda)
-
Lepas pakaian kerja dan jas
laboratorium anda sebelum meninggalkan ruang kerja anda
|
Di
dalam teknik transfer aseptis ada beberapa teknik yang perlu difahami, yaitu :
1)
Inoculating (inokulasi) dengan jarum ose
2)
Pipetting
(mentransfer dengan pipet)
3) Alcohol Flamming (mentransfer
dengan forsep yang dibakar dengan alkohol)
a) Inoculating dengan jarum ose
a)
Bakar jarum ose dari bagian pangkal dalam terus hingga ke bagian lup (ujung)
sampai berpijar merah.
|
b)
Biarkan selama beberapa detik sampai pijar menghilang, kemudian segera ambil
tabung reaksi yang berisi kultur bakteri, buka penutupnya dengan ketiga jari
tengah, manis dan kelingking sedangkan jari telunjuk dan ibu jari
memegang jarum ose.
|
c)
Bakar bibir tabung reaksi dengan cara memutar tabung sehingga semua bagian
bibir tabung terkena api.
|
d)
Segera masukkan jarum ose ke dalam tabung reaksi, lalu segera keluarkan.
Usahakan ketika memasukkan jarum ose jangan sampai menyentuh dinding tabung
dan lakukan di dekat pembakar bunsen.
|
e)
Bakar kembali bibir tabung reaksi dan segera tutup. Ingat, jarum ose jangan
dibakar kembali karena akan membunuh bakteri yang akan diinokulasikan.
|
f)
Ambil tabung reaksi lainnya yang akan diinokulasi, buka tutupnya dengan cara
yang sama dengan cara (b) dan bakar bibirnya dengan cara yang sama dengan
cara©
|
g)
Segera masukkan jarum ose ke dalam tabung tadi sebagaimana cara (d).
|
h)
Bakar bibir tabung reaksi dan tutup sebagaimana cara©.
|
i)
Bakar kembali jarum ose sebagaimana cara (a).
|
j)
Lakukan kembali dengan cara yang sama apabila diperlukan dilusi atau
pengenceran.
|
b)
Pipetting
a)
Ambil pipet yang telah steril, buka pembungkusnya dan pasang katup karetnya.
|
b)
Bakar ujungnya dibakar atas bunsen selama beberapa detik. Jangan terlalu lama
karena dapat merusak ujung pipet.
|
c)
Ambil tabung reaksi yang berisi kultur bakteri, buka penutupnya dengan kedua
jari manis dan kelingking sedangkan jari telunjuk, jari tengah dan ibu jari
memegang pipet.
|
e)
Segera masukkan pipet ke dalam tabung reaksi, tekan katup karet penghisap
tombol [S] (lihat gambar di bawah) lalu segera keluarkan. Usahakan ketika
memasukkan pipe t jangan sampai menyentuh dinding
tabung dan lakukan di dekat pembakar bunsen.
|
f)
Bakar kembali bibir tabung reaksi dan segera tutup.
|
g)
Ambil tabung reaksi lainnya yang akan diinokulasi, buka tutupnya dengan cara
yang sama dengan cara (b) dan bakar bibirnya dengan cara yang sama dengan
cara©.
|
h)
Segera masukkan pipet ke dalam tabung tadi, kemudian keluarkan cairan yang
telah diinokulasi dari pipet dengan menekan tombol [E].
|
i)
Bakar bibir tabung reaksi dan tutup sebagaimana cara©.
|
j)
Pindahkan pipet dan ganti dengan pipet baru apabila akan melakukan pipetting
kembali.
|
k)
Lakukan kembali dengan cara yang sama apabila diperlukan dilusi atau
pengenceran.
|
c)
Alcohol Flamming
Biasanya digunakan
untuk meletakkan kertas cakram atau instrumen lain ke dalam cawan petri yang
berisi media.
a)
Ambil forsep, celupkan ujungnya ke dalam alkohol, lalu segera bakar ujungnya
di atas bunsen selama beberapa detik secara mendatar. Ingat, jangan miring
sebagaimana gambar di bawah.
|
b)
Ambil kertas cakram steril atau instrumen lainnya dengan forsep tadi.
|
c)
Ambil tabung reaksi yang berisi zat antimikrobial, celupkan kertas cakram
tadi ke dalam cairan di dalam tabung reaksi.
|
d)
Ambil cawan petri yang telah berisi biakan bakteri di dalam agar, buka
penutupnya dengan cara memiringkan beberapa derajat hingga hanya pada satu
sisi bagian saja yang terbuka. Ingat jangan terlalu lebar membukanya atau me
mbuka seluruh tutupnya dari cawan.
|
f)
Segera masukkan kertas cakram steril atau instrumen lainnya dengan forsep
secara hati-hati agar tidak merusak permukaan agar. Lakukan di dekat pembakar
bunsen.
|
g)
Segera tutup dan bakar kembali bibir cawan.
|
h)
Lakukan kembali dengan cara yang sama apabila diperlukan.
|
(Rachdie., 2006)
Teknik aseptik sangat diperlukan untuk menghindarkan
mikroorganisme dari kontaminan yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba.
Teknik aseptis digunakan sepanjang kegiatan berlangsung baik alat, bahan,
lingkungan sekitar maupun praktikannya, untuk alat dan bahan praktikum dapat
diterapkan metode sterilitas. Penguasaan teknik aseptic ini sangat diperlukan
dalam keberhasilan laboratorium mikrobiologi dan hal tersebut merupakan salah
satu metode permulaan yang dipelajari oleh ahli mikrobiologi (Oram, 2001).
Sementara itu menurut
Pelczar & Chan (2007) teknik aseptis sangat penting dalam pengerjaan
mikrobiologi yang memerlukan ketelitian dan keakuratan disamping kesterilan
yang harus selalu dijaga agar terbebas dari kontaminan yang dapat mencemari.
Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan komplek. Beratus-ratus
spesies berbagai mikroba biasanya menghuni bermacam-macam bagian tubuh kita,
termasuk mulut, saluran pencernaan, dan kulit. Sekali bersin terdapat
beribu-ribu mikroorganisme sehingga diperlukan teknik yang dapat meminimalisirnya
seperti pengisolasian.
BAB
III
METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum mikrobiologi
umum dengan judul “Sterilisasi dan Teknik Aseptis serta Medium Pertumbuhan
Mikroba” dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 25 Maret 2010, pukul 13.00-16.35
WIB dan bertempat di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang.
3.2
Cara Kerja
3.2.1 Sterilisasi
dengan Pembakaran
Lampu Bunsen dinyalakan dan nyala apinya
diatur hingga maksimal. Jarum ose diambil dan dilakukan pembakaran dengan api
bunsen mulai dari bagian pangkal hingga bagian ujung kawat jarum ose.
Pembakaran dilakukan hingga jarum merah membara. Jarum ose yang dibakar
dibiarkan beberapa saat hingga dingin. Jarum ose siap digunakan untuk
menginokulasi mikroba.
3.2.2 Sterilisasi
dengan Panas Kering
Cawan petri ditangkupkan bagian bawah dan
tutupnya. Kemudian cawan dibungkus dengan kertas bungkus dan disusun sebanyak
5-10 buah, serta ditali menggunakan benang kasur. Tabung reaksi yang telah
ditutup kapas diambil, kemudian 5-10 tabung diikat menjadi satu, dan dibungkus
dengan kertas, serta diikat kembali. Pipet ukur bagian atasnya disumbat dengan
kapas (agak longgar), kemudian dibungkus dengan kertas, dan diikat dengan
benang kasur. Semua alat tersebut
dimasukkan dalam oven. Oven dinyalakan pada suhu 175°C dan semua alat
disterilisasi selama 2 jam. Selanjutnya peralatan didinginkan dan siap
digunakan.
3.2.3 Sterilisasi
dengan Panas Basah Bertekanan Tinggi (Autoklaf)
Tabung Reaksi berisi PDA atau NA ditutup
dengan kapas, diikat beberapa tabung menjadi satu, dan bagian tutupnya
dibungkus dengan kertas payung. Tabung disisakan satu buah untuk tidak
disterilkan. Autoklaf diisi dengan aquades sampai batas permukaan air di bawah
angsang. Autoklaf disambungkan pada sumber tegangan dan dinyalakan. dimasukkan
ke dalam angsang autoklaf. Autoklaf ditutup dan penutupnya dikencangkan. Suhu,
tekanan, dan waktu pada autoklaf diatur sesuai dengan keperluan sterilisasi
(pada umumnya 121°C, 1 atm, 15 menit). Tanda digital pada autoklaf akan menyala
saat sterilisasi dan akan menunjukkan
complete apabila sterilisasi berakhir secara otomatis. Tutup autoklaf dibuka
apabila suhu telah turun sekitar 60°C dan tekanan 0. Media yang telah steril
diambil, untuk media agar dengan kemiringan 30°, sedangkan media dalam
erlemeyer sebelum dituang didinginkan hingga 45° terlebih dahulu.
3.2.4 Pasteurisasi
Bahan
yang tidak tahan panas dilakukan pasteurisasi pada suhu 70º-80ºC selama 15- 20
menit
3.2.5 Pembuatan Media Nutrien Cair (NB)
500g daging sapi tanpa
lemak dicuci
bersih dan dipotong kecil-kecil. Dimasak dalam 1000 ml akuades dan dibiarkan
mendidih selama 25 menit. Disaring kaldu yang diperoleh dengan kapas atau kain
kasa. Dilarutkan pepton ke dalam air kaldu hingga rata dan diatur media pada pH
7. Dimasukkan media yang telah siap ke dalam tabung reaksi atau Erlenmeyer
sesuai penggunaannya. Disumbat dengan kapas tabung dan Erlenmeyer tersebut dan
sumbat kapas tidak boleh terlalu padat atau terlalu longgar. Dibungkus bagian tutupnya dengan kertas dan diikat
dengan benang kasur. Disterilisasi dalam Autoklaf dengan suhu 121°C, tekanan 1
atm, selama 15 menit.
3.2.6
Pembuatan
Media Agar Nutrient (NA) Konvensional
Air
Kaldu 1000 ml dicampur dengan pepton hingga homogen dan diatur pada pH 7. Ditambah
agar dan dipanaskan hingga mendididh, serta diaduk terus menerus hingga semua agar
larut. Dimasukkan dalam tabung reaksi. Dikondisikan tegak (10ml) atau miring
(4-6ml) dalam tabung reaksi. Disumbat kapas tabung reaksi, dan disterilisasi
dalam Autoklaf pada suhu 121°C, tekanan 1 atm, selama 15 menit. Pada agar
miring , tabung reaksi dimiringkan hingga agar beku, dan kemiringan diatur dengan
batas bawah kemiringan media sekitar 1 cm dari dasar tabung dan tidak melebihi
¾ tinggi tabung reaksi ukuran 15 cm.
3.2.7
Pembuatan
Media Agar Nutrient (NA) Instant
23g NA serbuk dilarutkan
dalam 1 liter akuades dan didihkan. Kemudian, larutan tersebut dituang dalam
tabung reaksi. Selanjutnya dilakukan sterilisasi menggunakan autoklaf.
3.2.8
Pembuatan
Media Potato Dextrose Agar (PDA) Konvensional
Kentang
200 g dikupas, dicuci bersih, dan dipotong kecil-kecil. Direbus dalam I L
aquades, volume dijaga agar tetap konstan dengan penambahan aquades. Ekstrak
kentang disaring dengan kapas dan kertas saring. Diatur pada pH 6-6,5 dan
ditambahakan agar dan dekstrosa. Dipanaskan
hingga mendidih dan semua agar larut. Dimasukkan dalam tabung reaksi. Disterilisasi
dalam Autoklaf pada suhu 121°C, teksnsn 1 atm, selama 15 menit.
3.2.9
Pembuatan
Media Potato Dextrose Agar (PDA) Instant
39g
PDA Serbuk dilarutkan dalam 1 liter akuades dan didihkan. Kemudian, larutan
tersebut dituang dalam tabung reaksi. Selanjutnya dilakukan sterilisasi menggunakan
autoklaf.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Analisis Prosedur
4.1.1.
Pembuatan Media
4.1.1.1.
Media Agar Nutrient ( Nutrien Agar / NA)
Nutrien
agar bubuk dilarutkan sebanyak 23 gram dalam 1000 ml akuades, dipanaskan dengan
penangas air hingga mendidih, diaduk terus hingga semua larut. Pemanasan dengan
penangas air agar serbuk nutrient agar cepat larut dengan adanya panas yang
dihasilkan dari penangas dan pengadukan dilakukan agar larutnya serbuk agar
merata dan tidak terjadi gumpalan ataupu larutan agar menjadi hangus. Kemudian
media dalam keadaan cair dimasukkan tabung reaksi, dibuat media tegak dan
miring. Pemasukan agar pada tabung dalam keadaan cair bertujuan agar larutan
agar yang dimasukkan belum mulai mengenyal, dapat menempati wadah dan terbentuk
agar yang baik. Tabung disumbat dengan kapas, hal ini dilakukan agar media yang
di dalam tabung tidak terkontaminasi oleh mikroba. Lalu, disterilkan dengan autoklaf pada suhu 1210
C, tekanan 1 atm selama 15 menit. Pensterilan media agar ini dilakukan untuk membunuh
mikroba yang berpotensi untuk mengkontaminasi. Agar miring, setelah disterilkan
dimiringkan hingga beku. Kemiringan diatur dengan batas bawah kemiringan media
1 cm dari dasar tabung dan batas atas tidak lebih dari ¾ tinggi tabung reaksi.
Kemiringan diatur untuk mempermudah pengkulturan mikroba, tapi tidak boleh
terlalu mendekati mulut tabung untuk meminimalisir kontaminasi mikroba yang
tidak diinginkan. Agar siap digunakan.
Metode di
atas menggunakan serbuk agar. Untuk pembuatan agar nutrient dengan cara
konvensional adalah menambahkan komponen (agar 12g, pepton 5g, ekstrak daging
500 g) ditambahkan pada 1 L akuades, dicampur dengan diaduk dan dipanaskan.
pembuatan agar ini dilakukan dengan pH 7,0 ± 0,2 pada 25 ° C. Setelah larut,
dimasukkan ke dalam tabung selama cair, disterilkan dengan dimasukkan autoklaf
selama 15 menit pada 15 psi dengan suhu 1210C. dituangkan pada cawan
petri yang steril.
4.1.1.2
Media Agar Kentang Dekstrosa ( Potato Dextrose Agar / PDA )
Agar kentang dekstrosa bubuk dilarutkan sebanyak 23 gram dalam 1000
ml akuades, dipanaskan dengan penangas air hingga mendidih, diaduk terus hingga
semua larut. Pemanasan dengan penangas air agar serbuk agar kentang dekstrosa
cepat larut dengan adanya panas yang dihasilkan dari penangas dan pengadukan
dilakukan agar larutnya serbuk agar merata dan tidak terjadi gumpalan ataupu
larutan agar menjadi hangus. Kemudian media dalam keadaan cair dimasukkan
tabung reaksi, dibuat media tegak dan miring. Pemasukan agar pada tabung dalam
keadaan cair bertujuan agar larutan agar yang dimasukkan belum mulai mengenyal,
dapat menempati wadah dan terbentuk agar yang baik. Tabung disumbat dengan
kapas, hal ini dilakukan agar media yang di dalam tabung tidak terkontaminasi
oleh mikroba. Lalu, disterilkan dengan
autoklaf pada suhu 1210 C, tekanan 1 atm selama 15 menit.
Pensterilan media agar ini dilakukan untuk membunuh mikroba yang berpotensi
untuk mengkontaminasi. Agar miring, setelah disterilkan dimiringkan hingga
beku. Kemiringan diatur dengan batas bawah kemiringan media 1 cm dari dasar
tabung dan batas atas tidak lebih dari ¾ tinggi tabung reaksi. Kemiringan
diatur untuk mempermudah pengkulturan mikroba, tapi tidak boleh terlalu
mendekati mulut tabung untuk meminimalisir kontaminasi mikroba yang tidak
diinginkan. Agar siap digunakan. Metode tersebut menggunakan serbuk agar. Dan
untuk pembuatan agar kentang dekstrosa dengan cara konvensional adalah
menambahkan komponen (Kentang infusi 4,0g (pemasukan dari 200 g kentang), D (+)
glukosa 20.0g, agar-agar 15.0g) ditambahkan
pada 1 L akuades, dicampur dengan diaduk dan dipanaskan. pembuatan agar ini
dilakukan dengan pH 5.6 ± 0,2 pada 25 ° C. Setelah larut, dimasukkan ke dalam
tabung selama cair, disterilkan dengan dimasukkan autoklaf selama 15 menit pada
15 psi dengan suhu 1210C. dituangkan pada cawan petri yang steril.
4.1.2
Sterilisasi
4.1.2.1
Sterilisasi Dengan Filtrasi
Alat filtrasi dan botol
filtrasi disterilkan terlebih dahulu dan kemudian rangkai dengan pompa vakum,
agar alat dapat digunakan. Selanjutnya membran filter diletakkan secara aseptis
dengan menggunakan pinset steril pada dasar penopang filter. Bahan yang
difiltrasi dituang, kemudian pompa vakum dihidupkan. Selanjutnya filter yang
telah tertampung di dalam botol penampung siap digunakan untuk perlakuan
selanjutnya. Sterilisai dengan filtrasi menggunakan
suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron)
sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk
sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan antibiotic (Indra,
2008).
4.1.2.2 Sterilisasi Dengan Pembakaran
Lampu Bunsen dinyalakan
dan diatur nyala apinya secara maksimal, kemudian dilakukan pembakaran pada
jarum ose dari bagian pangkal menuju ujung kawat jarum ose (pembakaran
dilakukan hingga kawat merah membara), agar panas pada ujung jarum ose terjadi
secara kontinu. Selanjutnya jarum ose dibiarkan dingin dan siap digunakan untuk
mengambil/menginokulasi mikrobia, agar saat mengambil mikroba, mikroba tidak
mati. Sterilisasi dengan lampu bunsen merupakan pem,bakaran secara langsung
menggunakan api (Indra, 2008).
4.1.2.3 Sterilisasi
Dengan Panas Kering
Cawan petri bagian
bawah dan tutupnya ditangkupkan, kemudian bungkus dengan kertas bungkus dan
susun cawan petri (5-10 buah) dan ditali dengan benang kasur, agar saat
pengaturan lebih mudah. Tabung reaksi diambil dan masing-masing ditutup dengan
kapas, beberapa tabung (5-10 buah) diikat menjadi satu dan dibungkus kertas
yang kemudian diikat dengan benang kasur. Semua alat dimasukkan ke dalam oven,
oven dinyalakan pada suhu 175°C (agar peralatan benar-benar menjadi steril) dan
setelah suhu tercapai, sterilisasi dilakukan selama 2 jam. Setelah sterilisasi
selesai peralatan didinginkan dan pada hari berikutnya peralatan dapat
digunakan. Sterilisasi dengan oven dilakukan
kira-kira 60-1800C, sterilisasi panas kering ini digunakan untuk
alat yang terbuat dari kaca (Indra, 2008).
4.1.2.4 Sterilisasi
Dengan Panas Basah Bertekanan Tinggi (autoklaf)
Tutup tabung reaksi
yang berisi media PDA atau NA dengan kapas, beberapa tabung diikat menjadi satu
dan bagian tutupnya dibungkus dengan kertas paying (agar mudah dalam
penataannya), sisakan satu tabung berisi media namun tidak disterilkan.
Autoklaf diisi dengan akuades sampai permukaan air dibawah ansang/keranjang
autoklaf dan sambungkan autoklaf dengan sumber listrik dan nyalakan autoklaf.
Tabung reaksi berisi media dimasukkan ke dalam ansang/keranjang autoklaf,
kemudian tutup autoklaf dan kencangkan penutupnya dengan kuat. Suhu, tekanan
dan waktu yang diperlukan untuk sterilisasi diatur, umumnya 127°C, 1 atm selama
15 menit. Tanda digital pada autoklaf menunjukkan proses selama sterilisasi
berlangsung dan akan berakhir secara otomatis. Saat akan membuka tutup
autoklaf, pastikan suhu telah turun sekitar 60°C dan tekanan sudah nol, agar
saat pengambilan, peralatan telah benar-benar siap untuk di ambil. Tutup
autoklaf dibuka dan ambil media yang telah disterilkan, untuk media agar miring
memerlukan serbet sebagai alasnya dan miringkan tabung hingga 30° dan untuk
Erlenmeyer, sebelum dituang, ditunggu hingga suhu menjadi 45°C. Sterilisasi dengan menggunakan autoklaf merupakan
sterilisasi menggunakan uap air panas bertekanan (Indra, 2008).
4.1.2.5 Pasteurisasi
Dilakukan untuk
bahan-bahan tidak tahan panas dan dapat mengalami kerusakan pada suhu tinggi.
Pasteurisasi dilakukan pada suhu 70-80°C selama 15-20 menit. Pasteurisasi ini
akan berakibat buruk (rusak) untuk medium atau bahan yang tidak tahan panas
(Indra, 2008).
4.2 Analisis Hasil
Sterilisasi dan teknik aseptis sangat penting dalam
pengerjaan mikrobiologi yang memerlukan ketelitian dan keakuratan disamping
kesterilan yang harus selalu dijaga agar terbebas dari kontaminan yang dapat
mencemari. Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan komplek.
Beratus-ratus spesies berbagai mikroba biasanya menghuni bermacam-macam bagian
tubuh kita, termasuk mulut, saluran pencernaan, dan kulit. Sekali bersin
terdapat beribu-ribu mikroorganisme sehingga diperlukan teknik yang dapat
meminimalisirnya seperti pengisolasian (Pelczar, M. J., Chan, 2007).
Kegunaan dari nutrient
agar adalah untuk kultivasi dan perawatan sebagian besar dari mikroorganisme.
Komposisi dari nutrient agar adalah agar sebanyak 15 gram, pepton sebanyak 5
gram, NaCl sebanyak 5 gram, ekstrak yeast sebanyak 2 gram dan ekstrak kaldu
sebanyak 1 gram. Potato dextrose agar adalah untuk kultivasi dan perawatan
sebagian besar dari jamur. Komposisi dari potato dextrose agar adalah kentang
sebanyak 300 gram, glukosa sebanyak 20 gram dan agar sebanyak 15 gram. Kegunaan
dari Yeast Malt Extract Agar (YMEA) adalah untuk kultivasi dari jamur, termasuk
yeast dan mikroorganisme dari aciduric, seperti spesies Actinoplanes,
spesies Streptomyces, spesies Streptoverticillium dan spesies Nocardia.
Komposisi dari Yeast Malt Extract Agar (YMEA) adalah agar sebanyak 20 gram, glukosa
sebanyak 10 gram, peptone sebanyak 5 gram, ekstrak yeast sebanyak 3 gram dan
ekstrak malt sebanyak 3 gram. Sedangkan garam fisiologi digunakan untuk menjaga
fungsi fisiologis dari media agar bakteri yang ingin dibiakkan tidak rusak dan
terjaga kondisinya. Pembuatan garam fisiologi dengan melarutkan NaCl ke aquades
dan diaduk merata tanpa direbus (Atlas, 1946).
Nutrisi yang diperlukan oleh
bakteri, kapang atau yeast adalah unsur-unsur berupa unsur makro seperti C, H,
O, N, P; unsur mikro seperti Fe, Mg, Ca, Na, S, K dan unsur pelikan/trace
element. Sumber karbon dan energi yang dapat diperoleh berupa senyawa
organik atau anorganik sesuai dengan sifat mikrobanya. Jasad heterotrof
memerlukan sumber karbon organik antara lain dari karbohidrat, lemak, protein,
asam organik dan vitamin. Sumber nitrogen mencakup asam amino, protein atau
senyawa bernitrogen lain. Sejumlah mikroba bahkan dapat menggunakan sumber N
anorganik seperti urea untuk metabolismenya (Indra, 2008).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sterilisasi
dengan penyaringan dilakukan untuk mensterilisasi cairan yagn mudah rusak jika
terkena panas atu mudah menguap (volatile). Teknik aseptis pengerjaan
mikrobiologi yang memerlukan ketelitian dan keakuratan disamping kesterilan
yang harus selalu dijaga agar terbebas dari kontaminan yang dapat mencemari.
Sedangkan, keduanya diperlukan untuk ketelitian , keakuratan dan kesterilan
dari kontaminan dari suatu perlakuan. Media
pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran
zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya.
Macam-macam media berdasarkan sifat fisik dibagi tiga, yaitu medium padat,
setengah padat dan cair. Menurut komposisinya dibagi menjadi tiga, yaitu medium
sintesis, semi sintesis dan non sintesis.
Menurut tujuannya dibagi menjadi tujuh, yaitu media untuk isolasi, media
penghambat, media diperkaya, media untuk peremajaan kultur, media untuk
menentukan kebutuhan nutrisi spesifik, media untuk karakterisasi bakteri dan
media diferensial. Nutrisi yang diperlukan
oleh mikroorganisme adalah unsur-unsur berupa unsur makro seperti C, H, O, N,
P; unsur mikro seperti Fe, Mg, Ca, Na, S, K dan unsur pelikan/trace element.
Sumber karbon berupa senyawa organik atau, lemak, protein, asam organik dan
vitamin.
5.2 Saran
Hendaknya para praktikan sangat berhati-hati dalam melakukan sterilisasi,
teknik aseptis dan cara pembuatan media pertumbuhan mikroba agar tidak terjadi
kontaminasi. Sebaiknya para praktikan memakai masker untuk meminimalisir
terjadinya kontaminasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Atlas,R.M.1946.Handbook Of Microbiological Media 3th Edition.CRC
Press: Amerika
Curtis,
Helena, Barnes, N. Sue. 1999. Biology
5th edition. Worth Publisher Inc. New York
Indra.2008.Media
Pertumbuhan. http://ekmonsaurus.com/data/media.PDF.
Diakses pada tanggal 8 April 2010
Machmud,
M. 2008. Teknik Penyimpanan dan
Pemeliharaan Mikroba. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Bogor. http://anekaplanta.wordpress.com/2008
/03/02/teknik-penyimpanan-dan-pemeliharaan-mikroba/. Diakses pada tanggal 8
April 2010
Madigan, M.T.2003.Brock Biology Of Microorganism. Pearson Education, Inc: Amerika
Oram, R.F. S., Paul. J. Hummer, Jr.2001.
Biology Living System. Glencoe
Division Mc Millan Company. Waterville.
Pelczar, M. J., Chan, E.C.S. 2007. Elements of Microbiology. Mc Graw Hill
Book Company. New York.
Rachdie. 2006. Faktor
yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba. http://rachdie
.blogsome.com/2006/10/14/faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-mikroba/. Diakses pada tanggal 8 April 2010http://akhunmerantau.blogspot.com/2012/05/laporan-mikrobiologi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar